Tampilkan postingan dengan label Masjid di Sumatera Barat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid di Sumatera Barat. Tampilkan semua postingan

Selasa, 27 Agustus 2024

Masjid Muhammadan Warisan Muslim India di Kota Padang

Masjid Muhammadan Kota Padang (foto dari akun google huda putra)

Masjid Muhammadan merupakan salah satu masjid tertua di kota Padang setelah Masjid Raya Ganting (Gantiang). Lokasinya berada dikawasan yang oleh masyarakat Minangkabau dijuluki sebagai Kampung Keling di kawasan sehiliran Batang Arau di sekitar pelabuhan Muara tepatnya di Kelurahan Pasa Gadang, Kecamatan Padang Selatan, yang merupakan kawasan kota tua Kota Padang.
 
Masjid Muhammadan
Jl. Pasar Batipuh, Pasa Gadang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat 25134
 
 
  
 
Julukan Kampung Keling terhadap kawasan tersebut karena dimasa lalu kawasan ini memang merupakan tempat bermukimnya komunitas muslim yang berasal dari wilayah Keling (Kalingga / Dravida / Tamil) di India Selatan. Bangunan masjid Muhammadan berdiri megah diantara jejeran bangunan pertokoan sekaligus tempat tinggal.
 
Posisi masjid tersebut tidak terlalu jauh dari Kelenteng See Hien Kiong yang juga merupakan salah satu bangunan bersejarah di kota Padang. Saat ini, selain digunakan untuk aktivitas ibadah umat Islam, masjid berlantai tiga ini menjadi salah satu daya tarik wisata terkenal di kawasan Kota Tua Padang dengan banyak bangunan-bangunan peninggalan kolonial Belanda berdiri di sekitar masjid tersebut.
 
Masjid Muhammadan kota Padang, warisan masa lalu yang masih terjaga keaslian bangunan-nya hingga kini.

Sejarah Masjid Muhammadan
 
Masjid Muhammadan tercatat sebagai salah satu masjid tertua di Kota Padang selain Masjid Raya Ganting yang merupakan masjid tertua di kota itu. Masjid ini dibangun pada tahun 1843 oleh komunitas Muslim asal India.
 
Mereka kemungkinan datang bersama tentara Inggris dan membentuk pemumikan di dekat pelabuhan Muara yang saat itu menjadi pusat perniagaan.Tempat masjid ini berdiri oleh masyarakat Minangkabau dijuluki sebagai Kampung Keling.
 
Mihrab dan mimbar Masjid Muhammadan kota Padang (foto dari akun google @Ardi_ FQ)

Masjid ini pada awalnya terbuat dari kapur, pasir, dan gula. Pada awal abad ke-20, konstruksinya ditingkatkan menggunakan semen tanpa mengubah bentuk aslinya dan masih dipertahankan sesuai bentuk tersebut hingga saat ini.
 
Menurut dokumentasi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPSB) setempat, terdapat inkripsi beraksara Jawi dalam bidang segi empat terbuat dari marmer bertuliskan angka "9-12-1343 H" (sekitar tahun 1924). Inkripsi ini diduga merupakan tanggal renovasi masjid dari bahan kayu menjadi tembok.
 
 
Hal tersebut sejalan dengan foto dokementasi foto tahun 1920-an koleksirijksmuseum Belanda yang menunjukkan bentuk masjid ini serupa dengan bentuknya saat ini, meskipun bangunan disekitarnya sudah mengalami perubahan.
 
Aktivitas Masjid Muhammadan kota Padang
 
Keberadaan masjid ini turut berperan dalam penyebaran agama Islam dan perjalanan sejarah Kota Padang. Pada 1964, masjid ini mulai menyelenggarakan kegiatan didikan subuh bagi anak-anak yang kelak bergulir menjadi program rutin tiap pekan di masjid-masjid Kota Padang. Jamaah Tabligh Sumatera Barat pertama kali bermarkas di masjid ini.
 
Arsitektur
 
Gaya masjid masjid India selatan terlihat sangat kental di Masjid Muhammadan kota Padang ini dengan ciri khas utamanya adalah menara dengan ukuran yang tidak terlalu besar dilengkapi dengan kubah bawang. Warna hijau dan putih mendominasi bagian serambi.
 
Tampak depan Masjid Muhammadan kota Padang (foto dari akun google @Rahmat Irfan Denas)

Fasad tersebut disangga oleh tujuh tiang, termasuk tiang ujung kiri dan kanan yang menyatu dengan sebuah bangunan berbentuk menara. Bagian atas salah satu menara sempat runtuh sepanjang satu meter akibat gempa bumi pada 2009, yang tak lama kemudian diperbaiki dengan bantuan dari Yayasan Satu Untuk Negeri tvOne.
 
Masjid ini memiliki denah berukuran lebar 15 meter dan panjang 25 meter. Bangunannya terdiri dari tiga lantai. Lantai dasar merupakan tempat sholat, sementara lantai dua dan tiga merupakan tempat istirahat yang juga digunakan untuk beberapa keperluan lain seperti memasak.
 
Di tempat sholat, tidak terlihat mimbar seperti umumnya masjid-masjid yang ada di Padang, melainkan hanya jendela berbentuk seperti mimbar dan ditutupi kain hijau berlambang bulan dan bintang.
 
Tradisi Serak Gulo
 
Tradisi Serak Gulo (Tebar Gula) adalah sebuah tradisi menebarkan gula yang dibungkus dengan kain warna warni dari atap masjid Muhammadan kepada masyarakat yang berkumpul di halaman masjid.
 
Tradisi Serak Gulo di Masjid Muhammadan Kota Padang tahun 2022 (foto dari akun google @ M.Hafiz Halim)

Tradisi ini diselenggarakan oleh warga muslim keturunan India di kota Padang sebagai bentuk penghormatan kepada Sahud Hamid yang dikenal sebagai tokoh penyebar Islam di India. Tradisi Serak Gulo merupakan pembuka Maulid Sahul Hamid yang diselenggarakan setiap 1 Jumadil Akhir, selama 10 hari.
 
Ritual ini dimulai dengan berdoa bersama. Sebelum ditebarkan, gula yang dibungkus kecil dengan kain berwarna-warni dimasukan ke dalam karung dan dibawa ke atas atap Masjid Muhamadan. Pada penyelenggaraan Serak Gulo hari Sabtu 21 Maret 2015, panitia menyiapkan sekitar 3 ton gula.  
 
Menurut panitia penyelenggara, tradisi ini berasal dari daerah Nagor India, dengan makna filosofis dari tradisi ini adalah memberikan ilmu dan kebaikan dengan simbol gula yang melambangkan betapa manisnya ilmu yang dibawa Sahud Hamid. 
 
Tradisi Serak Gulo di Masjid Muhammadan Kota Padang.

Tradisi ini hanya ada di tiga negara yakni di India, Singapura dan Indonesia. khusus di Indonesia tradisi ini hanya ada di Kota Padang dan kini sudah masuk dalam Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Tradisi ini juga telah menjadi kalender event Pariwisata Kota Padang.
 
Tradisi Ramadhan
 
Saat Ramadhan, Masjid Muhammadan menjalankan tradisi yang telah dilakukan turun temurun. Pengurus mendatangkan seorang hafiz (orang yang hafal Al Quran) untuk menjadi imam sholat tarawih setiap malamnya.
 
Sholat tarawih di masjid ini dilakukan sebanyak 20 rakaat dan tiga rakaat untuk slalat witir. Setiap malamnya, sang imam akan membaca satu jus ayat Al Quran saat shalat tarawih dan witir. Bacaan Imam bisa lebih dari satu juz bilamana hitungan hari Ramadhan kurang dari 30 hari.***
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
Surau Lubuk Bauk Tanah Datar
Masjid Raya Bayur, Kabupaten Agam
Mesjid Nurul Iman kota Padang
Masjid Ganting - Padang
 
