Rabu, 12 September 2012

Masjid Panepen Kraton Yogyakarta

Masjid Panepen di Keraton Yogyakarta :: ukurannya kecil, setara dengan namanya yang berarti tempat menepi. masjid memang berukuran kecil hanya mampu menampung sekitar 60 jemaah saja karena memang fungsinya sebagai masjid istana.

Masjid Kagungan Dalem Panepen atau Masjid Panepen, Masjid kecil di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta ini nyaris tak pernah mencuat keberadaannya dan tak pernah muncul di media cetak ataupun elektronik. Keberandaanya sendiri bahkan tidak muncul dalam peta wisata Yogyakarta. Statusnya memang sebagai masjid keluarga keraton sehingga wajar bila masyarakat umum kurang bahkan tidak mengenal masjid ini.

Masjid Panepen dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono Ke-7 di tahun 1327 Hijriyah. Keberadaan masjid ini muncul dan menjadi pusat perhatian publik ketika keluarga keraton menjadikan masjid ini sebagai tempat diselenggarakannya upacara akad nikah putri Sultan Hamengkubuwono X, GRAj Nurastuti Wijareni (GKR Bendara) dengan Achmad Ubaidillah (KPH Yudanegara) pada hari selasa pagi 18 Oktober 2011 yang lalu. Sultan sendiri yang menikahkan kedua mempelai disaksikan kerabat dan petugas KUA Kecamatan Kraton.

Lokasi Masjid Panepen

Masjid Panepen terletak di sisi Barat kompleks Kraton Yogyakarta, searah dengan kompleks Kraton Kilen, kediaman Sri Sultan Hamengkubuwono X berserta keluarga dan menilik dari namanya berarti menepi atau menyendiri atau kalau diterjemahkan secara bebas adalah tempat untuk refleksi diri.

Koordinates :  7°48'23.85"S 110°21'47.52"E


View Masjid Panepen in a larger map


Arsitektural Masjid Panepen

Masjid Panepen yang luasnya 7 kali 12 meter berkapasitas maksimum hanya 60 orang, terdiri dari dua ruangan, serambi dalam dengan enam jendela bercat hijau tua dibagian tengah terdapat empat soko guru yang menopang atap bangunan berbentuk joglo dengan jarak setiap tiang bulat tanpa ukiran sekitar dua meter, bercat hijau tua, dipadu dengan dinding putih membuat suasana terasa adem, tenang dan nyaman untuk digunakan sebagai tempat ibadah, bertafakur kehadirat Sang Khalik.

Di bagian serambi luar dengan empat jendela bercat hijau tua dua di dinding sebelah Utara dan dua di dinding sebelah Selatan dan diantara masing-masing jendela tersebut terpasang prasasti terbuat dari kuningan berhuruf arab gundul, salah satu prasasti tersebut menyebutkan tanggal pembangunan masjid Panepen tersebut.

Sehari-harinya masjid ini di jaga dan dirawat oleh tiga orang, seorang dari Konco Kaji yang mudah dikenali dengan busana putih berikut surban putihnya, serta dua orang dari Konco Suranata yang  senantiasa mengenakan busana peranakan, baju lurik warna biru tua, memakai kain batik dan tanpa alas kaki.

Aktivitas Masjid Panepen

Sejak dibangun Sultan Hamengku Buwono VII pada 1327 Hijriyah silam, masjid ini dijadikan lokasi ijab qobul putra putri ngarsa dalem termasuk putri Sultan HB X. Pada hari biasa tempat tersebut dijadikan tempat kegiatan abdi dalem punokawan kaji yang jumlahnya 12 orang dibantu abdi dalem suranata. Pada Ramadan seperti sekarang ditambah kegiatan tarawih dan tadarus Al Quran, namun tidak ada kegiatan yang berlebihan lainnya.

Suasana di dalam Masjid Penepen
Pengirit (pemimpin) Abdi Dalem Punokawan Kaji, Raden Riyo H Abdul Ridwan (sebelumnya bernama Ridwan Johan) menjelaskan masjid panepen ini adalah masjid pribadi Sultan. Dilihat dari ukuran dan fungsi, sebenarnya mirip dengan langgar atau mushola karena tidak untuk salat Jumat. Namun selanjutnya lebih tepat disebut dengan masjid kagungan dalem panepen.

Dilihat dari namanya Panepen artinya tempat untuk menepi atau menyendiri. Tempat dimana sultan berkholwat, menyendiri untuk mendekatkan diri dengan yang maha kuasa pada saat-saat tertentu. Jadi tidak setiap saat Sultan menggunakan masjid tersebut untuk beribadah. Beliau tidak setiap saat menepi, hanya momen tertentu.

Ngarsa dalem (Sultan) menepi jika ada situasi yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk menambah kekuatan atau sudah dalam situasi rawan. Ketika menepi dilakukan sendiri berada di pojok tenggara masjid. Di sana disediakan tempat khusus, lebih tinggi sekitar 10 sentimeter dari lantai cukup untuk menggelar satu sajadah. Namun jika menghendaki, ngarsa dalem mengajak para abdi dalem sesuai permintaan yang dipastikan jumlahnya ganjil.

Akad nikah putri Sultan Hamengkubuwono X, GRAj Nurastuti Wijareni (GKR Bendara) dengan Achmad Ubaidillah (KPH Yudanegara) pada hari selasa pagi 18 Oktober 2011 yang lalu. Sultan sendiri yang menikahkan kedua mempelai disaksikan kerabat dan petugas KUA Kecamatan Kraton.

Ridwan bertugas mengkoordinir abdi dalem mulai dari Punokawan Kaji yang jumlahnya 12 orang sampai abdi dalem lainnya. Pernah satu waktu ia diminta menyiapkan 59 abdi dalem untuk ritual dzikir ataupun wasulan untuk sesuatu yang sangat penting. Misalnya menjelang erupsi Merapi 2010, menjelang jatuhnya pesawat Garuda Indonesia di Bandara Adisutjipta. Bahkan sebelum Gempa 2006 ngarsa dalem lebih dulu sudah menepi.  Dalam hal ini, ritual bertujuan meminimalkan korban. Namun tidak diketahui sebelumnya.

Ritual yang dilakukan selain wasulan yang pernah dijalani Ridwan bersama abdi dalem adalah khataman al quran sampai dengan duduk tidak boleh bersandar selama tiga jam. Dalam ritual ini ia bertugas memimpin menyambungkan dengan para pendahulu. Pasalnya Kraton tidak terlepas dengan perjalanan pendahulu. Kerajaan punya misi yang harus dilanjutkan penerusnya.  Misinya sama, tetapi jamannya beda dan menyikapinya pun juga berbeda yakni untuk kesejahteraan rakyat.

Dalam kegiatan di dalam kraton ini, Ridwan meminta agar Kraton tidak dianggap sebagai tempat mistik. Apapun kegiatan yang dilakukan ini berdasarkan ajaran islam sehingga tidak dianggap sesuatu yang berlebihan jika ada pandangan berbeda.

Referensi

wikimapia – masjid panepen

----------------------------

Baca Juga Masjid Masjid di Yogyakarta Lainnya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA