Tampilkan postingan dengan label Masjid di Austria. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid di Austria. Tampilkan semua postingan

Minggu, 24 Juni 2012

Masjid As-Salam, Masjid Indonesia di Wina – Austria

Suasana di Masjid As-Salam Wapena, Wina, Austria sesaat setelah peresmian masjid oleh Duta Besar RI untuk Austria & Slovenia, Bapa I Gusti Agung Wesaka Puja. 

Muslim Indonesia yang tinggal di Indonesia kini dapat berbangga hati setelah masjid Indonesia pertama di Austria di resmikan pada bulan Januari 2012 yang baru lalu. Masjid tersebut diberi nama Masjid As-Salam Wapena yang bermakna keselamatan atau kedamaian, diharapkan jamaah yang menjalani ibadah di masjid ini akan menemukan suasana hati penuh kedamaian dan ketentraman. Selain itu juga, Salam juga bisa diartikan menyapa. Para pengurus dan jemaah Masjid As-Salam ingin menyapa kepada semua umat muslim Austria untuk beribadah di masjid As-Salam.

Membangun masjid bukanlah perkara mudah di Austria, tidak saja menyangkut masalah perizinan yang begitu rumit ditambah lagi dengan biaya yang dibutuhkan sangatlah mahal. Itu sebabnya dari puluhan masjid yang ada di kota Wina dan wilayah Austria lainnya berupa masjid masjid yang menempati ruang apartemen sewaan, atau yang memang dibeli untuk kemudian di alih fungsi sebagai masjid. Begitupun dengan masjid As-Salam milik komunitas Muslim Indonesia di Wina ini. hingga kini di kota Wina hanya ada satu saja bangunan masjid yang benar benar berwujud sebagai masjid seperti yang kita kenal lengkap dengan kubah dan menaranya, yakni Masjid Islamic Center Wina.

Pak Dubes RI untuk Austria dan Ketua Wapena saat penandantanganan plakat peresmian Masjid As-Salam Wapena, Wina, Austria

Meski dibentuk dan dikelola oleh muslim Indonesia di kota Wina – Austria, Alhamdulillah masjid ini juga diramaikan oleh muslim serantau melayu termasuk muslim Malaysia dan Singapura yang tinggal di Wina. Duta besar Malaysia untuk Austria pun turut hadir dalam upacara peresmian Masjid As-Salam yang dilakukan oleh Duta Besar RI untuk Austria, Bapak I Gusti Agung Wesaka Puja. Upacara peresmian itu dihadiri oleh ratusan muslim tak hanya warga Indonesia di Wina tapi juga beberapa muslim warga Pakistan, Malaysia, Singapura, Turki dan beberapa muslim Austria.

Berdirinya Masjid As-Salam menambah khasanah masjid masjid komunitas muslim Indonesia di Eropa setelah sebelumnya telah berdiri Masjid Al-Hikmah di Den Hag yang dibangun dari gedung bekas sebuah gereja, lalu masih di Belanda juga ada Masjid Nasuha di kota Rotterdam, serta Masjid Al-Falah di Berlin-Jerman, yang kesemuanya merupakan masjid masjid yang dibangun dan dikelola oleh komunitas muslim Indonesia yang tinggal di Eropa.

Masjid As-Salam Wapena
Masjid As-Salam, Malfattigasse 18 - Lantai Dasar, 1120 Wina

Setelah sekitar sepuluh tahun menjadi wacana, akhirnya warga muslim Indonesia yang bermukim di Wina dan sekitarnya meneguhkan jati dirinya dengan mewujudkan sarana ibadah yang dinamakan masjid As-Salam Wapena. Sebuah apartemen sederhana yang terletak di Distrik 12 Meidling jalan Malfattigasse 18 A-1120 Wien telah diubah fungsinya menjadi tempat bernaung melantunkan doa-doa dan harapan. Peresmian masjid ini dilakukan oleh Duta Besar Indonesia untuk Austria dan Slovenia, Bapak I Gusti Agung Wesaka Puja, pada 21 Januari 2012.

Duber RI untuk Austria bersama pengurus Wapena di depan pintu Masjid As-Salam Wapena  sesaat setelah peresmian masjid.

Sejarah Masjid As-Salam Wapena

Warga Pengajian Wina atau disingkat Wapena merupakan kelompok pengajian (majelis ta’lim) muslim Indonesia yang tinggal di kota Wina, Austria. Saat ini ada sekitar 180 hingga 200 warga muslim Indonesia yang tinggal di Austria. Pengajian rutin mingguan diselenggarakan di kantor perwakilan Indonesia di Wina. Pengajian Wapena kemudian juga di ikuti tidak saja oleh muslim Indonesia, tapi turut pula diramaikan oleh muslim Malaysia dan Singapura yang tinggal di Austria. Bahkan Duta besar Malaysia untuk Austria, Datuk Mohammad Daud pun acap kali mengikuti acara pengajian tersebut yang tentu saja menjadi motor penggerak bagi muslim Malaysia di Wina.

Wacana untuk mendirikan masjid sebenarnya sudah mengemuka sejak sepuluh tahun lalu. Namun mendirikan masjid di kota Wina bukanlah perkara mudah, disamping urusan perizinannya yang tidak gampang tapi juga membutuhkan dana yang sangat besar. Karenanya Wapena kemudian berusaha mewujudkan mimpi memiliki masjid sendiri dengan meniru pola yang sudah dilakukan oleh muslim Indonesia di Jerman yang membangun Masjid Al-Falah Berlin di lantai dasar sebuah gedung apartemen di pusat kota Berlin.

Sebagaimana dijelaskan oleh Andi Ahmad Junirsah (Acha), ketua Wapena, bahwa pada saat mematangkan rencana pendirian masjid,  mereka mencoba realistis. Dalam mewujudkan keinginan memiliki masjid sendiri, termasuk masalah dana yang diperlukan harus bisa dijangkau. Gayung bersambut, terdengar kabar bahwa komunitas muslim Pakistan akan menutup aktivitas Masjid Makki yang mereka kelola seiring dengan rencana kepulangan Dr. Raffi yang selama ini mengetuai masjid tersebut.

Begini suasana betapa hangatnya persaudaraan Muslim Indonesia di Wina, Austria,  di Bulan suci Ramadhan.

Mengetahui akan adanya kabar tersebut, Acha berkoordinasi dengan pengurus Wapena lainnya, langsung cek ke lokasi, dan setelah berbicara dengan pengelola masjid, dalam hitungan hari, diputuskan untuk melanjutkan pengelolaan masjid Muslim Pakistan tersebut dengan beberapa pertimbangan yang menguntungkan, diantaranya adalah terkait urusan perizinan. Fungsi bangunan tersebut sudah terdaftar sebagai tempat ibadah sehingga tidak perlu lagi mengurus perizinan pendirian tempat ibadah baru, dan Wapena sebagai calon pengelola baru, telah resmi terdaftar di kepolisian dan pemerintah kota Wina.  Sehingga status Wapena hanya melakukan pengalihan dari pengelola masjid lama.

Sebelum menjadi masjid, ruangan tersebut dulunya merupakan sarana olahraga semacam fitness center.  Warga muslim Bosnia dan Makedonia yang pertama menjadikannya sebagai masjid, lalu pada awal tahun 2011 warga muslim Pakistan yang diketuai Dr. Rafi melanjut estafet pengelolaan masjid tersebut. Sebagai pengelola baru, muslim Pakistan menamainya dengan nama masjid Makki, sebutan lain untuk kota suci Makkah. Hanya saja, belum satu tahun mengelola, kegiatan peribadahan di masjid Makki terancam dihentikan seiring rencana kepulangan Dr. Raffi ke Pakistan. Kesempatan baik yang tak disia siakan oleh Wapena.

Undangan Peresmian Masjid As-Salam 21 Januari 2012 lalu

Untuk mengambil alih pengelolaan masjid, pihak Wapena harus menyiapkan dana sedikitnya 5.000 Euro atau sekitar Rp. 60 Juta (1 Euro = Rp12 ribu). Dana tersebut diperlukan untuk uang jaminan sebesar 2 bulan sewa kepada pemilik apartemen, sewa satu bulan pertama sebesar 750 Euro (Rp. 9 Juta), biaya administrasi sebesar satu bulan sewa, dan renovasi ruang. Antusiasme muslim Indonsia sangat luar biasa dalam upaya tersebut. Dukungan juga datang dari muslim Malaysia dan Singapura.

Pada tanggal 21 Januari 2012 Masjid As-Salam Wapena secara resmi dibuka oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Austria dan Slovenia Bapak I Gusti Agung Wesaka Puja yang hadir beserta istri beliau. Turut hadir dalam upacara peresmian tersebut Duta Besar Malaysia untuk Austria, Datuk Muhammad Daud yang memang sejak lama acap kali hadir di pengajian yang diselenggarakan di KBRI Wina dan menjadi motor penggerak bagi muslim Malaysia di Austria. Bapak I Gusti Agung Wesaka Puja, memberikan appresiasi kepada Datuk Muhammad Daud dengan menyerahkan potongan nasi tumpeng kepada beliau.

Taushiah dalam peringatan maulid nabi di masjid As-Salam

Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 100 orang warga. Mereka yang hadir tak hanya muslim asal Indonesia yang bermukim di Wina saja, tapi ada juga yang dari kota di sekitarnya. Termasuk muslim Malaysia, Pakistan, Turki serta beberapa muslim Austria. Hadir pula perwakilan warga muslim Indonesia dari Jerman dan pengurus Masjid Al-Falah Berlin yang merupakan masjid indonesia di Jerman, saat ini pengurus Masjid Al-Falah Berlin sedang berusaha mengurus kepemilikan atas bangunan yang kini difungsikan sebagai Masjid Al-Falah.

Berdirinya masjid As-Salam di Austria ini menjadi tempat berhimpunnya muslim Indonesia disana, bersama sama dengan muslim Malaysia dan Singapura, serta tak lupa pengurus masjid As-Salam juga mengajak muslim Pakistan yang merupakan jemaah ataupun pengurus masjid sebelumnya untuk tetap bergabung, dan tentu saja masjid ini pun terbuka bagi semua muslim. Selain dari itu, kehadiran masjid As-Salam Wapena di kota Wina ini menambah khasanah masjid masjid Indonesia di daratan Eropa setelah sebelumnya telah lebih dulu berdiri dua masjid di Belanda yakni Masjid Al-Hikmah di Den Hag dan Masjid Nasuha di kota Rotterdam, serta Masjid Al-Falah di Berlin-Jerman.

suasana upacara peresmian Masjid As-Salam

Operasional dan Aktivitas Masjid As-Salam

Operasional masjid selama satu bulan diperkirakan memakan dana sekitar 1.000 Euro (Rp12 juta)  untuk biaya sewa tempat, biaya gas, listrik, dan perawatan. Dukungan warga baik moral dan material, sangat luar biasa terhadap Masjid As-Salam. Bahkan, dukungan tersebut tidak hanya datang dari warga muslim Indonesia. Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura juga mendukung berdirinya Masjid As-Salam.

Masjid ini memiliki ruang utama berukuran sekitar 70m2. Selain menjadi tempat pelaksanaan sholat berjamaah lima waktu, juga menjadi tempat melaksanakan pertemuan rutin mingguan komunitas Muslim Indonesia, Malaysia dan Singapura yang tergabung dalam komunitas Warga Pengajian Wina (Wapena).  Selain itu juga masjid ini merupakan tempat pelaksanaan rutin shalat Jum'at, dan khusus minggu terakhir setiap bulannya dilaksanakan shalat jum'at dengan khutbah dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Pengajian jarak jauh bersama Aa' Gym di masjid As-Salam, Wina - Austria. 

Sebuah catatan kecil di penyelenggaraan sholat jum’at pertama di masjid As-Salam ini pada tanggal 27 Januari 2012 lalu yang diikuti oleh . Puluhan warga muslim Indonesia mulai dari pejabat KBRI/PTRI Wina, pekerja di organisasi PBB, hingga pelajar dan mahasiswa menjalani salat fardhu ain di masjid Indonesia pertama di ibu kota Austria tersebut. Selain warga Indonesia, beberapa jamaah dari negara-negara Islam seperti Pakistan, Bosnia, dan Mesir juga mengikuti ibadah wajib tersebut, dalam kesempatan itu ketua Warga Pengajian Wina (Wapena), Andi Ahmad Junirsah bertindak sebagai khatib dengan menggunakan Bahasa indonesia.

Ba’da sholat Jum’at hari itu masjid As-Salam kedatangan tamu,  Dia adalah Gottfried Klug. Warga Austria yang menikahi wanita Indonesia ini meminta kepada pengurus masjid As-Salam untuk memandunya masuk Islam. Hadir sebagai saksi dalam proses tersebut di antaranya, Penasehat Wapena, Dewanto Saptoadi, dan Minister Counsellor Pensosbud KBRI/PTRI Wina S. Djati Ismojo. Acha selaku ketua Wapena memandu Gottfried membaca dua kalimat Syahadat.

