Tampilkan postingan dengan label Masjid di Sri Lanka. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid di Sri Lanka. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Januari 2017

Masjid Melayu Kurunegala Sri Lanka Warisan Muslim Indonesia

Bermula dari sebuah masjid sederhana di abad ke 18 kini Masjid Melayu Kurunegala sudah bertranformasi menjadi sebuah bangunan masjid modern di pusat kota Kurunegala, Sri Lanka.

Serpihan Sejarah Bangsa Yang Terlupakan

Sesuai dengan namanya Masjid Melayu Kurunegala atau Malay Jumma Mosque atau Masjid Jum’ah Melayu Kurunegala adalah masjid–nya muslim melayu yang berada di di kota kurunegala, Sri Lanka. Masjid Melayu ini merupakan masjid tertua di Kununegala dibangun pada masa kolonial Inggris di Sri Lanka, sebagai fasilitas bagi muslim melayu yang pertama datang dan menetap disana. Masjid Melayu Merupakan Masjid tertua di Kurunegala dan menjadi salah satu dari begitu banyak masjid di Srilanka yang penduduknya mayoritas beragama Hindu dan Budha.

Indonesia, Malayasia dan Sri Lanka sama sama pernah di Jajah oleh Belanda. Sri Lanka dijadikan salah satu tempat pengasingan atau lebih tepatnya sebagai tempat pembuangan bagi para tokoh tokoh pergerakan tanah air, beberapa diantara mereka bahkan tidak pernah kembali lagi ke tanah air karena kekuasaan Belanad di Sri Lanka pada ahirnya jatuh ke tangan Inggris. Beberapa lagi dari mereka merupakan bagian dari Pasukan Resimen Melayu dari era Belanda dan Pasukan Resimen Melayu bentukan Inggris yang kemudian ditempatkan di Sri Lanka.

Malay Jumma Mosque
155 Maha Veediya, Kurunegala 60000
North Western Province, Sri Lanka



Masjid Diaspora Indonesia di Sri Lanka

Masjid Melayu Kurunegala ini bukanlah satu satunya masjid yang dibangun dan berhubungan dengan muslim Melayu dari Indonesia dan juga Malaysia. Di Sri Lanka ada beberapa masjid tua bersejarah lainnya yang juga berhubungan erat dengan muslim Indonesia. Sebut saja Masjid Agung Colombo atau The Grand Mosque of Colombo dirancang dan dibangun oleh Muhammad Balang Kaya, beliau merupakan putra dari Hulu Balang Kaya, Hulu Balang dari kesultanan Goa, Sulawesi Selatan, yang di asingkan ke Sri Lanka oleh pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1796.

Kemudian masjid Jum’ah Wekande atau The Wekande Jumma Mosque merupakan wakaf dari Muslim Indonesia, Pandaan Balie di tahun 1796. Sementara Masjidul Jami’a yang berada di Java Lane dibangun dari dana pensiun dari anggota Resimen Melayu di Sri Lanka. Resimen Melayu (Malay Regiment) adalah tentara bentukan Belanda kemudian dilanjutkan oleh penjajah Inggris yang terdiri dari orang orang melayu yang kemudian ditempatkan di Sri Lanka, namun kemudian mereka tidak pernah kembali ke tanah air. Beberapa masjid lain juga dibangun pada periode ini termasuk di Kandy, Trincomalee, Hambantota dan Kinniya.

Masjid Melayu Kurunegala di abad ke 18

Masjid Pertama di Kurunegala

Pemerintah Inggis kala itu dalam upaya konsolidasi kekuasaan mereka di pulau Sri Lanka mulai menyebarkan pengaruhnya di seluruh negeri dengan menempatkan pasukan tentara di berbagai kota utama Sri Lanka, di mulai dari Kandy, Pada tahun 1848 satu Resimen Melayu yang terdiri dari 30 tentara dan dua orang staf di tempatkan di Kurunegala, resimen ini kemudian ditempatkan secara permanen di Kurunegala. Staf militer yang ditempatkan disana membawa serta seluruh keluarganya dari Kandy ke Kurunegala, karena memang pemerintah Inggris memberi mereka lahan tanah.

Resimen Melayu semuanya anggotanya beragama Islam dan sangat relijius, itu sebabnya pada tahun 1850 pemerintah kolonial membangun sebuah masjid untuk keperluan mereka beribadah, sebuah masjid di tepian danau Kurunegala. Dari kenyataan ini sangat mungkin anggota resimen ini menyelenggarakan sholat Jum’at hanya dengan 32 Jemaah.

Staf militer dari Resimen British Melayu beserta seluruh anggota pasukannya tinggal di sepanjang Parade Street (kini menjadi jalan Dr. H. K. T. de Zylva Mawatha) dan daerah diseberang masjid diantara Dambulla Road dan the Maligawa grounds. Nama Jalan Parade Steet sendiri disebut demikian karena memang anggota pasukan Resimen British Melayu ini secara berkala melakukan parade milter di sepanjang ruas jalan ini.

Pada awalnya bangunan masjid ini berupa bangunan masjid sederhana dengan fasad depan bercorak bangunan India dan dikenal dengan nama Malay Military Mosque, atau masjid militer melayu. Seiring dengan perjalanan waktu masjid tersebut kemudian dikenal dengan nama Malay Mosque atau masjid Melayu atau "Java Palli" sampai kemudian menjadi "Ja Palliya".

Orang Jakarta akan sangat familiar dengan moda tranformasi bewarna merah yang parkir disamping masjid tertua dan pertama di Kurunegala dalam foto diatas. Kendaraan yang berasal dari India tersebut ternyata juga populer di Sri Lanka.

Masjid ini merupakan masjid pertama di Kurunegala sekaligus merupakan bangunan tempat ibadah pertama yang mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah bagi seluruh muslim yang tinggal di Kurunegala dan sekitarnya, menyusul kemudian berdirinya Masjid Jummah Al-Jami Ul Azhar yang dibangun dan dikelola oleh muslim India.

Pada mula-nya komunitas muslim India datang ke Korunegala sebagai pedagang dan mereka turut menjadi bagian dari Jemaah masjid melayu Kurunegala, namun demikian seiring dengan perbedaan budaya diantara muslim melayu dan muslim India, komunitas muslim India kemudian mulai mendirikan masjid bagi komunitas mereka sendiri dengan membeli bekas kediaman Opsir Inggris yang sudah terbengkalai di pusat kota Korunegala menandai berdirinya Al-Jami Ul Azhar Jumma Mosque, atau "Sonaha Palli" atau "Marakkala Palliya" sedangkan khatibnya mereka hadirkan langsung dari India.

Pemakaman Muslim Pertama di Kurunegala

Hampir bersamaan dengan berdirinya Masjid Melayu Kurunegala ini, sebidang lahan dengan luas sekitar 3 acre yang berlokasi di ruas jalan Dambulla Road kawasan Pollathapitiya, berjarak sekitar setengah kilometer dari Masjid Melayu Kurunegala dijadikan sebagai lahan pemakaman muslim. Seperti halnya dengan masjid Melayu Kurunegala, pemakaman ini pun menjadi komplek pemakaman muslim pertama di Kurunegala dan seperti halnya di Indonesia komplek pemakaman ini pun hingga kini disebut dengan istilah “Makam” oleh penduduk setempat.

