Tampilkan postingan dengan label Masjid di Prancis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid di Prancis. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 29 Oktober 2016

Grande Mosquée de Poitiers, Prancis

Masjid Agung Poiters merupakan bangunan pertama yang dibangun sebagai masjid di wilayah kota ini. Penolakan  keras dari kelompok ekstrimis sayap kanan Prancis sempat menghebohksn daratan Eropa dan dunia.

Grande Mosquée de Poitiers atau Masjid Agung kota Poiters ini merupakan masjid pertama yang dibangun di Poiters sebagai sebuah bangunan yang memang sejak awal dibangun sebagai masjid. Sampai tahun 2012, bangunan masjid ini masih dalam tahap pengerjaan ahir. Kota Poitiers juga dikenal sebagai kota pelajar-nya Prancis, di kota ini mahasiswa dari berbagai negara datang untuk menimba ilmu di berbagai universitas dan perguruan tinggi disana termasuk mahasiswa dari benua Afrika dan negara negara berpenduduk mayoritas muslim.

Kelompok mahasiswa ini kemudian bergabung dengan komunitas muslim yang ada di kota Poiters bersama sama membangun sebuah masjid transisi dari sebuah bekas bangunan klab malam yang kemudian dialihfungsi sementara sebagai masjid sembari menunggu pembangunan masjid Poiters selesai dibangun di tahun 2013.

Grande Mosquée de Poitiers
Rue de la Vincenderie
Poitiers, Aquitaine-Limousin-Poitou-Charentes
86000 Poitiers, Prancis



Masjid s atu ini adalah salah satu masjid di negara Perancis, pada tanggal 24 Oktober 2012 yang lalu sempat menjadi perhatian dunia internasional. Sekelompok orang berjumlah 60 orang dari kelompok ekstrim sayap kanan Prancis, menyerbu dan mengambil alih masjid ini secara paksa yang saat ini sedang dalam tahapan ahir pembangunannya sebagai aksi protes atas pengaruh Islam di negara tersebut. Tindakan yang secara luas mendapatkan kecaman keras dari para politikus dan muslim dunia.

Merujuk kepada media Prancis mereka menyebut diri mereka sendiri sebagai “Generation Identity” menguasai masjid tersebut yang berada di kawasan sub urban kota Potiers, sebelah barat Prancis sekitar pukul 6 pagi. Mereka memanjat tembok masjid hingga ke atap kemudian membentangkan spanduk bertuliskan “732 generation identity” merujuk kepada angka tahun 734 manakala Charles Martel maju menghadapi serbuan tentara Islam di sebelah utara kota Poitiers. Kelompok ini dengan tegas menyatakan sikapnya di situs resmi milik mereka dengan pernyataan :

“kami tidak menginginkan ada imigran lagi dari luar Eropa atau pembangunan masjid baru di tanah Prancis”.

Pendudukan Masjid Agung Poiters oleh kelompok ektrim sayap kanan Prancis

Selain merekam aksi mereka, kelompok ektrimis ini juga mengeluarkan pernyataan melalui akun medsos Tweeter mereka menyatakan bahwa mereka tidak akan pergi dari masjid yang mereka kuasai kecuali bila dikeluarkan paksa oleh pihak berwenang. Namun ternyata mereka telah meninggalkan masjid tersebut pada sekitar pukul 1 siang setelah tercapai kesepakatan dengan pihak kepolisian namun demikian tiga orang dari kelompok ini ditahan polisi.

Dari dalam negeri Prancis sendiri, kelompok ini mendapatkan kecaman keras dari berbagai kalangan, tak kurang dari kalangan pemerintahnya sendiri yang kini di kuasai oleh partai Sosialis dan partai Komunis menyerukan pembubaran kelompok Generation Identity. Sedangkan dari pihak otoritas kota Poitiers akan memberikan sanksi keras terhadap kelompok tersebut dengan tuduhan telah melakukan tindakan protes secara tidak sah dan tindakan kebencian rasial.