Wajah wajah ceria dan sumringah sesaat setelah peresmian masjid

Berbahasa Indonesia dan Inggris

Sebagai Masjid yang dibangun oleh komunitas muslim Indonesia dan negeri serantau, Masjid As-Salam berupaya menghadirkan bahasa Indonesia dalam khutbah Jum’atnya setidaknya sekali dalam sebulan.  Selain itu digunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar. Untuk kegiatan salat lima waktu, pihak Wapena masih mengandalkan pengelola masjid sebelumnya, yang merupakan jemaah muslim Pakistan.

Masjid As-Salam juga menyelenggarakan Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) bagi warga muslim. Kegiatan ini dilaksanakan setiap Sabtu. Ada tiga kelas TPA. Kelas I untuk usia 4-6 tahun, kelas II usia 7-11 tahun, dan kelas III 12 tahun ke atas. Selain itu Pengurus Wapena juga menggelar pengajian rutin setiap minggu. Kegiatan ini tidak hanya untuk warga muslim Indonesia, tapi juga terbuka bagi sahabat-sahabat dari Malaysia dan Singapura.

Sebelum masjid ini berdiri, Wapena secara rutin melakukan pengajian bersama warga Malaysia dan Singapura di ruang serba guna KBRI. Kegiatan tersebut kini dilanjutkan di masjid As-Salam, Selain di akhir pekan, ada juga kegiatan Islami di hari-hari kerja. Salah satunya pengajian bersama yang dilakukan oleh ibu-ibu muslim Indonesia. Ada juga kajian Islami after work yang digelar kalangan mahasiswa. pihak Wapena tidak hanya membuka pintu bagi warga muslim Indonesia untuk menggunakan fasilitas masjid sebagai tempat aktivitas Islami, tapi juga kepada warga muslim asal negara-negara tetangga.***

Senin, 27 September 2010

Masjid Islamic Centre Wina, Austria

Islamic Center Wina / Vienna Islamic Centre / Islamisches Zentrum Wien.

Masjid inilah yang telah lebih dari 30 tahun menjadi pusat studi, kajian, serta perkembangan Islam di Austria. Hal yang menarik bahwa di negara sosialis Eropa Barat ini kebebasan beragama cukup terjamin. Persoalan keagamaan mendapat perhatian serius, sebagai contoh bahwa pelajaran keagamaan diajarkan di sekolah pemerintah, termasuk pelajaran agama Islam yang diajarkan oleh guru keturunan Turki. Di negara ini, Islam adalah agama ketiga terbesar dengan presentase 4,2 % yang berjumlah sekitar 344, 391 orang setelah agama Katolik dan Protestant.

Membangun masjid bukan persoalan di negeri anggur ini. Paling tidak terdapat 8-9 masjid menghiasi kota Wina. Yang paling megah dan menjadi sentral kegiatan keislaman disini adalah Masjid Islamic Center Vienna. Masjid ini merupakan masjid yang paling representatif karena bentuk tampilan bangunannya adalah masjid, tidak seperti masjid-masjid yang lain yang tampak dari luar hanya berupa bangunan apartemen yang didesain untuk kegiatan beribadah. Di kota Wina juga terdapat Masjid As-Salam Wapena yang didirikan oleh muslim Indonesia di kota Wina.

Lokasi Islamic Center Wina

Islamisches Zentrum Wien / Vienna Islamic Centre
Am Bruckhaufen 3a
1210 Vienna, Austria
Telepon : 01 2933194
Situs Resmi : http://www.izwien.at/

 

Dari pusat kota wina dapat dicapai menggunakan trem dan subway (U-Bahn) dan turun di stasiun Nueu Donau. Bangunan masjid terlihat dengan jelas dari stasiun.

Sejarah Islamic Center Wina

Masjid Islamic Center Wina dibangun selama kurun waktu tahun 1975 hingga 1979 dengan dana sumbangan dari Raja Saudi Arabia waktu itu Faisal Bin Abdul Aziz, dibangun diatas lahan yang dibeli dari dana yang berasal dari 8 negara Islam di tahun 1968 dan mendapatkan dukungan dari pemerintah Austria. Sebagaimana ditulis pada prasasti pembangunannya disebutkan : “Vienna Islamic Centre. Pembangunan atas inisiatif beberapa kedutaan besar negara-negara Islam, terutama Yang Mulia Raja Feisal bin Abdul Azia dari Saudi Arabia. Peletakan Batu Pertama pada 28 Februari 1968. Diresmikan pada 20 November 1979 bertepatan 1 Muharram 1400 H oleh Presiden Austria, DR. R..Kirschschlager.Tinggi Menara 32 meter. Kubah 16 meter. Arsitek Ing R. Lugner.”

Arsitektur Islamic Center Wina

Masjid Islamic Center Wina dilengkapi dengan Menara setinggi 32 meter, serta kubah masjid dibagian tengah dengan diameter 20 meter. Sebagai tambahan islamic center ini juga dilengkapi dengan fasilitas  fasilitas yang baik untuk belajar dan mempraktekan ajaran Islam. Sama seperti masjid pada umumnya di Indonesia, di sana ada hamparan karpet merah untuk salat, hijab pemisah untuk jamaah wanita di bagian belakang, mihrab, dan mimbar bagi khatib. Ruangan salatnya kira-kira berukuran 100 x 200 meter. Masjid itu terbagi dalam 3 lantai. Lantai basement, lantai dasar, dan lantai atas.

Masjid Islamic Center Wina.

Bangunan Islamic Center secara keseluruhan berdiri di atas tanah kurang lebih seluas 1 hektar. Kumandang azan dilantunkan hanya terdengar di dalam masjid saja karena tidak menggunakan pengeras suara. Masjid ini sangat ramai saat salat Jumat. Tiap lantai penuh, jumlah orangnya sekitar 2.000 orang. Mereka datang dari dalam dan luar kota Wina untuk salat di sini. Islamic Center di Wina adalah satu-satunya tempat yang memiliki masjid relatif besar. Di kota-kota lain di Austria juga ada Islamic Center, hanya saja tidak sebesar di Wina.

Geliat Islam di Wina

Meskipun menjadi agama ketiga, tetapi geliat dan semangat menjalankan ajaran agama Islam di Wina cukup tinggi, hal ini terlihat dari semarak dan berjubelnya warga muslim dari beragam etnis untuk menjalankan shalat tarawih, shalat jum’at dan tadarus Al-Qur’an di masjid-masjid yang cukup menampung mereka. Berbeda dengan keadaan gereja yang menghiasa seantero Wina dengan model bangunan tua nan megah justru sepi dari pengunjung dan semakin ditinggalkan oleh penganutnya. Menurut warga Austria, mereka lebih baik menjadi “Atheis” daripada terkungkung oleh aturan gereja dan pajak yang harus mereka bayar yang kadang memberatkan.

Masjid Islamic Center Wina.

Masjid-masjid di Wina umumnya dibangun oleh komunitas tertentu untuk sarana beribadah dan silaturahim diantara mereka, namun tetap terbuka untuk komunitas manapun yang akan menjalankan ibadah shalat. Sebagai contoh misalnya, Masjid Telfs, Masjid Rashid yang didirikan oleh komunitas Muslim Ghana dan Nigeria, Masjid Bad Voslau dan Masjid Ridvan yang dibangun oleh komunitas muslim Turki. Demikian juga Masjid Syura yang diimami langsung oleh imam dari Palestina yang bernama Syekh Ibrami Adnani, yang biasanya dilanjutkan dengan kajian tafsir berbahasa Arab. Peserta atau jama’ah kebanyakannya warga Arab atau jama’ah yang bisa berbahasa Arab.

Secara historis, Kebanyakan orang Muslim datang ke Austria setelah tahun 1960 sebagai “pekerja tamu” dari Turki, Bosnia dan Herzegovina serta Serbia. Ada juga mereka yang berasal dari keturunan Arab dan Pakistan. Keberadaan warga Turki muslim khususnya di Wina sangat membantu dalam hal menyediakan makanan dan minuman yang halal. Daging sapi, ayam dan kambing mudah didapatkan dari mereka. Bahkan justru pasar-pasar Turki lebih padat dikunjungi oleh mereka yang akan membeli kebutuhan makan sehari-hari daripada pasar-pasar yang dikelola oleh warga Austria. Jangan tanya tentang restoran Kebab Turki yang menjadi menu pavorit warga muslim di Wina.

Masjid Islamic Center Wina.