Nama nama melayu mendominasi jejeran pengurus masjid ini sejak awal hingga era tahun 1960-an dan tersimpan rapi di masjid ini. Seiring perjalanan waktu, kurunegala telah bertransformasi sebagai sebuah kota yang berkembang pesat, masjid Melayu Kurunegala yang dulu berupa masjid sederhana di tengah kampoig, kini telah berubah menjadi sebuah masjid modern di tepian jalan utama ditengah hiruk pikuk kota Kurunegala.

Pengembangan dan pembangunan masjid ini tidak saja menjadi hajatan kaum muslimin melayu disana namun juga mendapatkan sokongan penuh dari pemerintah setempat guna mengakomodir kebutuhan Jemaah yang semakin meningkat dari hari ke hari. Para pengurus dan Jemaah masjid ini, mayoritas merupakan keturunan dari komunitas muslim melayu yang pertama menetap disana dan kini telah menjadi bagian dari sekitar 50.000 muslim melayu Sri Lanka. Secara keseluruhan Muslim di Sri Lanka hampir mencapai dua juta jiwa atau setara dengan sekitar 9% dari keseluruhan penduduk Sri Lanka.***

Artikel terkait


Jumat, 16 Desember 2011

Masjid Jami Ul-Alfar, Kolombo - Sri Lanka

Masjid Ul Alfar berasal dari bahasa arab Masjid AL Adzfar yang berarti Masjid Merah atau Red Masjid. Disebut juga Masjid Pettah, Rathu Palliya atau juga Jottu Palli.

Masjid Merah Kolombo

Di bagian kota tua Kolombo - Sri Lanka, berdiri sebuah masjid tua dan unik bernama Masjid Ul Alfar. Sangat unik dalam bentuknya yang sangat impresif dengan rancangan unik mirip sebuah bangunan istana gula gula dengan warnanya yang berlapis lapis merah dan putih seperti kue lapis. Warna merah lebih mendominasi warna ekterior masjid ini. Daerah Pettah tempat masjid ini berdiri merupakan cikal bakal kota Kolombo bermula, dan daerah ini merupakan daerah berpenduduk mayoritas kaum muslimin.
 
Masjid ini begitu terkenal di kota Kolombo hingga ke mancanegara sampai sampai disebut sebagai landmark nya kota Kolombo sejak selesai dibangun tahun 1909 hingga kini. Masjid tersebut terkenal juga dengan nama masjid Pettah karena berada di daerah Pettah. Etnis Shinhala yang merupakan etnis terbesar di Sri Lanka menyebutnya Rathu Palliya, Etnis Tamil etnis terbesar kedua di Sri Lanka menyebutnya dengan nama Samman Jottu Palli, dalam bahasa Inggris disebut dengan nama Red Masjid.
 
Nama resmi nya adalah Masjid “Jamiul Adhfar” tertulis dengan jelas dalam hurup Arab di fasad depan masjid (mungkin karena dialek setempat yang menjadikanya berbunyi Masjid Jamiul Alfar atau Jami Ul-Alfar), semua nama itu bermakna “Masjid Merah” “atau “redmasjid”

Lokasi Masjid Ul Alfar Colombo – Sri Lanka
No 228 Second Cross Street, Pettah, Colombo 11, Western Province, Sri Lanka




Masjid Jami-Ul-Alfar berada di Second Cross Street di kawasan Pettah, Kolombo, Sri Lanka. Pettah merupakan kawasan kota  tua yang merupakan cikal bakal kota modern Kolombo. Dari sisi sejarah, kota Kolombo identik dengan Pettah dan kawasan disekitarnya. Kantor pemerintahan kota Kolombo berada di kawasan ini. Pada jamannya kawasan ini merupakan pusat perdagangan dan aktivitas termaju di Sri Lanka dan kawasan samudera hindia. Masjid Jami Ul Alfar di kawasan Pettah ini menjadi penanda utama kota Kolombo.

Sejarah Masjid Jami Ul Alfar Colombo

Kedatangan Saudagar Muslim India ke Sri Lanka

Sejarah Masjid Jami Ul-Alfar tak lepas dari peran Muslim asal India, Muslim India pertama kali masuk ke Sri Lanka di masa penjajahan Portugis setelah sebelumnya Muslim Arab sudah lebih dulu masuk ke Sri Lanka.  Lalu gelombang berikutnya masuk di masa penjajahan Inggris (saat itu India juga dibawah jajahan Inggris). Yang paling dikenal adalah muslim dari Pakistan dan India selatan yang memperkenalkan mazhab Hanafi dan Syiah. Mereka masuk ke Sri Lanka untuk mencari peluang usaha.


Mirip permen khan?

Mayoritas muslim India berasal dari Tamil Nadu dan Kerala (Kerala terkenal dengan masjid Jami’ Cheraman, masjid pertama di India, sudah pernah di ulas dalam posting sebelumnya di blog ini). Sedangkan muslim Memon berasal dari Sindh (kini masuk ke dalam wilayah Pakistan). Tahun 1980 jumlah muslim India di Sri Lanka ada sekitar 3000 jiwa, mereka juga muslim suni, mengikuti mazhab Hanafi.

Para pendatang ke Kolombo di masa awal melakukan aktivitas perdagangan di daerah Pettah, termasuk para pedagang Muslim dari semenanjung Arabia, India dan bagian dunia lainnya. Muslim di Pettah menguasai perdagangan disana, sebagian dari mereka menetap sebagian lagi berkunjung secara berkala untuk menjalankan bisnis perdagangan mereka.

Para saudagar Muslim asal India yang melakukan perjalanan bisnis dan singgah di wilayah Pettah maupun yang menetap disana, sudah dapat dipastikan sangat membutuhkan masjid untuk melaksanakan peribadatan maupun sebagai pusat ke-Islaman dan keberadaan bangunan tempat ibadah menjadi persoalan serius kala itu

Beberapa detil Masjid Merah Kolombo. Bagian kanan bawah adalah nama asli dari masjid ini dalam bahasa arab.

Atas inisiatif para pedagang Muslim India ini, kemudian dibangunlah sebuah masjid di sana. Keberadaan bangunan masjid ini, Mulai dibangun pada tahun 1908 dan selesai tahun 1909. dirancang oleh HL Saibo Lebbe. Seluruh dana pembangunan masjid ini ditanggung oleh komunitas muslim
Pettah saat itu. Pengaruh arsitektur India cukup kentara pada masjid ini. Sentuhan kebesaran masjid masjid dinasti Mughal dan bangunan bangunan kastil Inggris cukup terasa meski balutan warna merah dan putih nya yang khas itu menjadikan masjid ini begitu istimewa dan tampil beda.

Dan sangat menarik mencermati bahwa masjid Jami Ul-Alfar ini sangat mirip dengan rancangan arsitektural masjid Jami’ Kuala Lumpur di Malaysia yang juga selesai dibangun di tahun yang sama, dan disaat bersamaan Malaysia dan Sri Lanka memang sama sama masih berada di bawah kekuasaan Inggris.

Berdiri dipusat keramaian kota Kolombo, Masjid Merah ini telah begitu lama menjadi salah satu ikon paling terkenal dari kota Kolombo.

