Tampilkan postingan dengan label Masjid Masjid Asean. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid Masjid Asean. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 24 Agustus 2019

Masjid Masjid Megah di Filipina (Bagian-2)

Lima masjid Megah di Filipina.

Di postingan sebelumnya sudah ditampilkan ulasan singkat lima masjid masjid megah di Filipina mulai dari masjid terbesar, tertua, hingga masjid nasional di Filipina. Berikut ini lima masjid masjid megah lainnya di Filipina beserta ulasan singkatnya. Lumayan buat nambahin daftar kunjungan kamu bila berencana berkunjung ke Negara tetangga kita yang lokasinya berada sebelah utara provinsi Sulawesi Utara itu.

Bekunjung ke Filipina tidak perlu pakai Visa lho, karena sesama anggota Negara Asean, warganya memang bebas saling mengunjungi tanpa harus mengurus Visa, tapi kamu tetap harus punya passport dan ongkosnya ya J Oh iya, kamu jangan heran bila nama nama desa dan kota di Filipina bagian selatan seperti nama nama orang, itu memang nama tokoh masyarakat di masa lalu yang kemudian diabadikan sebagai nama desa atau nama kota disana. Selamat membaca semoga bermanfaat.

Masjid Tulay - Jolo, Masjid Terbesar di Provinsi Sulu

Masjid Tulay atau Tulay Mosque di Kota Jolo merupakan masjid terbesar di provinsi Sulu. (orriginal photo source)


Masjid Tulai merupakan masjid terbesar di Kota Jolo sekaligus terbesar di Provinsi Sulu, Filipina. Bangunan masjid yang begitu megah ini tampak mendominasi wajah kota Jolo saat dipandang dari arah laut dan menjadi landmark kota Jolo. Bangunan masjid ini dibangun dengan kubah besar dan empat menara di ke empat penjuru bangunannya dengan dominasi warna kuning dan putih.

Kapasitas masjid ini dapat menampung hingga 5000 jemaah sekaligus, dibangun pertama kali tahun 1884 kemudian hancur dalam perang di tahun 1974 dan dibangun ulang di tahun 2001 dengan dana US$2 juta dolar sumbangan dari Yayasan Sheik Zayed Al-Nahyan, Uni Emirat Arab. Kota Jolo merupakan salah satu kota dengan penduduk mayoritas Muslim di Filipina. Sekitar 90% penduduknya merupakan pemeluk agama Islam.

Masjid Al-Nasser Abpi (White Mosque) Datu Odin Sinsuat

Masjid Al-Naseer Abpi atau lebih dikenal sebagai White Mosque di Kota Datu Odin Sinsuat, ptovinsi Manguindanao, Filipina (foto asli dari gmap)


Masjid Al-Nasser Abpi atau lebih dikenal sebagai The White Mosque karena warnanya yang didominasi warna putih, adalah masjid megah di desa Barangay, Kota Datu Odin Sinsuat, provinsi Manguindanao, Filipina. Masjid putih ini menjadi salah satu destinasi wisata pavorit di kota Dato Odin Sinsuat. Warna putih yang digunakan untuk masjid ini adalah filosofi dari kesucian dan kemurnian, bukankah kesucian adalah salah satu prasyarat utama untuk melaksanakan ibadah.

The White Mosque Datu Odin Sinsuat ini dibangun dengan arsitektur modern lengkap dengan kubah besar di atap masjid di apit oleh beberapa kubah berukuran lebih kecil dalam bentuk dan warna yang senada, dan sepasang menara tinggi mengapit sisi depan bangunan masjid. Sedikit sentuhan warna emas pada beberapa bagian sebagai aksen memperindah tampilan-nya.

Masjid Dimaukom, Datu Saudi-Ampatuan, Maguindanao, Filipina

Masjid Dimaukon atau lebih dikenal sebagai Pink Mosque di kota Datu Saudi Angpatuan, di provinsi Manguindanao, Filipina. Masjid ini begitu populer karena warna dan arsitekturnya yang menawan da kamu bisa temukan foto foto masjid ini bersilweran di gmpa dan berbagai jaringan media sosial.


Masjid Dimaukom atau Masjid Pink (Pink Mosque) adalah masjid yang berdiri di kota Datu Saudi Ampatuan, Provinsi Maguindanao, Filipina. Namanya sesuai dengan nama pendiri masjid, Samsudin Dimaukom yang juga merupakan wali kota Datu Saudi Ampatuan. Warna pink-nya melambangkan persatuan dan persaudaraan antar-iman, mengingat pengerjaan masjid ini dilakukan oleh para pekerja Kristen. Masjid ini dibuka bertepatan dengan bulan suci Romadhon tahun 2014.

Tak hanya bangunan masjidnya, namun seluruh bangunan lainnya di dalam komplek masjid ini juga di cat dengan warna pink yang menyala terang, termasuk pagar keliling masjid beserta dengan gerbang besarnya yang bertuliskan “ahlan wa sahlan, Masjid Dimaukom”. 