Interior masjid dengan kesibukan persiapan Iftar jama'i atau Bukber (buka puasa bersama)

Menteri dalam negeri Prancis Manuel Valls menyebut aksi itu sebagai sebuah tindakan provokasi kebencian, sementara Perdana Menteri Prancis Jean-Marc Ayrault, dengan keras mengecam tindakan tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan melawan pemerintah dan tatanan nilai Prancis.

Kelompok muslim Prancis menyatakan sangat terkejut dan sangat marah atas aksi pendudukan tersebut. Dewan Muslim Prancis (CFCM) menyatakan tindakan tersebut sebagai tindakan liar dan merusak tatanan kerukunan beragama di Prancis. Tindakan tersebut merupakan tindakan pertama yang pernah terjadi sepanjang sejarah Prancis.

Tanggal 24 Oktober memang memiliki arti sejarah bagi Prancis, ditanggal tersebut pada tahun 732 pasukan Prancis dibawah pimpinan Charles Martel berjibaku membendung serbuan pasukan Islam di Poiters. Peritiwa tersebut yang justru dijadikan rujukan oleh kelompok Ektrimis ini untuk melakukan aksinya.

--------------------

Baca Juga


Sabtu, 22 Oktober 2016

Masjid Agung Strasbourg Prancis

Megah meski tanpa menara

Masjid Agung Stasbourg atau Great Mosque of Strasbourg atau dalam bahasa Prancisnya disebut sebagai "La Grande Mosquée de Strasbourg", adalah sebuah masjid agung berukuran besar yang dibangun di daerah Heyritz, sebelah selatan kota Strasbourg. Berdiri megah di bagian kota Strasbourg masjid ini telah menjadi pusat aktivitas ke-Islaman di kota dan menjadi kebanggaan bagi komunitas muslim di kawasan Alsatianyang mencapai 120,000 jiwa. Pembangunannya telah diumumkan tahun 1993 namun baru dilakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan di tahun 2004 dan diresmikan tahun 2012.

Grande Mosquée de Strasbourg
6 Rue Averroès, 67000 Strasbourg, Prancis



Proses Pembangunan Sebelas Tahun

Sejak diluncurkan tahun 1993, proyek pembangunan masjid ini beberapa kali mengalami penundaan sebagai akibat dari proses pemilihan dan sengketa dengan calon kontraktor KKF dari Jerman serta keputusan dari dewan kota yang melarang adanya aliran dana donasi dari luar negeri. Rancangan masjid ini juga mengalami beberapa kali revisi atas desakan dari dewan kota, sampai ahirnya rancangan awal berubah total dengan mengurangi ukurannya hingga setengahnya saja, menghilangkan menara, pusat pembelajaran dan auditorium.

Proyek pembangunan ahirnya disetujui dan dilaksanakan dengan menunjuk kontraktor Demathieu and Bard.Designed dengan rancangan  bangunan dari arsitek Italia – Paolo Portoghesi- arsitek yang juga merancang Masjid Agung Kota Roma, ibukota Italia. Paolo Protodhesi berhasil memenangkan sayembara rancangan masjid ini menyingkirkan para arsitek lainnya termasuk proposal masjid futuristik yang diajukan oleh arsitek Zaha Hadid. Peletakan batu pertamanya dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2004 oleh walikota Strasbourg Fabienne Keller.

saat pemasangan kerangka kubah

Pemasangan Kubah Masjid

Pemasangan kubah masjid yang dilakukan pada hari Jum’at yang juga bertepatan dengan perayaan Idul Adha. Prosesi tersebut begitu menarik perhatian masyarakat luas, turut hadir dalam acara tersebut beberapa perwakilan dari tokoh tokoh agama samawi di Prancis diantaranya adalah Uskup Agung Strasbourg, dari kalangan Yahudi, hadir Rabbi serta dari komunitas perwakilan dari komunitas protestan.

Pemasangan kubah masjid segera dilakukan sebelum kerumunan masyarakat lebih banyak lagi memadati lokasi pembangunan masjid untuk turut menyaksikan peristiwa tersebut. Sebuah crane raksasa berkekuatan 500 ton disiapkan untuk mengangkat kerangka baja kubah seberat 29 ton setinggi 24  meter tersebut dari permukaan tanah ke tempatnya di atap bangunan masjid yang sedang dibangun.

peresmian Masjid Agung Strasbourg

Turut hadir dalam acara tersebut, presiden maroko Said Aalla yang sempat melontarkan pernyataan bahwa momen hari itu memiliki makna simbolik yang sangat tinggi. Kubah yang dipasang tersebut setinggi 24 meter dan bertepatan dengan desember kubah tersebut yang nantinya akan di lapis dengan tembaga sangat jelas sebagai identitas bangunan tersebut dan membantu menunjukkan kehadiran Islam di kota tersebut.

Terbesar kedua di Prancis

Pada saat diresmikan, Masjid Agung Stasbourg merupakan bangunan masjid terbesar yang pernah dibangun di tanah Prancis. Dengan luas mencapai 1300 meter persegi membuatnya satu setengah kali lebih besar bila dibandingkan dengan Masjid di Evry di kota Paris yang sudah lebih dulu dibangun. Bangunan masjid Agung Strasbourg dibangun dalam rancangan modern dengan tampilan ekterior yang menawan. Sentuhan gaya maroko sangat kentara pada bagian dinding masjid yang terdiri dari 500.000 lempengan mozaik, ruangan utamanya dirancang menyejukkan dengan warna warna lembut dan cahaya lampu yang alami.

Interior Masjid Agung Strasbourg

Pembiayaan Pembangunan

Proyek pembangunannya menghabiskan dana sekitar 10.5 juta Euro atau setara dengan sekitar US$ 13.5 juta dolar Amerika bersumber dari jemaah dan Pemerintah Prancis, pemerintah Kuwait, Maroko, Saudi Arabia dan Turki. Penggalangan dana untuk pembangunan masjid ini dilakukan oleh dua lembaga sekaligus yakni "the association Great Mosque of Strasbourg" dan "association Espace Euro-mediteranean Averroes" dua lembaga ini yang melakukan penggalangan dana bagi pembangunan masjid ini baik dari dalam maupun dari dari luar negeri.

Peresmian Masjid Agung Strasbourg

Masjid Agung Strasbourg diresmikan pada tanggal 27 September 2012 oleh Sekretaris Parlemen Angela Girard, didampingi oleh Menteri Dalam Negeri Prancis - Manuel Valls dan Menteri Agama Maroko Ahmed Tawfiq. Menteri Dalam Negeri Prancis - Manuel Valls – dalam kata sambutannya mengajak muslim yang berasal dari berbagai bangsa di Prancis untuk makin berintegrasi, namun tidak akan mentoleran setiap tindakan yang mengarah kepada radikalisme. Dalam kesempatan itu mendagri Prancis juga menjanjikan kepada empat juta muslim Prancis bahwa pemerintah negara akan membantu pembangunan lebih banyak masjid di Prancis termasuk akan membantu pelatihan bagi para pengurusnya.

Jemaah Sholat Ied yang membludak 

Peresmian masjid ini menjadi satu momen yang sangat penting bagi Prancis karena menunjukkan besarnya persatuan antar ummat beragama di negara tersebut, mengingat begitu banyak tokoh lintas agama turut hadir menyaksikan upacara peresmian masjid terbesar kedua di Prancis ini. Jemaah masjid ini kebanyakan merupakan warga muslim Prancis yang berasal dari Afrika Utara terutama dari Maroko. Di masjid ini diselenggarakan begitu banyak konfrensi dan seminat dan memiliki program program pembelajaran yang ekstensif untuk anak anak usia sekolah.

Sebelum masjid ini selesai dibangun, jemaah masjid ini menggunakan sebuah gedung bekas pabrik sebagai masjid yang berada di pusat kota Stasbourg tak jauh dari gedung pengadilan di tahun 1982 hingga tahun 2012 dan masjid tersebut bukanlah masjid pertama di kota ini. jauh sebelumnya ditahun 1967 telah berdiri sebuah masjid disana dan kini telah berkembang hingga lebih dari 20 masjid di kota Stasbourg.

Pemakaman Muslim pertama di Prancis

Muslim di kota Strasbourg ini juga telah mendapatkan persetujuan dari walikotanya untuk memiliki lahan pemakaman muslim sendiri yang merupakan komplek pemakaman muslim pertama di Perancis. persetujuan tersebut ditandatangani oleh walikota Strasbourg Roland Reis dan Pimpinan dewan regional agama Islam (CRSM) Alsace Driss Ayachour, pembangunan komplek pemakaman di kota Alsatia ini merujuk kepada komplek yang sama di kota Fez yang merupakan ibukota spiritual bagi kerajaan Maroko selaku kota kembar bagi Strasbourg.***

--------------------

Baca Juga


Senin, 30 Agustus 2010

Grande Mosquée de Paris, Masjid Agung Paris

Pertama dan terbesar di Paris

Grande Mosquée de Paris atau dalam bahasa Indonesia nya menjadi Masjid Agung Paris adalah masjid pertama dan terbesar yang dibangun di Prancis sekaligus menjadi masjid terbesar ke tiga di Eropa.  Masjid yang menyimpan begitu banyak kenangan bagi Yahudi Eropa dijaman pembantaian yahudi oleh Nazi Jerman yang menyerbu ke Paris. Masjid Agung Paris menjadi tempat perlidungan utama kaum yahudi waktu itu, di masjid Agung Paris mereka tidak saja di beri perlingungan, tempat tinggal, makan, pakaian tapi sampai kepada dibuatkan akte kelahiran, surat nikah, hingga dokumen dokumen pribadi lain nya dengan mengubah data mereka menjadi “seolah olah’ muslim, agar selamat dari kejaran dan pembantaian Nazi. Masjid Agung Paris kini menjadi salah satu daya tarik kota Paris, mejadi monumen Islam di Negara itu. Islam sendiri kini menjadi agama bagi 25% penduduk Prancis.

Sejarah Masjid Agung Paris

Masjid Agung Paris didirikan setelah berakhirnya Perang Dunia pertama sebagai tanda terima kasih Prancis kepada komunitas Muslim di sana yang ikut melawan pasukan Jerman dalam sebuah pertempuran yang berlangsung di daerah perbukitan utara kota Verdun-sur-Meuse di wilayah bagian utara-timur Perancis pada 1916, dimasa perang dunia pertama.

Masjid Agung Paris dilihat dari ketinggian gedung diseberangnya

Dibangun di lokasi bekas Rumah Sakit Mercy ini seluruh pendanaannya disediakan oleh pemerintah Prancis. Peletakkan batu pertama dilakukan pada tahun 1922. Pada tanggal 15 Juli 1926, bangunan Grande Mosquée de Paris diresmikan secara simbolis oleh Presiden Prancis saat itu Gaston Doumergue.

Ahmad al-Alawi (1869-1934), seorang tokoh sufi berdarah Aljazair, ditunjuk sebagai imam shalat pertama sebagai pertanda diresmikannya masjid baru di kota Paris di hadapan Presiden Doumergue. Imam Masjid Raya Paris saat ini dijabat oleh Mufti Dalil Boubakeur, yang juga merupakan Presiden Dewan Muslim Prancis.

Alamat & Lokasi Masjid Agung Paris
La Grande Mosquee de Paris
2 Bis Place du Puits de l'Ermite
75005 Paris, France
Telephone: 1 45 35 97 33
Fax: 1 45 35 16 23



Arsitektural Masjid Agung Paris

Dibangun di atas lahan seluas satu hektar di daerah komunitas Latin (distrik kelima di Paris), Masjid Raya Paris memperlihatkan keagungan sebuah bangunan Islam yang ditunjukkan lewat desain arsitektur dan mozaik-mozaiknya. Masjid itu memperlihatkan aspek klasik dan perkembangan peradaban seni Islam. Disamping juga bentuk ajaran yang sangat toleran dan jelas dari agama dan budaya Islam.

Grande Mosquée de Paris terinspirasi oleh Masjid Alhambra di Spanyol. Karenanya jika menilik lebih jauh setiap detil bangunannya sarat dengan gaya arsitektur Alhambra yang banyak mengadopsi arsitektur bangsa Moor (Maroko). Untuk mempertegas gaya Moor, pemerintah Prancis memerintahkan sejumlah seniman asal Maroko untuk mendesain Grande Mosquée de Paris. Komunitas Muslim yang bermukim di kota Paris pada masa itu merupakan para imigran asal Maroko.

Menara Masjid Agung Paris, dibangun dengan gaya menara masjid masjid Maroko, berupa menara berbentuk segi empat dengan balutan ukiran hampir diseluruh permukaan dindingnya.

Menara Masjid Agung Paris

Grande Mosquée de Paris memiliki menara setinggi 33 meter. Dari atas menara inilah suara adzan berkumandang. Berbentuk segi empat dan dilapisi keramik hijau toska mengadopsi kaidah mazhab Maliki. Pada keramik-keramik tersebut dapat dilihat kerumitan tatahan dinding yang berwarna abu-abu. Di dalam bangunan menara terdapat tangga menuju bagian puncak menara.

Untuk menuju ke dalam kompleks Masjid Raya Paris, pengunjung harus melalui pintu gerbang utama. Setelah melewati pintu gerbang ini, pengunjung akan melihat sebuah lapangan yang cukup luas yang dikenal dengan nama La Cour dHonneur. Di tengah-tengah lapangan  terdapat sebuah sumur.

Dan, tidak jauh dari sumur tersebut terdapat sebuah bangunan yang pada masa awal berdirinya masjid ini merupakan tempat pemandian umum (hammam) bagi orang-orang Muslim Maroko. Keberadaan bangunan hammam ini merupakan salah satu ciri khas dari kompleks bangunan masjid pada masa kejayaan Islam.

Taman di Masjid Agung Paris

La Cour dHonneur

La Cour dHonneur yang merupakan sebuah halaman luas yang juga difungsikan sebagai ruang pertemuan utama. Untuk menuju La Cour dHonneur ini, pengunjung harus melewati pintu besar yang terbuat dari kayu oak yang bertatahkan perunggu dengan mozaik yang terbuat dari kayu ekaliptus dan hiasan koral. La Cour dHonneur  dilengkapi dengan taman bergaya Spanyol-Maroko bercorak Andalusia, lengkap dengan teras-teras yang dilapisi marmer hitam, kolam berikut air mancurnya, beranda, dan beberapa keran air yang sewaktu-waktu akan menyemprotkan air di antara bunga-bunga yang tumbuh di halaman.

Di bagian kiri, terdapat sebuah ruang pertemuan utama yang diapit oleh dua paviliun. biasanya digunakan untuk berbagai macam pertemuan dan tempat kuliah bahasa Arab. Bangunan ini juga mencakup ruang-ruang perkantoran dan perpustakaan yang dikhususkan untuk Lembaga Agama Islam.

Seperti masjid masjid lainnya, di masjid inipun semua ruang akan dipakai jemaah sebagai tempat sholat pada pelaksanaan sholat jum'at. . . . 

Patio

Di sebelah kanan ruang pertemuan utama, terdapat sebuah tembok besar berwarna putih menaungi pintu masuk utama ke sebuah ruang terbuka (patio) yang menuju ruang shalat. Melalui pintu ini, kita dapat melihat sebuah ruangan yang luas dengan sebuah peri-style yang dikelilingi oleh pilar-pilar bergaya Spanyol-Maroko yang menjulang tinggi,- seperti yang terdapat pada bangunan Alhambra. Bagian lantai dari ruangan ini merupakan plesteran yang bahannya campuran dari marmer dan batu kapur.