Arsitektural Masjid Jami Ul-Alfar

Sejak selesai dibangun hingga detik ini masjid Jami Ul-Alfar menjadi salah satu bangunan dengan daya tarik utama bagi para pelancong di Kolombo. Dengan arsitekturalnya yang khas dalam kemasan warna berlapis lapis merah dan putih yang unik seperti kue lapis masjid ini tampil begitu menyolok diantara bangunan lain disekitarnya. Arsitektur masjid ini menambah lagi satu Khasanah kebudayaan seni bina bangunan Islam.

Detil struktur bagian luar masjid yang didominasi warna merah dan putih namun tidak menghilangkan nilai spiritual yang terdapat pada bangunan megah ini. Sedangkan dinding bagian dalam didominasi oleh warna hijau toska. Tidak hanya menampilkan efek kue lapis berwarna merah-putih, arsitek masjid ini juga berupaya mengedepankan pola lengkungan pada bagian atap dinding. Pola lengkungan ini digunakan hampir pada setiap pintu masuk yang menghubungkan bagian halaman dalam masjid dengan ruang tempat shalat di lantai dasar.

Seperti lazimnya bangunan sebuah masjid, Masjid Jami Ul-Alfar juga dilengkapi dengan menara. keseluruhannya ada empat belas menara pada bangunan masjid ini, terdiri dari dua menara berukuran sedang dan sisanya berukuran kecil. Lokasinya yang berada tepat di tengah pusat keramaian komunitas Muslim, membuat di setiap sudut pada bagian atap masjid dilengkapi sebuah pengeras suara untuk mengumandangkan suara azan.
Gerbang Masjid Merah Kolombo yang menghadap ke Main Street, letaknya terselip diantara padatnya jejeran pertokoan di ruas jalan tersebut.

Perluasan yang mendesak

Ketika pertama kali dibangun tahun 1908-1909 masjid ini hanya dipersiapkan untuk menampung maksimum 1500 jemaah, disaat itu hanya rata rata 500 jemaah saja yang hadir di masjid ini. Di awal tahun 70-an masjid ini sudah tampak terlalu sempit untuk menampung jemaah yang hadir. Maka di tahun 1975 pengurus masjid melakukan perluasan untuk pertama kalinya dengan menghubungkan bangunan masjid yang ada dengan gedung yang bersebelahan dengan bangunan Haji Omar Trust.

Pengurus masjid membeli lahan dibelakang masjid berhampiran dengan bangunan H A K Omar Trust yang menghadap ke jalan raya dan merupakan komplek pertokoan dengan 32 ruang toko disepanjang ruas jalan disana. Perluasan yang mengambil lokasi di lahan yang dibeli oleh masjid dan lahan Haji Omar Trust tersebut mampu menambah kapasitas masjid dari hanya 1500 jemaah.

Saat ini terjadi lagi peningkatan signifikan jemaah sholat di masjid Jami Ul-Alfar mencapai sekitar 5000 jemaah. Pada hari biasa ada sekitar 2000 jemaah memadati masjid ini untuk sholat berjamaah sementara selama bulan Ramadhan mencapai 3000 jemaah sholat berjamaah. Kapasitas masjid ini sudah tidak lagi mencukupi untuk menampung jemaah yang meluber hingga ke jalan raya di saat pelaksanaan sholat Jum’at apalagi di pelaksanaan dua sholat hari raya.

Masjid Merah Kolombo diantara bangunan pertokoan disekelilingnya.

Sebuah pemandangan yang tentu saja tak lazim terjadi di sebuah negeri non muslim ketika jemaah memadati bukan lagi ruang masjid tapi memadati seluruh ruas jalan di sekitarnya karena ketidakcukupan kapasitas masjid yang terasa semakin menyempit karena semakin membengkaknya jumlah jamaah. Sebagai kawasan bisnis tersibuk di
Kolombo dan Sri Lanka kawasan disekitar masjid ini benar benar tumpek plek pada saat pelaksanaan sholat jum’at. Setiap jengkal lahan dan ruas jalan di sekitar masjid penuh terisi oleh jemaah. Dapat dibayangkan kondisi yang sangat menyedihkan bagi jemaah yang tak kebagian tempat di dalam masjid dikala musim hujan (4 bulan dalam setahun).

Untuk mengatasi hal tersebut pengurus masjid meluncurkan program perluasan masjid untuk menambah daya tampung guna menyediakan tempat yang layak bagi jemaah yang selama ini sebagian besar sholat di jalan raya karena ketidakcukupan daya tampung masjid. Perluasan kali ini lagi lagi harus menyentuh komplek pertokoan Haji Omar Trust. Mengubah komplek pertokoan yang dibeli oleh Haji Omar Trust menjadi ruang sholat. Artinya pengurus masjid harus menyediakan tempat bagi 32 penyewa ruang toko tersebut untuk kemudian di relokasi dan diberikan kompensasi atas kerugian mereka setelah sekian tahun menjalankan roda usaha mereka di kawasan paling sibuk di Kolombo.

Setelah melalui proses negosiasi yang teramat panjang dan niat baik dari salah satu dewan Pembina masjid ini dengan menyumbangkan gedung toko terdekat dengan proses perluasan, maka rencana perluasanpun dapat berjalan dengan baik. Alhamdhulillah toko milik Haji Omar Trust kini menjadi milik masjid dan beberapa toko tersebut sudah dirobohkan dalam upaya perluasan masjid. Proses pelaksanaan nya sedang berjalan untuk menyelaraskan bangunan baru dengan bangunan masjid yang asli.

Jemaah Masjid Merah Kolombo yang memenuhi jalan raya.

Proyek perluasan Masjid Jami Ul-Alfar kali ini rencananya adalah

Membangun bangunan masjid empat lantai seluas 50 ribu kaki persegi dan mampu menampung 10 ribu jemaah sekaligus. Anggota eksekutif dapat melaksanakan rapat di ruang yang cukup lega di masjid ini untuk mendiskusikan masalah masalah kemasyarakatan secara umum. Proyek perluasan ini juga rencananya akan menyediakan ruang istirahat untuk membantu jemaah yang datang dari tempat yang jauh, wisatawan ataupun sebagai tempat persinggahan sementara bagi Jemaah haji & umroh.

Menyediakan ruang sholat khusus bagi jemaah wanita yang akan menunaikan sholat maupun beristirahat saat subuh dan Isya. Menyediakan eskalator untuk memudahkan jemaah lanjut usia. Menyediakan tempat istirahat bagi para alim, ulama, muazin dan pengurus masjid yang rencananya menyatu dengan fasilitas ruang istirahat berdekatan dengan area tempat berwudhu.
 
Untuk mewujudkan fasilitas fasilitas seperti tersebut di atas dan pembayaran kompensasi kepada para penyewa ruang toko, proyek yang sudah dilaksanakan sejak tahun lalu dengan perkiraan biaya sekitar Rs. 150 juta (sekitar US$1,4 juta dolar) namun kemudian membengkak mencapai Rs. 260 juta Rupee Sri Lanka (sekitar US$ 2,4 juta dolar). 




Minggu, 11 Desember 2011

Java Lane Mosque - Sri Lanka, dibangun oleh Tentara Resimen Melayu

Masjid Jalur Jawa. Java Lane Mosque Srilanka Colombo, kata Java disana merujuk kepada orang orang Jawa yang tinggal disana sejak masa penjajahan.

