![]() |
Masjid Agung Demak. |
Masjid Agung Demak salah satu tertua di Indonesia. Terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Dipercaya sebagai tempat berkumpulnya Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, Sultan pertama dari Kesultanan Demak, pada sekitar abad ke-15 Masehi. Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam sultan Kesultanan Demak dan para abdinya.
Lokasi Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak terletak di Desa Kauman, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. berjarak + 26 km dari Kota Semarang, + 25 km dari Kabupaten Kudus, dan + 35 km dari Kabupaten Jepara.
Masjid Agung Demak
Kauman, Bintoro, Kec. Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah 59511
Masjid Agung Demak berada di tengah kota dan menghadap ke alun-alun yang luas. Secara umum, pembangunan kota-kota di Pulau Jawa banyak kemiripannya, yaitu suatu satu-kesatuan antara bangunan masjid, keraton, dan alun-alun yang berada di tengahnya. Pembangunan model ini diawali oleh Dinasti Demak Bintoro. Diperkirakan, bekas Keraton Demak ini berada di sebelah selatan Masjid Agung dan alun-alun.
Arsitektur Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Salah Saru dari 4 tiang ini konon berasal dari serpihan-serpihan kayu yang disatukan oleh Sunan Kalijaga, sehingga dinamai 'saka tatal'.
![]() |
Masjid Agung Demak dipotret antara tahun 1870-1900 belum memiliki menara. Masjid Agung Demak pada awalnya dibangun tanpa menara. Menaranya baru dibangun pada masa penjajahan Belanda, tahun 1932. |
Serambinya dengan delapan buah tiang boyongan merupakan bangunan tambahan pada zaman Adipati Yunus (Pati Unus atau pangeran Sabrang Lor),sultan Demak ke-2 (1518-1521) pada tahun 1520. Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Penampilan atap limas piramida masjid ini menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan.
Soko Majapahit
Tiang ini berjumlah delapan buah terletak di serambi masjid. Benda purbakala hadiah dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi ini diberikan kepada Raden Fattah ketika menjadi Adipati Notoprojo di Glagahwangi Bintoro Demak 1475 M.
Pawestren
Merupakan bangunan yang khusus dibuat untuk sholat jama’ah wanita. Dibuat menggunakan konstruksi kayu jati, dengan bentuk atap limasan berupa sirap ( genteng dari kayu ) kayu jati. Bangunan ini ditopang 8 tiang penyangga, di mana 4 diantaranya berhias ukiran motif Majapahit. Luas lantai yang membujur ke kiblat berukuran 15 x 7,30 m. Pawestren ini dibuat pada zaman K.R.M.A.Arya Purbaningrat, tercermin dari bentuk dan motif ukiran Maksurah atau Kholwat yang menerakan tahun 1866 M.
Merupakan gambar hiasan segi 8 yang sangat populer pada masa Majapahit. Para ahli purbakala menafsirkan gambar ini sebagai lambang Kerajaan Majapahit. Surya Majapahit di Masjid Agung Demak dibuat pada tahun 1401 tahun Saka, atau 1479 M.
Maksurah
Merupakan artefak bangunan berukir peninggalan masa lampau yang memiliki nilai estetika unik dan indah. Karya seni ini mendominasi keindahan ruang dalam masjid. Artefak Maksurah didalamnya berukirkan tulisan arab yang intinya memulyakan ke-Esa-an Tuhan Allah SWT. Prasasti di dalam Maksurah menyebut angka tahun 1287 H atau 1866 M, di mana saat itu Adipati Demak dijabat oleh K.R.M.A. Aryo Purbaningrat.
Pintu Bledheg
Pintu yang konon diyakini mampu menangkal petir ini merupakan ciptaan Ki Ageng Selo pada zaman Wali. Peninggalan ini merupakan prasasti “Condro Sengkolo” yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, bermakna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Mihrab
atau tempat pengimaman, didalamnya terdapat hiasan gambar bulus yang merupakan prasasti “Condro Sengkolo”. Prasasti ini memiliki arti“Sariro Sunyi Kiblating Gusti”, bermakna tahun 1401 Saka atau 1479 M (hasil perumusan Ijtihad). Di depan Mihrab sebelah kanan terdapat mimbar untuk khotbah. Benda arkeolog ini dikenal dengan sebutan Dampar Kencono warisan dari Majapahit.