Masjid Hja Sitti Raya, Talipao, Sulu

Masjid Hajah Siti Raya, salah satu masjid yang begitu menarik hati di Filipina bagian selatan. Nama masjid ini memang mengabadikan nama pembangunnya yang pernah menjadi walikota di Talipao. (orriginal photo source).


Masjid Hja Sitti Raya di bangun oleh (mantan) walikota Talipao, Sitti Raya Tulawei untuk masyarakat muslim kota Talipao, masjid ini dikenal sebagai salah satu masjid paling cantik di Filipina, dan kini menjadi salah satu destinasi wisata. Lokasi masjid ini berada di Desa Bilaan (Bilaan Poblacion), kota Talipao, Provinsi Sulu di koordinat 5.976268, 121.113464 (5°58'34.6"N 121°06'48.5"E).

Talipao adalah salah satu kota di Filipina dengan penduduk mayoritas beragama Islam. Di kota ini berdiri replika Istana Sultan Sulu, Astana Darul Jambangan di dalam taman kota yang cukup menarik perhatian wisatawan. Masjid dengan warna dasar putih beraksen biru ini dilengkapi dengan satu menara dan beberapa kubah warna emas yang terang benderang di atap masjid dan dipuncak menaranya.

Masjid Taluksangay Zamboanga City, Tertua di wilayah Barat Mindanao

Ciri khas Masjid di Taluksangay ini adalah kubah kubahnya yang bewarna merah menyala. kamu dapat temukan foto masjid ini gmaps maupun di berbagai aplikasi jejaring sosial.


Masjid Taluksangai adalah masjid tertua di wilayah barat pulau Mindanao. Pertama kali dibangun tahun 1885 di desa Barangay, kota Taluksangai, provinsi Zamboaga, Filipina. Masjid Taluksangai dibangun oleh Hadji Abdullah Maas Nuno dan menjadi pusat penyebaran Islam pertama di semenanjung Zamboaga.

Sejak itu ulama ulama Islam dari semenanjung Arabia, India, Malaysia, Indonesia berdatangan ke desa itu. Utusan Khalifah di Istanbul (Sheik Al Islam) sempat berkunjung ke desa ini ditahun 1914. Penduduk Taluksangai merupakan pemeluk agama Islam, mereka dikenal sebagai keturunan dari Sama Banguingui yang di cap sejarah sebagai bajak lautnya Asia Tenggara.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Minggu, 18 Agustus 2019

Masjid Masjid Megah di Filipina

Lima Masjid Megah di Filipina.

Merujuk kepada data Pew Research Center tahun 2000 menunjukkan bahwa 11% dari penduduk Filipina menganut Agama Islam, sedangkan mayoritas penduduknya memeluk agama Katholik Roma. Filipina juga memiliki masjid masjid indah dan megah, sebagian besar tersebar di daerah selatan yang memang penduduknya mayoritas beragama Islam. Masjid Pertama di Filipina dibangun pada 1380 oleh Syeikh Karimul Makhdum di pulau Simunul.

Masjid masjid lainnya bermunculan setelah itu. Berikut ini beberapa masjid masjid megah di Filipina yang kami rangkum dari berbagai sumber. Lumayan buat rujukan ataupun menambah ittenary list kamu bila kamu berencana berkunjung kesana. Jangan lupa kamu juga bisa bergabung dengan kami instagram @masjidinfo dan @masjidinfo.id atau mengikuti setiap posting blog ini dengan bergabung sebagai follower. Berikut, masjid masjid dimaksud.

Masjid Al-Dahab Manila, Masjid Nasional Filipina

Masjid Al-Dahab / The Golden Mosque / Quiapo Mosque, Manila.


Al-Dahab berasal dari bahasa Arab yang berarti emas, merujuk kepada kubah masjid ini yang bewarna emas. Di gmap ditandai dengan nama Manila Golden Mosque And Cultural Center, merupakan masjid Nasional Filipina. Uniknya pembangunan masjid ini terkait dengan rencana kunjungan presiden Libya, (alm) Muammar Khadaffi di tahun 1976 pada masa Filipina dibawah pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos. Tak tanggung tanggung, pembangunan masjid ini bahkan diawasi langsung oleh ibu Negara, Imelda Marcos. Namun, ketika masjid sudah selesai dibangun, Muammar Khadafi batal berkunjung ke Filipina karena sesuatu hal.

Masjid Al-Dahab yang berada di kawasan Quiapo, metro Manila ini juga seringkali disebut dengan Masjid Quiapo merujuk kepada nama tempatnya berdiri, atau dalam bahasa inggris disebut Golden Mosque merujuk kepada kubah emasnya, kini menjadi salah satu objek wisata menarik di kota Manila, sekaligus juga sebagai masjid terbesar di ibukota Filipina.

Masjid Shiek Karimul Makdum, Masjid Pertama di Filipina

Masjid Syeikh Karimul Makdum, Masjid pertama dan tertua di Filipina 


Masjid Shiek Karimul Makdum atau juga biasa disebut masjid Sheik Karim al Makdum, merupakan masjid pertama dan tertua di Filipina bahkan lebih tua dari Gereja Katholik manapun yang ada di Filipina. Pertama kali dibangun tahun 1380 oleh Sheikh Karim Al Makdum, seorang mubaligh dari arab yang pertama kali membawa risalah Islam ke Filipina. Masjid ini sudah ditetapkan sebagai Landmark Sejarah Nasional oleh Komisi Sejarah Nasional Filipina. Tempat Masjid ini dibangun juga ditetapkan sebagai Warisan Budaya Nasional.

Masjid ini berada di pulau Simunul, Provinsi Tawi Tawi, Filipina di koordinat 4.896597, 119.850209 (4°53'47.8"N 119°51'00.8"E). Bangunan asli masjid ini sebenarnya sudah tidak ada lagi sudah berganti dengan sebuah bangunan masjid modern, namun beberapa bagian dari bangunan sebelumnya masih dilestarikan termasuk bekas empat sokoguru dari kayu bundar berukuran besar, sampai kini masih dipertahankan di dalam masjid sebagai bagian dari warisan sejarah.

Masjid Sultan Haji Hasanal Bolqiah Cotabato, Terbesar di Filipina

Masjid Sultan Haji Hasanal Bolkiah, Masjid terbesar di Filipina.


Sesuai dengan namanya Masjid Sultan Haji Hasanal Bolkiah atau Cotabato Grand Mosque ini memang dibangun oleh Sultan Brunei Darussalam sebagai hadiah untuk muslim Filipina. Dengan ukuran dan bangunannya yang begitu megah, masjid ini merupakan masjid terbesar di Filipina, dengan daya tampung hingga 15.000 jemaah sekaligus.

Lokasinya berada di Tamontaka Bubong Road, Cotabato City, Maguindanao, Filipina, di titik koordinat 7.202330, 124.165133 (7°12'08.4"N 124°09'54.5"E). Bangunan masjidnya terkenal dengan kubah kubahnya yang berlapis emas serta menara menaranya yang tinggi menjulang 40 meter. Luas masjid ini mencapai 5000 meter persegi, berdiri di atas lahan seluas lima hektar dibangun dengan biaya mencapai US40 juta dolar Amerika.

Masjid Kapunan, Masjid Terbesar di Provinsi Tawi Tawi

Masjid Kapunan, Masjid terbesar di Tawi Tawi


Tampak begitu megah dari arah laut dengan kubah bewarna ke-emasan dan dua menara-nya yang menjulang disisi kiri dan kanan sisi depan masjidnya, Masjid Kapunan adalah masjid terbesar di wilayah provinsi Tawi Tawi. Masjid ini berada di Desa Bato-Bato, daerah kota Panglima Sugala, Provinsi Tawi-Tawi, Filipina, di titik koordinat 5.072494, 119.884032 (5°04'21.0"N 119°53'02.5"E). Masjid Kapunan juga seringkali disebut dengan nama Masjid Panglima Sugala, merujuk kepada tempatnya berada.

Sebenarnya masjid ini berdiri di tepi pantai, namun ada begitu banyak bangunan rumah rumah penduduk yang dibangun di atas air di lepas pantainya sehingga seolah berada jauh di daratan. Dua menara masjid Kapunan ini merupakan bangunan tertinggi di kawasan tersebut. Kota Panglima Sugala ini dulunya merupakan ibukota provinsi Tawi Tawi sebelum kemudian dipindahkan ke Kota Bongao.

Bacolod Grande Grand Mosque, Masjid Pertama di Provinsi Lanao Del Sur

Masjid Bacolod Grande Grand Mosque, Masjid pertama di Lanao Del Sur 


Bacolod Gande Grand Mosque berada di Desa Bacolod Grande, Kota Bacolod-Kalawi, Provinsi Lanao del Sur, Filipina, di titik koordinat 7.854812, 124.139313 (7°51'17.3"N 124°08'21.5"E). Masjid ini berdiri anggun di tepian danau Lanao salah satu Danau di pulau Mindanao di selatan Filipina. Sampai dengan tahun 1900-an masjid bewarna hijau ini dikenal sebagai Mekahnya Lanao De Sul.

Yang paling menarik dari Provinsi Lanao Del Sur tempat masjid ini berada adalah ibukotanya yang berada di “Kota Islam Marawi”. Disebut kota Islam karena kota ini sampai sekarang masih merupakan sebuah “Kerajaan Islam” yang dipimpin oleh seorang Sultan yang menjabat resmi sebagai Walikota. Kota Marawi juga berada di tepian danau Lanao, danau yang sama tempat Masjid Bacolod  Grande ini berada ditepian-nya. (Insya Allah bersambung).

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga



Minggu, 29 Oktober 2017

Crystal Mosque Kuala Trengganu

Masjid Kristal Kuala Trengganu

Crystal Mosque atau masjid Kristal adalah masjid di Kuala Trengganu, Negeri Trengganu, Malaysia. Masjid ini berada di Taman Tamadun atau taman Budaya Islam (Islamic Heritage Park) di pulau Wan Man, Kuala Trengganu. Pulau Wan Man ini berada di tepian pantai timur Trengganu, salah satu pulau kecil dari ratusan pulau kecil di Malaysia.

Disebut Masjid Kristal, karena memang begitu banyak Kristal yang digunakan untuk pembangunan masjid ini. Meskipun tentu saja material bangunan pada umumnya seperti baja dan beton bertulang tetap dipergunakan untuk pembangunan masjid ini. Hanya karena dominasi material Kristal pada bagian ekteriornya yang menjadikan masjid ini disebut dengan Masjid Kristal.

Masjid Kristal
Pulau Wan Man, 21000 Kuala Terengganu
Terengganu, Malaysia
itc.gov.my



Pembangunannya dilaksanakan pada tahun 2006 hingga tahun 2008 dan dibuka secara resmi oleh Raja Malaysia ke 13 Yang di-Pertuan Agong, Sultan Mizan Zainal Abidin yang juga merupakan Sultan Terengganu, pada tanggal 8 Februari 2008

Turut hadir dalam upacara peresmian tersebut Perdana Menteri Dato' Seri Abdullah Ahmad Badawi. Sedangkan Yang Di-Pertuan Agong, Tuanku Mizan Zainal Abidin hadir bersama Raja Permaisuri Agong, Tuanku Nur Zahirah berangkat ke Peresmian Masjid Kristal di Pulau Wan Man, Kuala Terengganu pada 8 Februari 2008 jam 6.00 petang.

Masjid Kristal di siang hari

Pembangunan masjid ini disebut sebut menghabiskan dana sekitar The RM250 juta ringgit Malaysa, berdekatan dengan masjid ini terdapat banyak replika bangunan bangunan masjid terkenal dunia.

Masjid ini memiliki luas 2.146 meter persegi dan berkapasitas 700 jamaah. Selain itu, masjid ini juga dilengkapi dengan sarana teknologi dan jaringan WiFi sebagai akses internet guna membaca al-Qur'an elektronik.

Penggunaan teknologi lainnya pada masjid ini adalah pada system tata cahayanya yang memungkinkannya tampak bersinar di malam hari dalam dominasi warna hijau yang menyejukkan mata.***

Baca Juga


Minggu, 20 Agustus 2017

Masjid Tengku Ampuan Jemaah, Selangor, Malaysia

Masjid Diraja Tengku Ampuan Jemaah, Shah Alam (foto Safwan abd rahman)

Masjid Tengku Ampuan Jemaah Adalah masjid megah di Malaysia. Masjid ini berada di Bukit Jelutong, Section U8 dekat dengan Shah Alam, Malaysia. Masjid Ampuan Jemaah merupakan Masjid Negeri atau masjid resmi yang kedua bagi Negeri Selangor setelah Masjid Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah di wilayah section 14 yang juga dikenal dengan Masjid Biru Selangor.

Masjid Tengku Ampuan Jemaah mulai dibangun tahun 2010 dimulai dengan upacara peletakan batu pertama dan penentuan arah kiblat masjid, dan selesai dibangun tahun 2013 dan diresmikan oleh Sultan Selangor, Sultan Sharafuddin Idris Shah pada tanggal 17 Maret 2013. Upacara peresmian tersebut juga dihadiri oleh Menteri Besar Selangor, Tan Sri Abdul Khalid Ibrahim.

Masjid Diraja Tengku Ampuan Jemaah
Bukit Jelutong, 40150 Shah Alam, Selangor, Malaysia



Pada saat upacara peresmian masjid ini, Sultan Selangor mengeluarkan titah Sultan kepada pengurus masjid ini untuk senantiasa memikul tanggung jawab yang diamanahkan, senantiasa bersikap amanah, berwibawa dan professional serta dapat bekerjasama antara satu sama lain dengan erat dalam menjalankan program untuk memakmurkan masjid ini. Beliau juga mengharapkan agar masjid ini menjadi tempat bagi ummat Islam di kawasan tersebut bersatu padu dengan semangat persaudaraan yang kukuh dan teguh.

Masjid ini kadangkala juga disebut dengan nama Masjid Bukit Jelutong merujuk kepada lokasinya berdirinya. Jelutong sendiri merupakan nama pohon, dalam bahasa Indonesia-nya adalah Pohon Jelutung.

Pembangunan masjid ini ditangani oleh oleh Sime Darby Properties bekerjasama dengan Bukit Jelutong.Construction menghabiskan dana sekitar RM 25,5 juta Ringgit Malaysia. Biaya pembangunan masjid ini merupakan sumbangan dari Sime Darby Property dan keluarga Kesultanan Selangor melalui Dana Wakaf Almarhum Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah yang masing-masing menyumbangkan RM 6 juta Ringgit Malaysa.

Megah dengan rancangan ala masjid Timur Tengah dilengkapi dengan satu kubah besar dan empat menara di masing masing empat penjuru bangunannya.

Turut menyumbangkan dana untuk pembangunan masjid ini dari penduduk Bukit Jelutong melalui kutipan dana wakaf sebanyak RM 2,5 Juta Ringgit Malaysia dan dana sumbangan dari Kerajaan negeri Selangor RM 11 Juta Ringgit Malaysia.

Rancangan masjid ini bergaya masjid masjid Timur Tengah dilengkapi dengan empat menara di masing masing empat penjuru bangunannya. Berdiri diatas lahan seluas 2.07 hektar masjid ini mampu menampung kira kira sebanyak 4000 jemaah sekaligus.

Masjid Negeri Selangor yang kedua ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung termasuk di dalamnya adalah aula serbaguna, ruang ruang kuliah, taman bermain bagi anak anak, perpustakaan dan berbagai fasilitas penunjang lain-nya.

Interior Masjid Diraja Tengku Ampuan Jemaah

Nama masjid ini mengabadikan mendiang Permaisuri Tengku Ampuan Jemaah yang merupakan permaisuri dari Sultan Selangor, mendiang Sultan Sir Hisamuddin Alam Shah. Karena Sultan Hisamuddin Alam Shah juga merupakan Raja Malaysia (Yang Dipertuan Agong yang kedua) dengan sendirinya mendiang Tengku Ampuan Jemaah juga merupakan Ratu Malaysia (Raja Permaisuri Agong) yang kedua.

Sekilas Tentang Sistem Pemerintahan Malaysia

Seperti anda baca di alenia sebelumnya, peresmian Masjid ini dihadiri juga oleh Menteri Besar Selangor, lalu jabatan apakah Menteri Besar Tersebut. Menteri Besar adalah pejabat pemangku pemerintahan sehari hari di wilayah Kesultanan. Untuk memahami hal tersebut, ada baiknya kita sedikit memahami tentang system pemerintahan di Malaysia.

Perlu diketahui bahwa, Malaysia merupakan sebuah Negara berbentuk Kerjaan Federasi yang terdiri dari 12 Kesultanan atau Negeri ditambah dengan 3 Provinsi dan beberapa wilayah persekutuan. Masing masing 12 Kesultanan (Negeri) tersebut dipimpin oleh Sultan dan pemerintahan sehari hari-nya ditangani oleh seorang Menteri Besar yang dipilih melalui Pemilu.

Masjid Diraja Tengku Ampuan Jemaah di malam hari.

Tiga wilayah provinsinya (Sabah, Serawak dan Malaka) di pimpin oleh seorang Gubernur yang dipilih melalui pemilu, tiga wilayah ini bukan Kesultanan sehingga tidak memiliki Sultan, termasuk wilayah Malaka yang kesultanannya sudah dibubarkan oleh Penjajah Belanda semada Belanda menjajah wilayah tersebut, sedangkan wilayah persekutuan merupakan wilayah federal yang merupakan wilayah khusus dan dibawahi langsung oleh Perdana Menteri Malaysia, Salah satu wilayah persekutuan di Malaysia adalah wilayah kota Kuala Lumpur dan Putrajaya.

Kepala Negara Malaysia sebagai sebuah Federasi adalah Raja Malaysia bergelar “Yang Dipertuan Agong” dijabat dan dipilih secara bergiliran diantara12 Sultan dari 12 Kesultanan yang membentuk Kerajaan Federasi Malaysia. Gubernur dan kepala wilayah persekutuan tidak memiliki hak pilih dan dipilih untuk jabatan ini, meskipun hadir sebagai peninjau dalam proses pemilihan tersebut. Sedangkan kepala pemerintahan Negara dipimpin oleh seorang “Perdana Menteri” yang dipilih melalui pemilu atau dalam bahasa Malaysia disebut “Pilihan Raya”. (dari berbagai sumber)

Baca Juga


Sabtu, 19 Agustus 2017

Masjid Jami Kuala Lumpur Malaysia

Masjid Jami' Kuala Lumpur, Masjid pertama dan tertua di kota Kuala Lumpur, Malaysia

Masjid Jami’ Kuala Lumpur diketahui merupakan masjid tertua di kota Kuala Lumpur, Ibukota Negara Malaysia. Area di sekitar masjid ini merupakan cikal bakal kota metropolitan Kuala Lumpur sekaligus menjadi bagian tertua dari kota ini. Konon, kondisi daerah disekitar masjid ini yang merupakan pertemuan antara dua sungai atau Kuala (atau tempuran dalam istilah Jawa dan Sunda) yang berlumpur lah yang kemudian menjadi nama dari Ibukota Negara Malaysia ini.

Masjid tua ini memiliki beraneka ragam varian nama sebutan mulai dari Masjid Jamek, Jami Masjid, Jamek Mosque, Masjid Jame, Jalan Tun Perak Jamek Mosque, Masjid al-Jami' dan Friday Mosque of Kuala Lumpur namun lebih dikenal dengan nama Masjid Jami’ Kuala Lumpur.

Sejak dibangun tahun 1897, bentuk masjid ini tetap dipertahankan sebagaimana aslinya meskipun kini Masjid Jami’ Kuala Lumpur terlihat seperti istana liliput diantara gedung gedung jangkung yang begitu sangar berdiri disekitarnya. Mirip dengan suasana Masjid Hidayatullah di kawasan Setia Budi Jakarta Selatan.



Sejak dibangun tahun 1897 (kira kira sezaman dengan Sultan Abdul Samad Building), Masjid Jami’ Kuala Lumpur ini menjadi masjid utama di kota Kuala lumpur untuk penyelenggaraan sholat Jum’at dan aktivitas ke-Islaman, dan dengan sendiri nya juga berfungsi sebagai “Masjid Nasional” pada saat Malaysia merdeka di tahun 1957. Baru kemudian dengan selesainya pembangunan Masjid Negara di tahun 1967 fungsi sebagai masjid utama dan Masjid Nasional berpindah ke Masjid Negara.

Hampir semua bangunan dan aset nasional Malaysia menyandang kata “Negara” yang bermakna sebagai milik “Kerajaan / Negara / Federasi” Malaysia secara Nasional, untuk membedakannya dengan kata “Negeri / Kesultanan” yang bila di Indonesia kira kira sama dengan atau setingkat “provinsi” yang dipimpin oleh “Sultan” atau “Gubernur” dan posisi yang setingkat dengan-nya.

Seperti contoh Masjid Negara di Kuala Lumpur, kata “Negara” pada nama masjid tersebut bermakna sebagai masjid “Nasional” Malaysia, begitupun dengan “Zoo Negara” (Kebun Binatang Nasinal), “Perpustakaan Negara” (Perpustakaan Nasional)  dan sebagainya.

Foto lama Masjid Jami' Kuala Lumpur yang berada di pertemuan dua sungai, perhatikan tangga melingkar yang menghadap ke arah sungai, merupakan akses bagi para pengguna transportasi sungai.

Sejarah Pembangunan Masjid Jami’ Kuala Lumpur

Pembangunan Masjid Jami’ Kuala Lumpur ini dilakukan oleh pemerintah Inggris di tahun 1857 yang kala itu berkuasa di Malaysia. Sumber sumber lain menyatakan bahwa masjid ini dibangun tahun 1909 dan dibuka secara resmi oleh Sultan Selangor pada tanggal 23 Desember 1909. Pembangunan masjid ini di danai oleh pemerintah kolonial Inggris, Kesultanan Selangor dan masyarakat muslim setempat secara swadaya.

Arthur Benison Hubback ditunjuk sebagai arsitek pembangunan masjid ini dalam kapasitasnya sebagai arsitek kota dan sebelumnya bertugas di India yang saat itu juga merupakan wilayah jajahan Inggris. Di Kuala Lumpur beliau bekerja di departemen pekerjaan umum dan sekaligus ditunjuk untuk mengawasi proyek pembangunan masjid ini.

Lokasi masjid ini berada di pusat kota pada sebuah tanjung di pertemuan Sungai Klang dan Sungai Gombak pada hari ini menjadi Jalan Tun Perak. Dibangun di lahan bekas pemakaman Melayu sebelum kawasan tersebut menjadi kawasan perkotaan. Pada masa itu areal ini belum seramai saat ini dan cukup terpencil dengan letaknya yang berada di lahan pertemuan dua sungai yang membentuk sebuah tanjung / kuala.

Foto Masjid Jami' Kuala Lumpur saat ini dengan bangunan tambahan di kiri dan kanan bangunan lama, tangga melingkar yang sudah dipulihkan namun taman dengan pohon pohon kelapanya kini menghilang.

Pemerintah Inggris membangun masjid Jami’ ini diperuntukkan bagi pegawai negeri sipil berbangsa melayu / muslim yang bekerja bagi pemerintah jajahan Inggris ketika itu. Dari daerah inilah kota yang menjadi pusat pemerintahan jajahan dan kemudian semakin berkembang dan menjadi kota Kuala Lumpur yang sekarang kita kenal.

Reka bentuk masjid Jami Kuala Lumpur ini mengikuti gaya masjid masjid tradisional di wilayah India Utara, tempat dimana sang arsitek (Arthur Benison Hubback) sebelumnya tinggal dan bertugas untuk pemerintah jajahan Inggris di India.  Sebagaimana Masjid masjid di India, masjid Jami Kuala Lumpur ini juga dilengkapi dengan halaman tengah atau “Sahn”.