Masjid Melayu Java Lane atau resminya bernama Masjidul Jamiah, dikenal juga sebagai Java Lane Mosque atau Java Lane Military Mosque. Adalah masjid yang berdiri di ruas jalan Java Lane No. 1, Slave Island, jantung kota Kolombo. Kata “Java” pada nama jalan tersebut memang merujuk kepada etnis Jawa dan keturunannya yang banyak bermukim di daerah tersebut sejak masa penjajahan Belanda di Indonesia dan Sri Lanka. Java lane Mosque atau Masjidul Jamiah merupakan salah satu masjid milik muslim melayu di Sri Lanka.

Di kota Kolombo dan kota kota utama Sri Lanka lain nya memang terdapat muslim dari etnis melayu. Sebagian besar dari mereka adalah keturunan dari muslim melayu Indonesia dan sedikit dari Malaysia. Para leluhur mereka adalah para bangsawan Indonesia yang terdiri dari para Raja, Sultan, Hulu Balang, Ulama dan tokoh masyarakat di kerajaan kerajaan Indonesia yang menentang penjajahan Belanda di masa penjajahan, mereka kemudian ditangkap tentara Belanda lalu dibuang ke Sri Lanka bersama anggota keluarga mereka sebagai tahanan politik. Sementara muslim melayu dari Malaysia masuk ke Sri Lanka sebagai tentara dari resimen Melayu bentukan Belanda yang juga pernah menjajah Malaysia di Malaka dan sekitarnya.

Tahun berdirinya Masjid Java Lane ini ditulis dengan jelas di fasad depan masjid ini, 11 Februari 1921.

Muslim melayu Sri Lanka, kini telah menjadi bagian integral dari “etnis muslim” Sri Lanka bersama dengan muslim moor (arab) dan muslim India. Pemerintah Sri Lanka menggolongkan semua muslim Sri Lanka tanpa memandang latar belakangnya sebagai satu kesatuan etnis yang mereka sebut sebagai “etnis Muslim”. Muslim Moor adalah muslim keturunan arab menjadi muslim terbesar di Sri Lanka dengan rasio mencapai 92% dari sekitar 1.7 juta muslim di Sri Lanka. Disusul Muslim Melayu sekitar 5%, tersebar di berbagai kawasan di Sri Lanka dari Kota Kolombo Hingga ke semenanjung Jafna di Utara, ditambah muslim India dan etnis etnis lainnya termasuk muslim dari etnis Shinhala (etnis terbesar di Sri Lanka & mayoritas beragama Budha).

Kultur melayu masih dipertahankan secara turun temurun oleh muslim melayu di Sri Lanka, hingga kini mereka masih menggunakan bahasa melayu dalam kehidupan sehari hari diantara mereka. Nama nama tempat dalam bahasa melayu juga begitu banyak ditemui di Kolombo seperti “Melayu Street”, “Java Lane”, “Makam” (untuk menyebut pemakaman umum), “jalan Padang”, termasuk penggunaan kata Tuan untuk menyebut orang yang dihormati, dan lain lain.

Lokasi Masjid Melayu Java Lane – Kolombo, Sri Lanka

No. 1 Java Lane, Colombo 2, Colombo, SRI LANKA


Sejarah Masjid Melayu Java Lane – Kolombo, Sri Lanka

Masjid Melayu Java Lane dibangun tahun 1864 diatas lahan seluas kira kira 75 x 25 meter yang dibeli seharga Rs.2500 Ruppe Sri Lanka. Bangunan masjid nya sendiri seluas 89m2 dan di fungsikan sebagai masjid Jum’ah (masjid yang digunakan untuk sholat Jum’at, di Indonesia kita menyebutnya sebagai masjid jami’). Pembangunan masjid ini dilaksanakan oleh Anggota Resimen Melayu (disebut sebagai Orang Rejimen).

Pada mulanya anggota resimen melayu (orang regimen) merupakan jemaah Masjid Wekande di Kompannaveediya, mereka senantiasa melaksanakan sholat disana bergabung bersama masyarakat sipil melayu lainnya (orang priman). Namun di tahun 1869 terjadi perselihan antara orang regimen dengan orang priman. Perselihan ini memang tak jelas asal muasalnya. Kepengurusan masjid Wekande secara turun temurun dipegang oleh keluarga Latif, dan muslim dari resimen melayu (orang regimen) mendukung hal tersebut. Namun kemudian terjadi perpecahan ketika terpilihnya khatib baru bernama Taiban yang bukan dari keluarga Latif.

Mihrab dan mimbar Masjid Java Lane. Terlihat juga sokoguru masjid yang terbuat dari kayu.

Warga sipil (orang priman) jemaah masjid Wekande mendukung penuh khatib baru ini sementara orang regimen kemudian malah memboikot pelaksanaan sholat Jum’at di Masjid Wekande (mungkin sebagai bentuk protes). Tak sampai disitu, orang regimen kemudian mendirikan masjid sendiri di Java Lane bagi peribadatan mereka yang lokasinya tak seberapa jauh dari Masjid Wekande di Kompannaveediya. Perselihan tersebut kemudian berahir dengan sendirinya di tahun 1886 seiring wafatnya Khatib Taiban yang kontoversial tersebut. Dan ditahun tersebut itu pula terjadi rekonsiliasi antara orang regimen dan orang priman.

Sumber lain menyebutkan bahwa pada hari Jum’at dimana orang regimen disebut melakukan boikot tadi, sebenarnya bukanlah boikot yang sebenarnya, tapi pada hari tersebut Khatib Taiban menyelenggarakan sholat Jum’at tanpa kehadiran orang regimen yang datang terlambat ke masjid. Apapun penyebab perselisihan teresebut, yang pasti, sejak itu hingga kini Slave Island memiliki dua masjid Jami’ sekaligus di lokasi yang berdekatan.

Pengembangan Masjid Melayu Java Lane dilaksanakan oleh Abdul Hameed Bahar, Baba Ounus Saldin, Ahamat Bahar, Subedar Adjutant Jumat, Baba Deen Borham. Merela melakukan pertemuan dan kemudian membentuk Pensioners and General fund untuk mendanai perluasan Masjid kecil milik mereka. Masjid tersebut keudian juga dikenal sebagai “pensioners Mosque”, “masjid para pensiunan”

Mihrab dan Mimbar Masjid Java Lane dari sudut depan.

Masjid tersebut kemudian menjalani fungsi nya seara penuh sebagai masjid jami’ untuk penyelenggaraan sholat Jum’at dan kemudian dikenal dengan nama Masjidul Jamiah. Hal yang menarik dari masjid ini pada awalnya adalah ketika anggota resimen melayu (orang regimen) yang hendak sholat Jum’at di masjid ini mengenakan seragam kebesaran ketentaraan resimen melayu mereka, lengkap dengan segala asesorisnya, tak sampai disitu mereka juga mengadakan seremonial ala militer diiringi band militer sebelum semua ritual sholat Jum’at diselenggarakan, dari tradisi itu kemdian lahir sebutan “Malay Military Mosque “ (Masjid Militer Melayu) untuk masjid ini.