Pintu masuk utama ke patio berseni Maroko. Hiasan dari batu berukiran memperlihatkan corak kaligrafi yang banyak digunakan sebagai tulisan pada abad ke-13. Bagian atap pintu terbuat dari kayu pohon cedar yang diukir oleh seniman Maroko. Daun pintunya terbuat dari kayu pohon walnut yang sama persis seperti bangunan-bangunan pertama berarsitektur Islam abad ke-14.

Megah dan Mewah

Selasar

Di bagian dalam patio ini, terdapat sebuah selasar yang mengelilingi sebuah taman yang kerindangan pepohonannya mampu mengajak pengunjung untuk bermeditasi. Sebuah air mancur dan vas marmer raksasa dengan keran untuk berwudhu terdapat di bagian dalam ini. Pengunjung juga akan melewati beberapa tangga marmer, dekorasi tembok, dan lukisan sederhana yang terlihat kontras dengan arsitektur Arab klasik.

Pintu yang menghubungkan bagian dalam dengan bagian luar patio ini terbuat dari kayu pohon ek yang dipahat dengan pola mozaik terukir di atasnya. Potongan-potongan mozaik ini disesuaikan dengan sempurna sehingga menghasilkan perpaduan warna yang memikat (merah maran dan hijau giok), bintang-bintang merah, serta dua dekorasi melintang paralel.

Detil ornamen masjid Agung Paris

Dekorasi pertama menunjukkan karakter potongan Arab di atas plakat berwarna senja yang didatangkan khusus dari Cina. Plakat tersebut berbentuk lingkaran penuh dan tampak bersinar. Dekorasi ini dipadukan dengan puisi karya seniman Tunisia, Jalaleddine En-Nakache.

Pahatan yang ada memperlihatkan bagaimana pandangan dan kepekaan dari seniman-seniman tersebut. Pilihan bahan-bahan dan warna yang dihasilkan mampu menciptakan suatu harmonisasi yang enak untuk dilihat. Pengunjung juga bisa menilai ketelitian mereka dari 7 ribu potongan tegel yang terbuat dari batu kapur dan disusun meter per meter membentuk pola mozaik.

Ruang sholat

Bagian lain dari kompleks Masjid Raya Paris yang tidak boleh dilewatkan adalah ruangan shalat. Untuk menuju ruang shalat, harus melalui sebuah pintu yang terbuat dari puluhan potongan kayu yang sudah dipahat. Ruangan shalat ini dihiasi dengan jendela-jendela berteralis. Pada bagian depan, tampak sebuah dekorasi rapi bertuliskan mihrab yang menjadi arah kiblat. Di bagian tengah ruangan yang luas itu, tampak beberapa tiang yang menopang kubah dari kayu cedar yang merupakan hasil pahatan tangan. Tiang-tiang tersebut membentuk formasi segi delapan.

Ruang Sholat Masjid Agung Paris

Di dalam ruang shalat ini, terdapat dua buah mimbar untuk tempat imam berkhotbah di hari Jumat atau hari raya Islam. Mimbar pertama yang terbuat dari kayu berkualitas bagus merupakan pemberian Raja Fuad I dari Mesir. Mimbar yang lain adalah hasil pemberian Raja Son Altesse Lamine Bey dari Tunisia. Ini merupakan mimbar terbaik dari masjid di kerajaannya.

Ketika memasuki ruangan shalat, para pengunjung akan melihat hamparan karpet yang indah berukuran 7,64x4,37 meter. Karpet tersebut merupakan pemberian Raja Iran, Shah Reza Pahlevi. Dibuat di Djanchaghan, karpet ini merupakan karya seni Persia. (updated 10/10/16)***