![]() |
Komplek pemakaman dibelakang Masjid Agung Demak. Makam Raden Fatah, Sultan Demak, berada didalam bangunan beratap limas tersebut. |
Dampar Kencana
Benda arkeologi ini merupakan peninggalan Majapahit abad XV, sebagai hadiah untuk Raden Fattah Sultan Demak I dari ayahanda Prabu Brawijaya ke V Raden Kertabumi.
Soko Tatal / Soko Guru
yang berjumlah 4 ini merupakan tiang utama penyangga kerangka atap masjid yang bersusun tiga. Masing-masing soko guru memiliki tinggi 1630 cm. Formasi tata letak empat soko guru dipancangkan pada empat penjuru mata angin. Yang berada di barat laut didirikan Sunan Bonang, di barat daya karya Sunan Gunung Jati, di bagian tenggara buatan Sunan Ampel, dan yang berdiri di timur laut karya Sunan Kalijaga. Masyarakat Demak menamakan tiang buatan Sunan Kalijaga ini sebagai Soko Tatal.
Situs Kolam Wudlu .
Situs ini dibangun mengiringi awal berdirinya Masjid Agung Demak sebagai tempat untuk berwudlu. Hingga sekarang situs kolam ini masih berada di tempatnya meskipun sudah tidak dipergunakan lagi.
Bangunan sebagai tempat adzan ini didirikan dengan konstruksi baja pada 2 Agustus 1932. Pemilihan konstruksi baja sekaligus menjawab tuntutan modernisasi abad XX. Pembangunan menara diprakarsai para ulama, seperti KH.Abdurrohman (Penghulu Masjid Agung Demak), R.Danoewijoto, H.Moh Taslim, H.Aboebakar, dan H.Moechsin, pada masa pemerintahan Bupati RA. A Sosrohadiwidjojo.
Komplek Pemakaman
komplek makam sultan-sultan Demak dan para abdinya, yang terbagi atas empat bagian:
- Makam Kasepuhan, yang terdiri atas 18 makam, antara lain makam Sultan Demak I (Raden Fatah) beserta istri-istri dan putra-putranya, yaitu Sultan Demak II (Raden Pati Unus) dan Pangeran Sedo Lepen (Raden Surowiyoto), serta makam putra Raden Fatah, Adipati Terung (Raden Husain).
- Makam Kanoman, yang terdiri atas 24 makam, antara lain makam Sultan Demak III (Raden Trenggono), makam istrinya, dan makam putranya, Sunan Prawoto (Raden Hariyo Bagus Mukmin).
- Makam di sebelah barat Lasepuhan dan Kaneman, yang terdiri atas makam Pangeran Arya Penangsang, Pangeran Jipang, Pangeran Arya Jenar, Pangeran Jaran Panoleh.
- Makam lainnya, seperti makam Syekh Maulana Maghribi, Pangeran Benowo, dan Singo Yudo.
![]() |
Bentuk dasar Masjid Agung Demak dengan atap bersusun tiga melambangkan Iman, Islam dan Ikhsan. bentuk bangunan masjid ini kemudian menjadi arsitektur asli masjid Indonesia. |
Sejarah
Singkat Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak dibangun tahun 1401 Saka atau tahun 1477 Masehi. Tarikh pembangunan Masjid Agung Demak dicatat dalam prasasti bergambar bulus di ruang mihrab masjid, yang merupakan Condro Sengkolo Memet, dengan arti “Sariro Sunyi Kiblating Gusti” yang bermakna tahun 1401 Saka.
Gambar bulus tersebut terdiri dari kepala yang berarti angka 1 (satu), kaki 4 berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Bisa disimpulkan, Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka bertepatan dengan tahun 1477 Masehi.
Jauh sebelum dibangunnya Masjid Agung Demak, di lokasi tersebut sebelumnya merupakan bangunan Pondok pesantren Glagahwangi di bawah asuhan Sunan Ampel yang di dirikan tahun 1466 selain berfungsi sebagai pesantren juga sebagai Masjid. Sehingga jejak Masjid Agung Masjid Demak sudah ada disana sejak tahun 1466.
Ditahun 1475 Glagahwangi menjadi sebuah Kadipaten dibawah kerajaan majapahit dan Raden Fatah ditunjuk oleh ayahadannya (Raja Majapahit) sebagai Adipati Demak, dua tahun setelah itu atau ditahun 1477 sebagaimana disebutkan dalam prasasti bulus, masjid pesantren Glagahwangi dibangun ulang kebentuknya yang kita kenal saat ini sebagai masjid Agung bagi Kadipaten Glagahwangi (Demak).
Babad Tanah Jawi dan Suma Oriental menyebutkan Raden Fatah menjadi Sultan Demak ditahun 1478. Antara tahun 1475 hingga 1478 Demak masih merupakan wilayah bawahan Majapahit sebagai sebuah wilayah Kadipaten. Raden Fatah mendirikan kesultanan Demak ditahun 1478 dan menjadi Sultan Demak Pertama.
Proklamasi Demak sebagai sebuah Kesultanan Merdeka dari Majapahit terjadi setelah Sri Maharaja Prabu Singhanegara Wijayakusuma (Bhre Kertabhumi) raja Majapahit yang merupakan Ayah kandung dari Raden Fatah dikudeta oleh Dyah Ranawijaya dari tahta Majapahit.
Peran Para Wali
Seperti disebutkan sebelumnya, Sebelum menjadi masjid Agung Demak ditempat yang sama merupakan sebuah komplek pesantren Glagahwangi yang diasuh oleh Sunan Ampel. Raden Fatah merupakan salah satu murid dan juga menantu dari Sunan Ampel. Dari pernikahannya dengan Dewi Murthasimah putri dari Sunan Ampel, Raden Fatah memiliki enam orang anak.
Dua diantaranya menjadi penerus sebagai sultan Demak sepeninggal-nya yakni Pati Unus alias Yat Sun dikenal sebagai Pangeran Sabrang Lor (1488–1521) yang menjadi sultan Demak kedua, berkuasa tahun 1518–1521, dan Raden Trenggono yang naik tahta sebagai Sultan Demak ketiga setelah Pati Unus wafat dalam perang melawan Portugis di Malaka (Malaysia).
Sejarah populer Soko Guru di Masjid Agung Demak menyebutkan peran empat orang dari walisongo yang terlibat langsung dalam pembangunan Masjid Agung Demak. Mereka adalah Sunan Bonang yang mendirikan sokoguru dibarat laut, Sunan Gunung Jati mendirikan sokoguru di barat daya, Sunan Ampel mendirikan sokoguru di tenggara dan Sunan Kalijogo mendirikan sokoguru di Timur laut.
Sokoguru yang didirikan oleh Sunan Kalijogo dikenal dengan nama Soko Tatal karena dibangun bukan dari sebatang kayu jati utuh melainkan dari potongan potongan kayu jati yang kemudian disatukan menjadi satu.
Tiga orang walisongo kemudian menjadi bagian dari Kesultanan Demak, yakni Sunan Giri menjadi Mufti Demak, Sunan Kudus sebagai Qadhi dan Sunan Kalijaga sebagai Penasihat Kesultanan. Sedangkan Sunan Kudus sendiri diketahui juga menjadi Imam di masjid Agung Demak sebelum pindah ke Kudus.
Masjid Agung Demak dibangun tahun 1401 Saka atau tahun 1477 Masehi. Tarikh pembangunan Masjid Agung Demak dicatat dalam prasasti bergambar bulus di ruang mihrab masjid, yang merupakan Condro Sengkolo Memet, dengan arti “Sariro Sunyi Kiblating Gusti” yang bermakna tahun 1401 Saka.
Gambar bulus tersebut terdiri dari kepala yang berarti angka 1 (satu), kaki 4 berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Bisa disimpulkan, Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka bertepatan dengan tahun 1477 Masehi.
Jauh sebelum dibangunnya Masjid Agung Demak, di lokasi tersebut sebelumnya merupakan bangunan Pondok pesantren Glagahwangi di bawah asuhan Sunan Ampel yang di dirikan tahun 1466 selain berfungsi sebagai pesantren juga sebagai Masjid. Sehingga jejak Masjid Agung Masjid Demak sudah ada disana sejak tahun 1466.