Arsitektural Masjid Melayu Java Lane – Kolombo, Sri Lanka

Ukuran masjid ini terbilang tidak terlalu besar untuk sebuah masjid Jami’. Bangunanya sederhana namun elegan dalam sentuhan elemen arsitektural era colonial. Fasad masjid ini merupakan bagian paling asli dari masjid yang diperbaiki tahun 1921. Di bagian atap masjid dilengkapi dengan bentuk kubah sebagai simbol universal bangunan masjid. Pada awalnya masjid ini hanya berupa bangunan masjid satu lantai dengan daya tampung tak lebih dari 100 jemaah saja. Baru pada tahun 1921 dibangun lantai dua masjid ini.

Mimbar dan mihrab di dalam masjid sudah ada sejak pertama kali masjid dibangun. Disisi atas mihrab masjid ini dihias dengan kaligrafi Al-Qur’an. Untuk keperluan bersuci, masjid Melayu Java Lane juga dilengkapi dengan area tempat wudhu, tempat wudhu yang ada sekarang sudah diperluas dari aslinya. Dari sisi sejarah bangunan masjid ini jelas memilki nilai sejarah yang sangat tinggi karena nya perlu untuk dilestarikan keberadaannya sebagai sebuah warisan bersama, sebagai salah satu keanekaragaman warisan sejarah daerah Slave Island, Kolombo dan Sri Lanka secara keseluruhan.

Nama resmi masjid ini adalah Masjidul Jamiah, namun lebih dikenal sebagai Java Lane Mosque karena lokasinya yang berada di Java Lane nomor 1, kota Kolombo.

Tokoh tokoh Muslim Melayu Sri Lanka terkemuka

Beberapa dari muslim Melayu Sri Lanka sudah masuk dalam jajaran pemerintahan sejak masa penjajahan inggris. ‘Etnis Muslim’ Sri Lanka yang pertama kali masuk ke dalam jenjang tertinggi di kehakiman berasal dari muslim melayu bernama Almarhum (Hakim) M.T. Akbar. Beliau juga merupakan melayu muslim pertama yang menduduki jabatan di dewan perwakilan Sri Lanka. Beliau juga yang pertama kali memperkenalkan peraturan pernikahan dan perceraian serta peraturan tentang wakaf di Sri Lanka.

‘Etnis muslim” pertama yang masuk ke dalam jajaran kabinet di era kemerdekaan Sri Lanka, juga berasal dari Muslim Melayu, beliau adalah Almarhum Dr. Tuan Burhanudin Jayah. Beliau wafat di Madinah (Saudi Arabia) dalam perjalanan dinas guna mempersiapkan tempat tinggal bagi calon jemaah haji Sri Lanka. Jenazah beliau kemudian di makamkan di Jannathul Bakki di Madinah. Jenazahnya di sholatkan di dua Masjid suci sekaligus : Masjid Nabawi di Madinah dan juga di Masjidil Harram di Mekah atas permintaan langsung dari Raja Saudi Arabia selaku penjaga dua masjid suci.

Almarhum Dr. Tuan Burhanudin Jayah semasa hidupnya juga dikenal sebagai seorang diplomat ulung dan pionir pendidikan bagi muslim Sri Lanka. Beliau juga merupakan tokoh utama yayasan pendidikan Islam Zahira College di Kolombo selama bertahun tahun. Selama masa itu juga begitu banyak berdiri lembaga pendidikan Islam diberbagai kota utama Sri Lanka dimana terdapat komunitas muslim-nya. Zahira College masih eksis hingga kini sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Sri Lanka dan menjadi salah satu sekolah paling bergengsi di negeri itu. Selain Masjid Java Lane dan Masjid Wekande di Kompannaveediya, Muslim melayu Sri Lanka juga mendirikan masjid masjid di berbagai tempat termasuk di dalamnya adalah Masjid melayu Bogambara di Kandy, Masjid Akbar, Masjid Melayu di Kurunegala, Masjid Maradana dan lain lain.***

Foto Foto Java Lane Mosque

Ukuran masjid ini memang tak terlalu luas, untuk sarana lainnya bersebelahan dengan ruang utama.
Wujud asli masjid ini sulit untuk difoto karena lokasinya yang terhimpit diantara bangunan disekitarnya.
Gerbang masuk masjid dari jalan raya.




Sabtu, 10 Desember 2011

Wekande Jummah Masjid - Sri Lanka, Wakaf Muslim Indonesia Abad 18

Masjid Jummah Wekande Slave Islands Kolombo wakaf dari Pandan Bali, Muslim Ningrat dari Hindia-Belanda (kini Indonesia).

Wekande Jummah Masjid atau Masjid Jum’ah Wekande adalah salah satu masjid tertua dan terbesar di Kolombo dan Sri Lanka. Masjid ini berada di Wekande Jumma Masjid Road, Slave Island, kota Kolombo. Disebut Slave Island, karena memang daerah ini dulunya adalah tempat bermukimnya kaum budak dari Afrika yang dibawa oleh penjajah Portugis dan Belanda ke Sri Lanka. Slave Island, juga bukanlah sebuah pulau dalam arti sebenarnya. Disebut Island karena sebagian besar daerah ini menjorok ke tengah danau Beira di sebelah selatan Benteng Kolombo. Sri Lanka.
 
Tak banyak orang tahu, bahwa di Sri Lanka yang 75% penduduknya beragama Budha tersebut terdapat komunitas muslim Melayu keturunan Indonesia sejak masa penjajahan Belanda. Mereka adalah keturunan dari penentang penjajahan Belanda di Indonesia yang kemudian ditangkap dan dibuang oleh Belanda ke Sri Lanka pada saat Sri Lanka juga berada di bawah jajahan Belanda. Masjid Jum’ah Wekande yang akan kita ulas berikut ini merupakan Wakaf dari Pandan Bali, sorang bangsawan kaya asal Indonesia yang dibuang Belanda ke Sri Lanka di abad ke 18.

Lokasi dan Alamat Masjid Jum’ah Wekande

# 21, Wekande Jummah Masjid Mawatha, Colombo 02, Sri Lanka
Tel. 011 2320355


Sejarah Masjid Jum’ah Wekande
 
Sejarah Masjid Jum’ah Wekande atau dalam bahasa Inggris disebut Wekande Jummah Masjid berawal di abad ke 18 masehi ketika Sri Lanka (saat itu masih bernama Ceylon) berada di bawah penjajahan Belanda. Belanda berkuasa di Sri Lanka selama 228 tahun dari tahun 1568 setelah mengalahkan Portugis hingga tahun 1796. Di tahun 1796 penjajahan Belanda di Sri Lanka berahir seiring kekalahan Belanda melawan Inggris.
 
Selama menjajah Sri Lanka, Belanda menjadikan Negara Pulau ini sebagai salah satu tempat pembuangan para pejuang kemerdekaan Indonesia yang terdiri dari tokoh tokoh Istana, raja, pangeran, panglima, alim ulama hingga tokoh masyarakat di tanah air. Mereka di tangkap bersama keluarganya lalu dibuang ke Sri Lanka. Orang buangan dari Indonesia tersebut kemudian menjadi komunitas muslim melayu di Sri Lanka dan menjadi bagian dari muslim awal yang masuk ke Sri Lanka hingga kini.
 
Wakaf Dari Pandan Bali
 
Pandan Bali adalah seorang muslim dari kalangan bangsawan kaya dari pulau Jawa, Indonesia (kala itu masih bernama Hindia Belanda / Hindia Timur) yang dibuang Belanda ke Sri Lanka, Pandaan Bali tiba di Sri Lanka bersama dengan kontingen tentara Resimen Melayu bentukan Belanda yang akan ditempatkan di Sri Lanka. Takdir kemudian mempertemukan Pandan Bali dengan Sabu Latif, seorang bangsawan Indonesia yang juga dibuang Belanda ke Sri Lanka. Sabu Latif tiba ke Sri Lanka di tahun 1772 bersama ayahandanya Raden Framana Latiff dari Kesunanan Casar, Kalimantan Barat – Indonesia. Sabu Latif menikah dengan putri dari Arufus Camaldeen, Kapten dari Tentara Resimen Melayu.

Fasad Masjid Jummah Wekande.

Pandan Bali menikah di Beruwala dan cukup lama tak dikaruniai keturunan. Sampai kemudian beliau bernazar akan membangun masjid bila dikaruniai keturunan. Ketika beliau dikaruniai seorang anak perempuan, belliau memberinya nama Sariya Umma (juga dikenal dengan nama Pallie Umma). Pandan Bali memenuhi nazarnya dengan mewakafkan sebidang tanah sekaligus membangun masjid disana berikut taman pemakaman umum muslim sesuai dengan Nazarnya.
 
Lahan Masjid Jum’ah Wekande dibeli oleh Pandan Bali dari Jeynadien Marikar Sinna Cassien di tahun 1786M (1201H). Pada tanggal 17 Agustus 1786M (1201H) Pandan Bali mewakafkan lahan tersebut untuk kaum muslimin, dan mempercayakan amah itu kepada Sabu Latif Untuk pengelolaannya. Sesuai dengan Nazarnya Pandan Bali juga menanggung seluruh biaya pembangunan Masjid Jum’ah Wekande berikut taman pemakaman umum muslim disana. Sabu Latif menjadi imam pertama Masjid Jum’ah Wekande dengan sebutan Khateeb (khatib), dan secara tradisi jabatan tersebut dipegang oleh keturunan beliau hingga kini.
 
Pandan Bali kemudian kembali ke Indonesia namun Istri dan putrinya tetap tinggal di Sri Lanka. Putri beliau Sariya Umma menikah dengan Alfaraz Nazar seorang muslim melayu berkerja di kapal Singapura dan singgah ke Sri Lanka. Keturunan dari Pandan Bali saat ini dikenali dari nama “Pallie” yang mereka gunakan sebagai nama keluarga pada nama mereka masing masing.

Gerbang Masjid Jummah Wekande.

Satu hal yang patut dicatat dari pembangunan masjid ini. Masjid Juma’ah Wekande dibangun di era kolonial Belanda yang sama sekali tidak menunjukkan rasa hormat kepada agama dan budaya masyarakat setempat. Pandan Bali dan umat Islam saat itu telah menunjukkan perhatian yang begitu besar pada perkembangan dan kebutuhan masyarakat Islam di lingkungannya di Sri Lanka dan manfaatnya terasa hingga kini.
 
Perkembangan Masjid Jum’ah Wekande
 

Sekolah Islam Masjid Jum’ah Masjid Wekande
 
Masjid memang tidak saja sebagai tempat untuk beribadah tapi merupakan focal point dari keselutuhan aktivitas ummat Islam. Di berbagai negara Islam disekitar masjid diramaikan dengan beragam aktivitas mewarnai kehidupan ke Islaman. Di Masjid ini juga dilengkapi dengan bangunan madrasah untuk belajar agama, AL-qur’an dan bahasa Arab, gedung madarasah tersebut di namai Pandan Bali Hall sebagai penghormatan kepada mendiang Pandan Bali.
 
Din Yunus (Deen Joonoos), salah satu pengurus masjid ini yang begitu enerjik telah menunjukkan perhatian yang luar biasa kepada masjid ini dan senantiasa menjadikan masjid ini sebagai bagian integral dari kehidupan muslim Kolombo. Beliau kemudian membangun sebuah sekolah dengan nama Deen Joonoos Hall yang kemudian menjadi Sekolah Bilingual Negeri Wekande (Wekande Government Bi-lingual school).

Masjid Jummah Wekande dari arah jalan raya.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan ummat islam setempat akan pendidikan bagi putra dan putri mereka, sekolah tersebut kemudian terus di tingkatkan kualitasnya oleh Dr. T.B Jayah dan kemudian ubah sebagai cabang dari sekolah Zahira College Colombo serta kemudian di ubah namanya menjadi Zahira Collegege Slave Island, dan kemudian di ubah lagi menjadi T.B. Jayah Maha Vidyalaya untuk mengenang pedirinya yang sudah menunjukkan pengabdian luar biasa pada pendidikan di Sri Lanka dan menghasilkan pemimpin pemimpin Islam Sri Lanka di kemudian hari.
 
Perluasan Masjid Jum’ah Wekande
 
Ketika jemaah semakin membludak dan Masjid Jum’ah Wekande -pun sudah terasa terlalu sempit untuk menampung jemaah yang semakin bertambah. Ketua pengurus Masjid Jum’ah Wekande kala itu Haji M.D. Kitchilan dan dewan pengurus membutuhkan dana untuk memperluas masjid ini. pada saat kritis tersebut S.H. Moosajee mengajukan diri mendanai semua proses perluasan masjid tersebut. Berkat kebaikan dari beliau sayap kanan masjid ini kemudian berdiri dan diresmikan pada bulan Desember 1966 dihadiri oleh Perdana Menteri Sri Lanka Dudley Senanayake.

Tahun pembangunan masjid dipasang di sisi gerbang utama.

Namun gedung tambahan tersebut hanya mampu menampung membludaknya jamaah untuk sementara, Hanya selang beberapa waktu, jemaah jemaah yang membludak sudah tak tertampung oleh bangunan masjid yang sudah diperluas. Ketua dan dewan pengurus masjid kemudian untuk kedua kalinya menemui S.H. Moosajee. Mendiskusikan masalah tersebut. dan untuk kedua kalinya S.H. Moosajee dengan ikhlas mendanai sendiri perluasan masjid tersebut dengan membangun lantai dua. Peresmian perluasan kedua Masjid Jum’ah Wekande ini dilakukan oleh menteri pendidikan Sri Lanka Dr. Badiudin.

 
Di tahun 1986 pengurus Masjid Jum’ah Wekande menyelenggarakan peringatan dua ratus tahun Masjid Jum’ah Wekande (1786-1986), bersamaan dengan acara tersebut diselenggarakan peletakan batu pertama perluasan masjid di sayap selatan. Hadir dalam kesempatan itu mantan Menteri Urusan Agama dan Budaya Islam Sri Lanka M.H. Muhammed berkenan mewakili seluruh tamu undangan meletakkan batu pertama perluasan Masjid Jum’ah Wekande di sayap selatan. Takblikh akbar juga diselenggarakan di lokasi akan dibangunnya perluasan masjid tersebut pada tanggal 31 Agustus 1986.
 
Peran KBRI, Pakistan, Qatar dan Dermawan Lain nya
 
Proses perluasan masjid ini dimulai setahun kemudian, tepatnya pada bulan Agustus 1987 dengan dana sumbangan sebesar Rs. 135,000, diterima melalui Duta Besar Republik Indonesia Untuk Sri Lanka merangkap Maladewa yang berkedudukan di Kota Kolombo, Jufri Yusuf.
 
 

Gedung utama Masjid Jummah Wekande.

