Senin, 28 April 2025

Masjid Tua di Teluk Kaiely

Masjid Tua Kayeli atau didokumen Belanda di tulis Moskee Kajeli  (dengan ejaan lama) antara tahun 1890-1940, kini dikenal sebagai Masjid Nurul Iman di Desa Masarete Teluk Kaiely.

Masjid Nurul Iman merupakan salah satu masjid tua pulau Buru provinsi Maluku. Lokasinya berada di desa Masarete kecamatan Teluk Kaiely (Kayeli) kabupaten Buru Provinsi Maluku.

Foto dari Tropenmuseum Belanda antara tahun 1890-1940 merupakan dokumentasi tertua tentang masjid ini, disebut dengan Moskee Kajeli atau Masjid Kayeli dalam ejaan lama, merujuk kepada tempatnya berada di Teluk Kayeli atau Kaiely. 

      Masjid Tua Kaiely (Masjid Nurul Iman) Masarete
Masarete, Teluk Kaiely, Buru, Maluku
https://maps.app.goo.gl/k3XsP2GV24ZEA7Cz8
 

 
Masjid tua Kayeli ini merupakan peninggalan sejarah persebaran Islam di Pulau Buru. Berdasarkan data objek cagar budaya, masjid ini diperkirakan didirikan pada tahun 1890-an. Menurut Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Buru, Ibu Je Ibrahim, masjid tua tersebut telah berganti nama menjadi Masjid Nurul Iman, yang berlokasi di Desa Masarete, Kecamatan Teluk Kaiely.
 
Masjid ini hingga kini masih terus dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk beribadah shalat berjemaah dan aktivitas kemasyarakatan. Meskipun telah mengalami perubahan beberapa struktur bangunan dari bentuk aslinya, corak bangunan masih menampakkan nuansa tua dan kuno.
 
Masjid Tua Kaiely masa kini dikenal sebagai Masjid Nurul Iman Desa Masarete.

Bentuk bangunannya tidak jauh berubah dari bangunan awal, struktur atap mempertahankan bentuk atap limas bersusun tiga dengan Tiang Alif di puncak masjid yang menjadi ciri khas utama masjid masjid di Maluku.
 
Pada mulanya, dinding dan atap masjid terbuat dari rumbia atau daun pohon sagu, tetapi kini telah berganti terbuat dari seng dan berdinding tembok. Masjid berukuran 9 x 13 meter ini didominasi warna merah dan putih. Filosofi warna merah dan putih menggambarkan agama dan adat istiadat yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat setempat.
 
Tiang Alif di masjid Nurul Iman ini telah dilakukan penggantian pada Kamis 19 September 2024 yang lalu dengan prosesi adat dihadiri para tokoh masyarakat, pemuka agama, dan keluarga besar masyarakat Desa Masarete.
 
Masjid Nurul Iman Desa Masarete.

Kegiatan itu merupakan pengganti Tiang Alif lama yang telah rusak dan menjadi bagian penting dari tradisi masyarakat setempat. Pemasangan Tiang Alif di Masjid Nurul Iman bukan hanya sekadar perbaikan fisik, tetapi juga merupakan bagian dari tradisi dan ritual budaya yang kaya akan nilai-nilai spiritual.
 
Tradisi pemasangan Tiang Alif ini, khususnya di Maluku, termasuk di Desa Masarete, adalah bagian dari adat dan kebudayaan yang sarat simbolisme dan makna spiritual. Disebut Tiang Alif, karena memang menyerupai huruf Arab "Alif", melambangkan keesaan Tuhan. Biasanya, Tiang Alif dipasang sebagai tiang utama dalam pembangunan rumah atau masjid, terutama di wilayah yang kental dengan tradisi Islam.
 
Dalam pelaksanaannya, prosesi pemasangan ini dilakukan dengan upacara adat yang disertai doa-doa, pembacaan ayat suci Al-Quran, dan makan bersama sebagai permohonan berkah dan perlindungan dari Tuhan.
 
Penggantian Tiang Alif Masjid Nurul Iman Masete pada 19 September 2024 (foto : Kemenag Maluku)

Tradisi Masjid Tua Kaiely
 
Selain sebagai tempat beribadah, masjid tua ini juga digunakan untuk acara-acara adat dan tradisi hari besar yang disebut oleh masyarakat setempat sebagai baletaung, seperti pada tanggal 1 Muharam dan Malam Tujuh Likur (malam ke dua puluh tujuh di bulan suci Ramadhan)
 
Akses Menuju Masjid Tua Kaiely
 
Cukup mudah menemukan masjid ini karena lokasinya yang berada di pinggir jalan desa dan di tengah pemukiman warga. Untuk menuju lokasi masjid, alternatif paling memungkinkan melalui transportasi laut dari pelabuhan Namlea di Pulau Buru menuju Teluk Kaiely dengan kapal feri.
 
Sumur & tempat wudhu di Masjid Nurul Iman Masarete.

Kapal feri yang akan menuju ke Teluk Kaiely ini memiliki jadwal keberangkatan dua kali dalam sehari, yaitu pada pukul 08.00 dan 14.00, kecuali pada hari Jumat dan Minggu, kapal feri hanya melayani penyeberangan pada pukul 08.00. Penyeberangan ditempuh sekitar 60 menit hingga tiba di pelabuhan Teluk Kaiely.
 
Alternatif lain menuju Teluk Kaiely adalah menggunakan persewaan speedboat, selain jarak tempuh lebih cepat, sensasi menerjang ombak di tengah lautan tentu akan lebih terasa. Setibanya di Pelabuhan Teluk Kaiely, untuk menuju masjid dapat dijangkau dengan jasa ojek sepeda motor karena sulitnya menemukan persewaan kendaraan roda empat.
 
Jarak pelabuhan menuju lokasi masjid juga tidak terlalu jauh, hanya sekitar tiga kilometer. Sepanjang jalan menuju lokasi masjid, akan dijumpai perkebunan sagu di sisi kanan atau kiri jalan, rumah penduduk setempat, dan tanah lapang tempat pengembalaan ternak penduduk Desa Masarete.***
 
       

Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
Masjid Jami’ Ambon
Sigi Lamo - Masjid Sultan Ternate
Masjid Raya Al-Munawar Ternate
Masjid Wapauwe ; Masjid Tertua di Indonesia
 
Rujukan
 
-       Suluh dalam akulturasi masjid tua Indonesia Timur, Masjid Warisan Budaya di Indonesia Timur, Direktorat Pelindungan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 2021.
-       https://maluku.kemenag.go.id/artikel/penyuluh-agama-islam-kemenag-buru-hadiri-pemasangan-tiang-alif-di-masjid-nurul-iman-desa-masarete