Ditahun 1475 Glagahwangi menjadi sebuah Kadipaten dibawah kerajaan majapahit dan Raden Fatah ditunjuk oleh ayahadannya (Raja Majapahit) sebagai Adipati Demak, dua tahun setelah itu atau ditahun 1477 sebagaimana disebutkan dalam prasasti bulus, masjid pesantren Glagahwangi dibangun ulang kebentuknya yang kita kenal saat ini sebagai masjid Agung bagi Kadipaten Glagahwangi (Demak).
Babad Tanah Jawi dan Suma Oriental menyebutkan Raden Fatah menjadi Sultan Demak ditahun 1478. Antara tahun 1475 hingga 1478 Demak masih merupakan wilayah bawahan Majapahit sebagai sebuah wilayah Kadipaten. Raden Fatah mendirikan kesultanan Demak ditahun 1478 dan menjadi Sultan Demak Pertama.
Proklamasi Demak sebagai sebuah Kesultanan Merdeka dari Majapahit terjadi setelah Sri Maharaja Prabu Singhanegara Wijayakusuma (Bhre Kertabhumi) raja Majapahit yang merupakan Ayah kandung dari Raden Fatah dikudeta oleh Dyah Ranawijaya dari tahta Majapahit.
Peran Para Wali
Seperti disebutkan sebelumnya, Sebelum menjadi masjid Agung Demak ditempat yang sama merupakan sebuah komplek pesantren Glagahwangi yang diasuh oleh Sunan Ampel. Raden Fatah merupakan salah satu murid dan juga menantu dari Sunan Ampel. Dari pernikahannya dengan Dewi Murthasimah putri dari Sunan Ampel, Raden Fatah memiliki enam orang anak.
Dua diantaranya menjadi penerus sebagai sultan Demak sepeninggal-nya yakni Pati Unus alias Yat Sun dikenal sebagai Pangeran Sabrang Lor (1488–1521) yang menjadi sultan Demak kedua, berkuasa tahun 1518–1521, dan Raden Trenggono yang naik tahta sebagai Sultan Demak ketiga setelah Pati Unus wafat dalam perang melawan Portugis di Malaka (Malaysia).
Sejarah populer Soko Guru di Masjid Agung Demak menyebutkan peran empat orang dari walisongo yang terlibat langsung dalam pembangunan Masjid Agung Demak. Mereka adalah Sunan Bonang yang mendirikan sokoguru dibarat laut, Sunan Gunung Jati mendirikan sokoguru di barat daya, Sunan Ampel mendirikan sokoguru di tenggara dan Sunan Kalijogo mendirikan sokoguru di Timur laut.
Sokoguru yang didirikan oleh Sunan Kalijogo dikenal dengan nama Soko Tatal karena dibangun bukan dari sebatang kayu jati utuh melainkan dari potongan potongan kayu jati yang kemudian disatukan menjadi satu.
Tiga orang walisongo kemudian menjadi bagian dari Kesultanan Demak, yakni Sunan Giri menjadi Mufti Demak, Sunan Kudus sebagai Qadhi dan Sunan Kalijaga sebagai Penasihat Kesultanan. Sedangkan Sunan Kudus sendiri diketahui juga menjadi Imam di masjid Agung Demak sebelum pindah ke Kudus.
![]() |
21 Maret 1987, Presiden Suharto dan rombongan di Masjid Agung Demak dalam rangka peresmian renovasi / pemugaran Masjid Agung Demak. |
Renovasi & Pemugaran Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak pernah direnovasi dimasa pemerintahan Presiden Suharto. Renovasi dilakukan untuk mempertahankan Masjid Agung Demak yang sudah termakan usia. Renovasi saat itu dilakukan dengan tetap menjaga keaslian bentuk Masjid Agung Demak. Penggantian dan perbaikan bagian bagian yang sudah lapuk seiring berjalannya waktu.
Sokoguru yang kini berdiri merupakan sokoguru dari masa renovasi tersebut, sedangkan sokoguru aslinya kini disimpan digedung museum Masjid Agung Demak yang dibangun dipelataran depan masjid. Penggantian sokoguru dilakukan karena kondisinya yang sudah sangat mendesak, bagian atas sokoguru diketahui sudah benar benar lapuk termasuk akibat cairan hewan malam yang seringkali hinggap disana.
Peresmian masjid Agung Demak setelah renovasi dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 1987 oleh Presiden Suharto. Turut hadir dalam upacara peresmian tersebut diantaranya adalah Ibu Tien Suharto, Menteri Sekretaris Negara Sudharmono SH, Menteri Pedidikan dan Kebudayaan Fuad Hasan, Menteri Dalam Negeri Suparjo Rustam, dan Ibu E.N. Soedharmono
Hal yang memprihatinkan terjadi pada sokotatal yang dibuat oleh Sunan Kalijogo, saat ini soko tatal tersebut tinggal tersisa lebih kurang satu meter saja, selain memang sudah lapuk pada saat diganti, tapi ternyata juga menjadi objek “pencongkelan” para pengunjung museum untuk dijadikan semacam “oleh-oleh” atau lainnya, sebelum kemudian seluruh empat sokoguru tersebut diproteksi oleh pengelola museum dengan dinding kaca.
Tradisi Tradisi di Masjid Agung Demak
Tradisi Grebeg Besar Demak
Adalah prosesi di lingkungan Masjid Agung Demak setiap tanggal 10 Dzulhijah dalam rangkaian memperingati Hari Raya Idul Adha dengan melaksanakan Sholat Ied dan dilanjutkan dengan penyembelihan hewan qurban. Di masa Wali songo dulu prosesi itu dijadikan sarana upaya penyebarluasaan agama Islam. Sampai saati ini kegiatan tersebut masih tetap berlangsung, bahkan ditumbuh kembangkan. Berikut urutan acara grebeg besar di Masjid Agung Demak.
• Ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak & Sunan Kalijaga
Grebeg Besar Demak diawali dengan pelaksanaan ziarah oleh Bupati, Muspida dan segenap pejabat dilingkungan Pemerintah Kabupaten Demak, masing-masing beserta istri/suami, ke makam Sultan-Sultan Demak dilingkungan Masjid agung Demak dan dilanjutkan dengan ziarah ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu. Kegiatan ziarah tersebut dilaksanakan pada jam 16.00 WIB; kurang lebih 10 (sepuluh) hari menjelang tanggal 10 Dzulhijah.
• Pasar Malam Rakyat di Tembiring Jogo Indah
Untuk meramaikan perayaan Grebeg Besar di lapangan Tembiring Jogo Indah digelar pasar malam rakyat yang dimulai kurang lebih 10 (sepuluh) hari sebelum hari raya Idul Adha dan dibuka oleh Bupati Demak setelah ziarah ke makam Sultan-Sultan Demak dan Sunan Kalijaga. Pasar malam tersebut dipenuhi dengan berbagai macam dagangan, mulai dari barang barang kebutuhan sehari-hari sampai dengan mainan anak, hasil kerajinan, makanan/minuman, permainan anak-anak dan juga panggung pertunjukkan /hiburan.
• Selamatan Tumpeng Sanga
Selamatan Tumpeng Sanga dilaksanakan pada malam hari menjelang hari raya Idul Adha bertempat di Masjid Agung Demak. Sebelumnya kesembilan tumpeng tersebut dibawa dari Pendopo Kabupaten Demak dengan diiringi ulama, para santri, beserta Muspida dan tamu undangan lainnya menuju ke Masjid Agung Demak. Tumpeng yang berjumlah sembilan tersebut melambangkan Wali Sanga. Selamatan ini dilaksanakan dengan harapan agar seluruh masyarakat Demak diberikan berkah keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat dari Allah SWT.
Acara selamatan diawali dengan pengajian umum diteruskan dengan pembacaan doa. Sesudah itu kepada para pengunjung dibagikan nasi bungkus. Pembagian nasi bungkus tersebut dimaksudkan agar para pengunjung tidak berebut tumpeng sanga. Sejak beberapa tahun terakhir tumpeng sanga tidak diberikan lagi kepada para pengunjung dan sebagai gantinya dibagikan nasi bungkus tersebut.