Tak mengherankan bila gaya arsitektur Islam Mughal (India) begitu kental pada masjid ini. Reka bentuknya sangat mirip dengan Masjid Jami Delhi di Old Delhi India atau Masjid Badshahi di Lahore Pakistan namun dalam ukuran yang lebih kecil. Ada tiga kubah bawang di atap bangunan utama masjid dan ditambah dengan area sahn atau pelataran tengah.

Masjid Jami' Kuala Lumpur di malam hari.

Tiga kubah bawang berukuran besar bertengger di atas bangunan utama ditambah dengan begitu banyak menara menara kecil menghias bagian atap masjid ini. Ragam hias di luar dan di dalam masjid ini juga begitu kental dengan sentuhan seni bina Islam Mughal, yang kini sangat jarang ditemukan di masjid masjid yang dibangun di era mideren. Dapat dikatakan bahwa Masjid Jami’ Kuala Lumpur ini merupakan contoh terbaik dari arsitektur resmi pemerintah jajahan Inggris di Malaysia. Selain sentuhan Mughal yang kental, masjid ini juga dipengaruhi oleh seni bina bangunan Moor (Maroko).

Penggunaan kombinasi warna batu merah dan putih sangat mirip dengan Masjid Agung di Cordoba, Spanyol, begitu menyolok pada dinding eksterior masjid ini. Sedangkan kemiripan dengan masjid masjid Maroko dapat ditemukan pada barisan tiang tiang penyangga atap yang diberi lengkungan berpadu dengan kisi kisi serta detail susunan bata merah, semen dan marmer.

Ke Masjid Jami’ Kuala Lumpur Naik Sampan

Dari sebuah lukisan yang dibuat oleh Dr Peter Barbor, cucu dari Arthur Benison Hubback yang merupakan arsitek masjid ini, tampak bahwa tangga tangga batu masjid ini dulunya dibuat sebagai akses bagi para Jemaah yang menggunakan sampan (perahu) yang merupakan sarana transportasi penting pada masa itu.

Masjid Jami' Kuala Lumpur di tahun 1910
Masjid Jami' Kuala Lumpur di tahun 2015, bandingkan suasana-nya dengan foto tahun 1910 di atas. 

Meski area tersebut sempat dijadikan taman seiring dengan fungsinya yang tak lagi sebagaimana dulu, namun kemudian tangga tangga tersebut di revitalisasi dan dikembalikan ke bentuknya semula. Di masa lalu tangga tangga tersebut juga merupakan akses bagi Jemaah masjid untuk berwudhu ke sungai.

Sejarawan Malaysia berupaya memulihkan area sekitar masjid ini sebagaimana aslinya termasuk “memulihkan” tangga tangga batu masjid ini yang mengarah ke sungai sebagai bagian dari upaya konservasi, meskipun beberapa bagiannya ditemukan rusak akibat proses pengerukan sungai selama beberapa dekade. Sejarawan setempat juga menyesalkan ditebangnya beberapa pohon kelapa yang sudah berusia sangat tua dan sudah ada sejak areal tersebut masih berupa pemakaman umum melayu.

Upaya konservasi masjid ini dan seluruh areal disekitarnya termasuk bagian di sisi sungai, merupakan upaya untuk mempertahankan ke-aslian masjid ini dan sekitarnya, yang tentu saja teramat penting bagi sejarah kota Kuala Lumpur khususnya maupun bagi sejarah Malausia umumnya.***

Baca Juga


Minggu, 02 Oktober 2016

Masjid Agung Al-Serkal, Terbesar di Kamboja (Bagian 2)

Megahnya Masjid Agung Al-Serkal

Arsitektur Masjid Agung Al-Serkal

Masjid Agung Al-Serkal dibangun dengan gaya masjid modern dengan sentuhan Turki Usmani, telihat dari bangun kubah besarnya yang menjadi atap utama bangunan masjid ditopang oleh dua bangun semi kubah menyokong kubah utama di atapnya. Dua menara tinggi mengapit bangunan utama masjid. Sentuhan arabia juga terlihat di bangunan masjid ini. salah satu ciri utama menara masjid Turki Usmani adalah bangunan menaranya yang lancip menjulang, namun tidak seluruhnya di aplikasikan di masjid ini.

Bangunan menaranya berbentuk bundar dengan landasan berbentuk segi empat mengerucut, dan badan menaranya makin ke ujung makin mengerucut. Ada tiga balkoni di setiap menaranya dan di ujung menara di tempatkan simbol bulan sabit yang sedikit berdiri tidak seperti bentuk bulan sabit menara Turki Usamani yang bentuk bulan sabitnya simetris terbuka ke atas.


Baru dan Lama. Masjid Agung Al-Serkal dilihat dari arah pintu gerbang

Seluruh tembok sebelah luarnya di tutup dengan batuan alami bewarna putih gading, sedangkan landasan masjid dibangun cukup tinggi dari permukaan tanah disekelilingnya menambah kesan lebih megah pada bangunan masjid ini. ada lebih dari dua puluh anak tangga lebar yang harus di daki untuk menuju ke pintu utama masjid ini. Empat jendela berukuran besar di bagian depan ditambah dengan dua jendela kaca di bagian atas.