Manakala donasi dari luar negeri tak mencukupi untuk perluasan bangunan masjid, para pengurus bersama dengan para ulama dan jemaah dengan persetujuan dari dewan pembina, kemudian mendatangani jemaah masjid dari rumah ke rumah mengumpulkan donasi. Dari upaya tersebut terkumpul dana sebesar Rs.245 ribu. Lembaran lembaran karcis amal juga disebarkan kepada para jemaah sholat tarawih selama bulan suci Ramadhan sebagai upaya penggalangan dana.
 
Darwis Hadjar kemudian mengajukan diri untuk mendanai pengecoran beton bertulang penghubung bangunan sayap selatan dan utara masjid. Beberapa anggota jemaah kemudian meminta kepada dewan pengurus untuk membangun kembali sebuah replika dari mimbar asli Masjid Jum’ah Wekande yang dirobohkan tahun 1965 saat S.H. Moosajee membangun lantai dasar sayap utara masjid dengan dana pribadinya sendirinya. Namn pada saat itu pekerjaan pembangunan masjid dan gedung madrasah sempat terhenti karena masalah pendanaan.
 
Tanpa disangka sangka seorang pengusaha dari Qatar bernama Nasser Al Kaabi pada suatu ketika singgah ke masjid ini untuk menunaikan sholat magrib, beliau turut menyumbang sebesar sebesar Rs. 5,300, lalu donasi Komisi Tinggi dari Pakistan sebesar Rs. 97,774 ditambah dengan donasi yang sangat besar dari para dermawan sekitar masjid sebesar Rs. 200,000 membantu menyelesaikan perluasan masjid dan madrasah yang sempat terhenti tersebut. Pembangunan lanjutan dilakukan oleh dewan pengurus dengan menambahkan lantai dua di bagian atas tangki penampungan air wudhu untuk menambah daya tampung masjid yang sudah sangat mendesak di tahun 2001.

Masjid Jummah Wekande.

Dengan selesainya keseluruhan proses pembangunan tersebut dewan pengurus Masjid Jum’ah Wekande telah menyelesaikan proyek perluasan masjid yang ditujukan untuk peringatan 200 tahun berdirinya masjid tersebut yang terlakasana pada periode 1986/87 dengan total areal tambahan seluas 7,377 kaki persegi.

Peluncuran Website Masjid Jum’ah Wekande oleh Dubes RI

Pada tanggal 27 November 2011 bertepatan dengan tahun baru 1 Muharram 1433H, Masjid Jummah Wekande meluncurkan website Masjid Jummah Wekanda beralamat di www.wekandamasjid.com. Peluncuran website itu juga bertepatan dengan perayaan 232 tahun berdirinya Masjid Jum’ah Wekande (berdasarkan Kalender Hijriah 1201H~1433H). Dalam kesempatan itu, Duta Besar RI untuk Sri Lanka merangkap Maladewa, Djafar Husein didaulat untuk meresmikan peluncuran website tersebut.
 
Turut hadir diantara para tamu kehormatan dalam acara tersebut adalah sekretaris ke-3 Kuasa Usaha Malaysia, Azzezul Hakeem dan Kuasa Usaha Malaysia untuk Sri Lanka, Azmi Zainudeen. Usai peresmian dilanjutkan dengan kuliah umum yang disampaikan oleh As Sheikh Arkam Nooramith dari Darul Uloom, Afrika Selatan dan juga Chairman dari Darul Hasanath Foundation. Website masjid ini merupakan gagasan dari Nazeer Mueen Latif, salah dari pembina Masjid Jum’ah Wekande, beliau adalah keturunan dari Khatib Sabu Latif. Dalam kesempatan tersebut beliau menyampaikan sambutan khusus yang diberi judul “Wekande Jummah masjid in retrospect”
 
Mimbar dan mihrab di Masjid Jummah Wekande.
 
Khatib Khatib Masjid Jum’ah Wekande
 
Selama 232 tahun posisi Khatib Kepala di Masjid Wekande dipegang oleh keturunan Khatib Saboo Latiff, khatib pertama sekaligus penerima amanah wakaf langsung dari Pandan Bali. Konsistusi Masjid Jum’ah Wekande dengan tegas menyebutkan bahwa jabatan Khatib Ketua Masjid Jum’ah Wekande dipegang oleh anggota keluarga keturunan Khatib Sabu Latif atau Khatib M.T.T Ameer yang juga merupakan keluarga dekat keluarga Latif. Berikut daftar Khatib Masjid Jum’ah Wekande sejak dari Khatib pertama Khatib Sabu Latif beserta masa bhaktinya.
 
01. Sabu Latif - selama 53 tahun (1786 – 1839)
02. Chinnan Latiff - selama 50 tahun (1810 – 1860)
03. Ariffin Latiff - selama 6 tahun (1860 – 1866)
04. Thaiff Latiff (Packir Bawa Latiff)  - selama 3 tahun (1866 – 1869)
05. Thaiban Latiff –selama 13 tahun (1869 – 1882)
06. Noordeen Thaiff Latiff (juga menjabat di Masjidul Akbar) –selama 50 tahun (1870 – 1920)
07. Buhary Noordeen Latiff  - selama 28 tahun (1903 – 1931)
08. Sadiq Buhary Latiff - selama 12 tahun (1934 – 1946)
09. Muyinudeen Buhary Latiff – selama 20 tahun (1946 – 1966)
10. M.T.Thajudeen Ameer
11. M. Faiz Ameer
12. Moulavi M. Muzni Ameer (Dheeni)
 
Wekande Ma’al Madrasah
 
Wekande Ma’al Madrasah, Madrasah pendidikan Al-Qur’an di Masjid Jum’ah Wekande didirikan pada tahun 1997. Lebih dari 100 santri putra dan putri belajar di madrasah ini setelah jam sekolah. Pengurus masjid menyediakan buku buku, alat alat tulis berikut seragam nya secara gratis bagi seluruh santri di Madrasah. Sudah cukup banyak santri alumni madrasah ini yang berhasil menjadi Hafiz (penghafal Al-qur’an).
 
Interior Masjid Jummah Wekande.
 
Ruang Sholat Khsusus Jemaah Wanita
 
Slave Island, berada di lokasi yang strategis, ribuan orang datang secara berkala untuk berbagai macam kepentingan mulai dari bekerja, berbisnis hingga untuk mendapatkan perawatan kesehatan. Diantara mereka ada muslimah yang berjuang keras hanya untuk melaksanakan sholat zuhur/ashar selama jam kerja karena ketiadaan fasiltas khusus jemaah wanita di masjid masjid yang ada. Dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut, pengurus Masjid Jum’at Wekande kemudian menyediakan ruang khusus bagi jemaah wanita di Masjid Jum’ah Wekande
 
Aktivitas Sosial Masjid Wekande
 
Dewan pengurus bersama Khatib Masjid Jum’ah Wekande turut ambil bagian dalam kehidupan masyarakat secara luas. Beberapa aktivitas sosial Masjid Jum’ah Wekande yang patut dicatat beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Membangun sekolah dan madrasah yang keduanya memberikan pendidikan agama Islam. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
  2. Khatib Haji Buhary Noordeen Latiff (menjabat tahun 1903 – 1931) dibantu oleh H.L. De Mel dan dewan kota Kolombo meminjamkan ruang sekolah di Masjid Jum’ah Wekande berikut ruangan pribadi Khatib Haji Buhary Noordeen Latiff sebagai tempat penyimpanan beras selama terjadi krisis beras akibat kondisi darurat selama perang dunia pertama.
  3. Di tahun 1920 Khatib Haji Buhary Noordeen Latiff juga turut memainkan peran teramat penting dalam pendirian Asosiasi Politik Melayu dan menjadi Ketua pertama Asosiasi tersebut.
  4. Khatib Haji Buhary Noordeen Latiff dengan kesederhanannya bekerja bersama dengan H.L. Del Mel selama perayaan “Armistice Day” memberi makan kepada fakir miskin dan menyantuni anak anak yatim di Masjid Jum’ah Wekande.
  5. Mantan Presiden Dewan Pengurus Masjid Jum’ah Wekande, M.D. Kitchilan pernah menjabat sebagai anggota senat sekaligus sebagai wakil Walikota dari Dewan Kota Kolombo.
  6. Pahlawan Nasional Sri Lanka dan juga juga salah satu tokoh muslim melayu Sri Lanka T.B. Jayah adalah merupakan orang yang begitu dekat dengan Masjid Jum’ah Wekande.
  7. Mantan Presiden Dewan Pengurus Masjid Jum’ah Wekande, M.D. Kitchilan pernah menjabat sebagai sektetaris dari ‘All Ceylon Malay League” yang dipimpin oleh T.B. Jayah.
  8. Masjid Jum’ah Wekande juga memberikan beasiswa kepada beberapa mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan tinggi mereka baik di pendidikan Islam dan pendidikan di Universitas. Melalui program tersebut tercatat dua orang santri berhasil menyelesaikan pendidikan mereka di perguruan tinggi. Sementara dua mahasiswa lagi masih mengikuti program ini.
  9. Masjid Jum’ah Wekande Juga memainkan peran penting dalam ‘Kompeniweediya Masjid Federation’. Bantuan finansial juga diberikan Masjid Wekande bagi proyek proyek dari federasi tersebut. 
 
Gedung Madrasah yang dikelola oleh Masjid Jummah Wekande.

The Federation of Kompannaveediya Mosques
 
The Federation of Kompannaveediya Mosques (FKM) adalah organisasi yang di-dedikasikan bagi kesejahteraan komunitas muslim Slave Island, Colombo 2. Dibentuk oleh 10 manajemen masjid yang ada di Slave Island pada tahun 2005, tak lama setelah bencana Tsunami akibat gempa samudera Hindia 24 Desember 2005 yang mengakibatkan bencana besar di sepanjang pantai samudera hindia termasuk Indonesia dan Sri Lanka.
 
Pekerjaan berat ditangani FKM paska bencana tersebut salah satunya adalah proyek pembangunan kembali masjid masjid yang hancur akibat tsunami di kawasan pantai timur dan selatan Sri Lanka terutama di Kota Kirinda dan Hambantota. Termasuk juga penanganan paska terjadinya peristiwa di Mutur yang terkenal dengan “Mawil aru’ incident”. FKM menyumbangkan dana sebesar Rs. 300,000 menanggapi permintaan dari my All Ceylon Jemmiyathul Ulema dalam upaya pemulihan bagi ummat Islam yang terusir akibat peristiwa tersebut. 55 orang sukarelawan FKM kemudian ditempatkan di kamp pengungsi Kanthle selama 4 hari masa pemulihan. Aktivitas FKM lainnya adalah menggalang zakat kolektif, menunjang peningkatan pendidikan di Slave Island, program dana pensiun bagi Khatib dan Muazin yang telah pensiun, menyelenggarakan tenda kesehatan dan lain lain.
 
Sepuluh Masjid anggota FKM adalah : (1). Wekande Jummah Masjid (2), Masjidul Akbar Jummah Mosques di Kew Road, (3) Masjidul Jamiya Jummah Mosques di Java Lane, (4).  Masjidul Quadhir Hanafi Jummah Mosque di Church Street, (5) Zaviyathul Khairiya Thakkiya di De Mel Street, (6) Shahul Hameediyah Jummah Mosque di Stuart Street, (7). Al Masjidul Muhaiyadeen di Union Lane, (8). Masjidul Badhiriya Ma'al Madhrasa di Wekande Road, (9). Abi Ubaida Jummah Mosque di Station Passage dan (10). Ukwathul Islam Jummah Mosque di Dawson Street. 
  
Ucapan Terima Kasih
 
Dengan kerendahan hati, pengurus Masjid Jum’ah Wekande mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi tinggi nya kepada semua pihak yang telah berkontribusi kepada Masjid Jum’ah Wekande. Hal tersebut dinyatakan dalam laman resmi Masjid Jum’ah Wekande, diantara mereka disebutkan pada urutan pertama adalah Pandan Bali selaku pendiri masjid, lalu Kedutaan Besar Republik Indonesia di Sri Lanka, Pakistan High Commission, Mr. S.H. Moosajee, Darwish Hadjiar, Mr. Nasser Al Kaabi – Qatar, Sheikah Layla Mohamed Althani & Sheikh Jassim bin Mohamed Althani – Qatar, para dermawan dan seluruh jemaah Masjid Jum’ah Wekande.
 

Masjid Jummah Wekande.

Pengurus Masjid Jum’ah Wekande
 
Seperti telah sedikit disinggung sebelumnya bahwa pengurus Masjid Jum’ah Wekande dipegang oleh keturunan dari Khatib Sabu Latif, keturunan dari Pandan Bali, keluarga mereka, Muslim Melayu Sri Lanka, serta muslim non Melayu jemaah Masjid Jum’ah Wekande. Konstitusi masjid ini dengan tegas menyebutkan bahwa dalam kepengurusan masjid harus ada setidaknya 2 anggota tetap di dalam dewan Pembina masjid dari keluarga Pandan Bali dan Khatib Sabu Latif.
 
Berikut daftar Pengurus Masjid Jum’ah Wekande saat ini (2011)
 
Presiden & Pembina Masjid : Basheer .M. Latiff (keturunan langsung Kathib Sabu Latif)
Sekretaris : Tuan Nilamdeen Pallie (Keturunan dari Pandan Bali)
Bendahara dan Pembina Masjid : T.N. Jainudeen (keturunan dari Pandan Bali)
Wakil Presiden : Al Haj. M. Anver Ameer J.P. (Putra dari M.T.Thajudeen Ameer – juga dari keluarga Latif)
Internal Auditor : T. Murad Samath
Anggota Dewan Pembina : Nazeer Mueen Latiff (Keturunan dari Kathib Sabu Latif),  Al Haj. T.Haroon Miskin, T.Sakreen Amith, Al Haj. T.Harris Amith, T.Marzook Noor, Al Haj. T.M.K.Buhary, T.Rasheed Puwasa, M.N. Johar, M.S. Mustaq Ali, Kalabooshana Al Haj. S.M. Shabdeen J.P.
  
Dan berikut adalah daftar Imam Masjid Jum’ah Wekande Saat ini (2011)
Khatib Ketua : Moulavi M. Muzni Ameer (Dheeni)  (keturunan dari Kathib M.T.Thajudeen Ameer)
Imam : Moulavi M. Nazeer Buhardeen (Najahi ), dan
Imam : Moulavi A.H.M. Sameem (Ajwardi)