Pada saat yang sama di Kadilangu juga dilaksanakan kegiatan serupa, yaitu Selamatan Ancakan, selamatan tersebut bertujuan untuk memohon berkah kepada Allah SWT agar sesepuh dan seluruh anggota Panitia penjamasan dapat melaksanakan tugas dengan lancar tanpa halangan suatu apapun juga serta untuk menghormati dan menjamu para tamu yang bersilaturahmi dengan sesepuh.
• Slolat Ied
Pada tanggal 10 Dzulhijah Masjid Agung dipadati oleh umat Islam yang akan melaksanakan Sholat Ied, pada saat-saat seperti ini Masjid Agung Demak sudah tidak dapat lagi menampung para jamaah, karena penuh sesak dan melebar ke jalan raya, bahkan sebagian melaksanakan sholat di alun-alun. Pada kesempatan tersebut Bupati Demak beserta Muspida melaksanakan sholat di Masjid Agung Demak dan dilajutkan dengan penyerahan hewan qurban dari Bupati Demak kepada panitia.
• Penjamasan Pusaka Peninggalan Sunan Kalijaga
Setelah selesai Sholat Ied. Di makam Sunan Kalijaga, Kadilangu, dilaksanakan penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga. Kedua pusaka tersebut adalah Kutang Ontokusuma dan Keris Kyai Crubuk. Konon Kutang Ontokusumo adalah berujud ageman yang dikiaskan pegangan santri yang dipakai sunan kalijaga setiap kali berdakwah.
Penjamasan pusaka-pusaka tersebut didasari oleh wasiat sunan kalijaga sebagai berikut ”agemanku, besuk yen aku wis dikeparengake sowan engkang Maha Kuwaos, salehna neng duwur peturonku. Kajaba kuwi sawise uku kukut, agemanku jamas ana.” Dengan dilaksanakan penjamasan tersebut, diharapkan umat Islam dapat kembali ke fitrahnya dengan mawas diri/mensucikan diri serta meningkatkan iman dan taqwa Kepada allah SWT.
Prosesi penjamasan tersebut diawali dari Pendopo Kabupaten Demak, dimana sebelumnya dipentaskan pagelaran tari Bedhoyo Tunggal Jiwo. Melambangkan “Manunggale kawula lan gusti”, yang dibawakan oleh 9 (sembilan) remaja putri. Dalam perjalanan ke Kadilangu minyak jamas dikawal oleh bhayangkara kerajaan Demak Bintoro “Prajurit Patangpuluhan” dan diiringi kesenian tradisional Demak. Bersamaan dengan itu Bupati beserta rombongan menuju Kadilangu dengan mengendarai kereta berkuda.
Penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga dilaksanakan oleh petugas dibawah pimpinan Sesepuh Kadilangu di dalam cungkup gedong makam Sunan Sunan Kalijaga. Sesepuh dan ahli waris percaya, bahwa ajaran agama Islam dari Rasulullah Muhammad SAW dan disebar luaskan oleh Sunan Kalijaga adalah benar.
Oleh karena itu penjamasan dilakukan dengan mata tertutup. Hal tersebut mengandung makna, bahwa penjamas tidak melihat dengan mata telanjang, tetapi melihat dengan mata hati. Artinya ahli waris sudah bertekad bulat untuk menjalankan ibadah dan mengamalkan agama Islam dengan sepenuh hati. Dengan selesainya penjamasan pusaka peninggalan Sunan Kalijaga tersebut, maka berakhir pulalah rangkaian acara Grebeg Besar Demak. (Updated 3 Mei 2025).
------------------------ooOOOoo--------------------
Baca Juga Artikel Majid Tertua Lainnya
Thank you for the auspicious writeup. It in fact was a amusement account it.
BalasHapusLook advanced to more added agreeable from you!
By the way, how could we communicate?
Hey there! I know this is somewhat off-topic
BalasHapusbut I needed to ask. Does building a well-established website like yours
require a large amount of work? I am brand new to writing
a blog but I do write in my diary daily.
I'd like to start a blog so I can easily share my own experience and feelings
online. Please let me know if you have any suggestions or tips for brand new aspiring bloggers.
Appreciate it!