Bangunan utamanya berdenah segi empat. Ditambah dengan bangunan mihrab yang menjorok keluar keluar ke arah kiblat dari bangunan utama. Di sisi utara ditambahkan dengan bangunan serbaguna yang cukup besar, digunakan sebagai kantor pengelola dan kantor lembaga lembaha Islam di Kamboja, begitu pun di sisi selatannya. Kubah utamanya berada di titik pusat bangunan utama ditambah dengan empat kubah lebih kecil masing masing di empat penjuru atap, ditambah lagi dengan enam kubah yang lebih kecil.

Megah pertama di tepian bekas danau Boeng Kak. Masjid Agung Al-Serkal ini menjadi bangunan megah pertama yang berdiri di sekitar bekas lokasi danau Boeng Kak yang sudah ditimbun,

Masjid ini juga dilengkapi dengan area tempat berwudhu yang dibangun terpisah dari bangunan masjid. Bangunannya dibuat sebagai pendopo terbuka beratap kubah yang juga berwarna coklat tembaga. Area tempat wudhu nya dilengkapi dengan bangku bangku dari batu untuk memudahkan jemaah saat berwudhu.

Bila di sisi utara dan selatan kubah utama di topang dengan dua bangun semi kubah, maka disisi barat dan timurnya dibangun dinding berlengkungan besar untuk menempatkan lima Jendela kaca berukuran besar. Garis lengkungan pada dua sisi ini menghadirkan aksen yang sangat kuat bagi bangunan masjid ini. Seluruh kubah kubah masjid ini termasuk bagian ujung menaranya diberi warna dengan warna cokelat tembaga.

Meriahnya upacara peresmian Masjid Agung Al-Serkal

Muslim Kamboja terutama yang ditinggal di kota Phnom Penh memang cukup beruntung, karena bangunan masjid ini tidak saja berukuran besar dan sangat megah tapi juga memiliki lahan yang sangat luas sehingga tidak menjadi masalah untuk lahan parkir. Panitia pembangunannya juga tidak dipusingkan untuk mencari lahan bagi keperluan membangun masjid darurat pada saat proyek pembangunan masjid sedang berlangsung, sehingga semua proses peribadatan dan aktivitas ke-Islaman lainnya tetap berjalan normal meskipun bangunan masjid Nurul Ikhsan yang sebelumnya berdiri sudah dirobohkan dan bangunan masjid yang baru sedang dalam tahap pembangunan.

Kesan megah sangat terasa saat masuk ke dalam masjid. Langi langit ruang sholat utamanya berbentuk elipse hasil dari bentukan kubah utama dan dua bangun semi kubah yang menopangnya. Struktur tersebut ditopang dengan empat pilar segi empat berukuran cukup besar yang berdiri kokoh ditengah masjid. Sebuah lampu gantung dengan bentuk yang unik bewarna coklat tembaga menggantung indah di bawah kubah utama.

Ornamen di bawah kubah tidak tak tekesan meriah dengan berbagai hiasan dengan penggunaaan warna warna yang tidak terlalu menyolok, meski sisi bawah kubah dihias dengan kaligrafi Al-Qur’an dan ornamen ornamen menawan lainnya. jendela jendela kaca yang melingkar di bawah kubah utama menghadirkan cahaya alami ke dalam masjid ini di siang hari. Bagian plafon masjid ini juga di hias dengan berbagai ornamen floral dengan warna alami.

Perdana Menteri Hun Sen beserta istri saat berkunjung ke dalam Masjid Al-Serkal, Sesaat setelah upacara peresmian.

Seluruh lantai masjid di tutup dengan karpet tebal bewarna hijau kalem dengan ornamen floral bewarna coklat dan merah hati, begitupun dengan garis shaf nya. Hampir seluruh dinding bagian dalam masjid ini dihiasi dengan berbagai ornamen floral menghadirkan keindahan dan kenyamanan di dalam masjid ini. Mihrabnya dibangun berupa ceruk berbentuk lengkungan dengan sedikit sentuhan ukiran yang tak telalu meriah. Sedangkan Mimbarnya dibuat dari kayu yang tidak telalu tinggi seperti lazim nya mimbar mimbar di masjid masjid bergaya Turki Usmani lainnya.

Hadirnya masjid Agung Al-Serkal di pusat kota Phnom Penh ini memang merupakan titik balik bagi muslim Kamboja secara keseluruhan. Setelah sebelumnya perjalanan muslim disana berdarah darah oleh kekejaman rezim pemerintahan Khmer Merah. Kini muslim Kamboja memiliki kehidupan baru dengan perhatian dari pemerintah dan bantuan dari berbagai negara Islam.*** (Selesai)