Masjid ini sendiri telah menjadi referensi bagi muallaf ketika ingin mendapatkan pemahaman Islam. Rata-rata 2 hingga 3 orang warga asli Austria setiap bulannya berkunjung ke masjid untuk mendapat pencerahan mengenai Islam. Mereka datang karena ingin memeluk Islam.

Kegiatan Ramdhan di Islamic Centre Wina

Seperti umumnya di bulan Ramadhan, kegiatan keagamaan terlihat cukup semarak di beberapa masjid, terutama di masjid Islamic Center yang berada cukup strategis di pinggiran sungai tempat beristirahat dan berjemur orang bule di musim panas. Di masjid ini, disediakan makanan berbuka puasa dan diadakan sholat berjama’ah lima waktu, termasuk shalat tarawih dan shalat Idul Fithri yang diimami langsung oleh seorang salah Syekh dari Arab.

interior  masjid Islamic Center Wina.

Dua Jenis sholat taraweh

Yang unik, bahwa di masjid ini diadakan dua bentuk shalat tarawaih, di lantas atas untuk mereka yang shalat tarawih plus witir 11 rakaat dan di lantai bawah untuk mereka yang shalat tarawih plus witir 23 rakaat yang notabene dihadiri oleh mayoritas warga muslim Turki. Perbedaan shalat ini tidak menjadi pintu konflik antar beragam etnik muslim di Austria, namun justru menjadi sarana perekat dan toleran dianatara mereka. Umumnya warga muslim Indonesia lebih memilih shalat di lantai atas.

Kajian Islam

Kajian keislaman dan seminar juga kerap diadakan di masjid ini seperti kajian tentang ’I’jazul Qur’an Al-Ilmiy’ yang disampaikan secara berkala setiap pekan oleh DR. Abdullah Al-Mushlih dari Liga Muslim Dunia yang bermarkaz di Mekkah al-Mukarramah, Saudi Arabia. Demikian juga kajian ba’da tarawih tentang tafsir maupun akidah yang menggunakan bahasa Arab. Tidak ketinggalan pengislaman warga Austria diadakan di masjid ini sebagai simbol pemersatu umat muslim di Austria.

Menara Masjid Islamic center Wina mengisi langit kota Wina.  

Selain untuk kegiatan ibadah, bangunan yang diresmikan tahun 1979 itu juga dipakai untuk kegiatan pendidikan. Setiap weekend ada semacam pengajian bagi anak-anak. Ada juga forum-forum untuk dialog serta les bahasa Arab atau Jerman.

Masjid Islamic center Wina dan Muslim Indonesia

Khusus untuk warga muslim Indonesia, keberadaan Masjid Islamic Center Wina memberi arti tersendiri. Masjid ini dijadikan sebagai kiblat penentuan awal dan akhir Ramadhan, demikian juga dalam konteks beribadah, kebanyakan mengacu kepada tatacara beribadah di masjid ini, baik shalat tarawih, shalat jum’at dan sebagainya.

Islamic Center Wina.

Setiap jum’at warga muslim Indonesia yang terdiri dari Staff KBRI, diplomat, pekerja professional dari UN, OPEC, Badan Atom International dan mahasiswa akan memadati masjid ini untuk melepas rindu dengan masjid dan bersilaturahim diantara mereka yang mungkin sukar ketemu kecuali saat bersama beribadah di masjid ini. Sungguh suatu pandangan menarik apalagi keberadaan masjid ini tepat di tepi sungai ‘Donau’ yang membentang melingkari Austria dan pusat kantor badan internasional termasuk United Nation.

Pemeluk agama Islam komposisinya 8 persen dari total penduduk Austria yang sebanyak 5,375 juta . Jumlanya 430 ribu. Dan jumlahnya meningkat 2 kali lipat dalam jangka waktu 10 tahun.  kehidupan umat Islam di Austria mudah. Pemerintah setempat memberikan kebebasan pada umat agama apapun untuk memasuki semua lini kehidupan di sana. (update1 : 29/06/2012)

Foto Foto Masjid Islamic Centre Wina

Masjid Islamic Centre Wina.
Masjid Islamic Centre Wina.
Masjid Islamic Centre Wina.
Masjid Wina dalam bekunya musim salju.
para penggermar VW kodok mengabadikan koleksi mobil mereka berlatar belakang keindahan Masjid  Vienna Islamic Centre.