Referensi
 
https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Muhammadan
https://pemilu.tempo.co/read/news/2015/03/21/242651816/Warga-Keturunan-India-Rayakan-Ritual-Serak-Gulo
https://pemilu.tempo.co/read/news/2015/03/21/242651816/Warga-Keturunan-India-Rayakan-Ritual-Serak-Gulo
https://travel.tempo.co/read/1849872/mengenal-kampung-keling-di-sumatera-barat-dan-masjid-muhammadan
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/238420-muhammadan--masjid-india-di-kampung-china

Sabtu, 04 November 2017

Surau Lubuk Bauk Tanah Datar

Surau Lubuk Bauk (📷 IG @galihwwardhana)

Surau Lubuk Bauk atau kadang keliru disebut sebagai Masjid Lubuk Bauk terletak di Nagari Lubuk Bauk, Kecamatan Batipuh Baruh, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Surau ini didirikan pada 1896 memakai nama tempat berdirinya dan rampung pada 1901.

Tidak banyak yang mengetahui Surau Lubuk Bauk ini, namun setelah menjadi salah satu lokasi syuting film Tenggelamnya Kapal Van der Wijk, masjid ini kembali dikenal oleh masyarakat se-nusantara. Film tersebut yang diangkat dari karya novel Buya Hamka. Kabarnya di sini Buya Hamka belajar mengaji dan tidur di surau dekat rumahnya.

Surau Nagari Lubuk Bauk
Batipuh Baruah, Batipuh, Kabupaten Tanah Datar
Sumatera Barat 27125



Meskipun hanya sebentar, yaitu dari tahun 1925 hingga tahun 1928, Hamka remaja yang berasal dari Tanjung Raya, Kabupaten Agam, menjadikan surau kuno tersebut sebagai tenpat untuk mengaji dan sekaligus rumah untuk menimba ilmu. kini ruas jalan yang membentang di depan surau ini dinamai Jl. Dr. Hamka.

Pembangunan Surau Lubuk Bauk

Surau Lubuk Bauk atau kadang keliru disebut sebagai Masjid Lubuk Bauk terletak di Nagari Lubuk Bauk, Kecamatan Batipuh Baruh, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Surau ini didirikan pada 1896 memakai nama tempat berdirinya dan rampung pada 1901.[1]

Menurut ceritanya, surau ini dibangun oleh para ninik mamak yang berasal suku Jambak, Jurai Nan Ampek Suku sekitar tahun 1896 dan diperkirakan selesai tahun 1901. Tanah surau ini berasal dari wakaf Datuk Bandaro Panjang.

Sebagaimana umumnya surau di Minangkabau, keberadaan surau ini dikhususkan sebagai pusat pendidikan non-formal setempat. Letaknya berdampingan dengan Masjid Al-Ula yang menyelenggarakan salat jemaah, dikelilingi rumah penduduk, dan dibatasi jalan raya di sebelah utara.

Surau Lubuk Bauk dipertahankan bentuknya sejak dibangun hingga saat ini meskipun telah melewati beberapa kali pemugaran. Ttampak foto sebelah kanan adalah foto surau Lubuk Bauk di tahun 1921 sedangkan disebelah kanan adalah foto Surau Lubuk Bauk di tahun 2013, Tak ada perubahan berarti selain pada bagian tangga depannya.

Arsitektur Surau Lubuk Bauk

Surau ini dibangun sepenuhnya dengan bahan utama kayu Surian dengan luas 154 meter persegi dan tinggi bangunan sampai ke puncak kurang lebih 13 m dengan corak bangunan dari Koto Piliang yang dapat dilihat dari susunan atap dan adanya menara. Dengan material kayu konstruksinya tidak mengalami kerusakan berarti walaupun beberapa kali dilanda gempa besar dan angin kencang.

Bangunan-nya berdenah bujur sangkar, dengan luas 154 meter persegi. Ada 30 tiang kayu penyangga berbentuk segi delapan yang menopang bangunan dan saling terhubung dengan sistem pasak tanpa paku besi. Lantai satu memiliki denah berukuran 13 x 13 meter. Letaknya ditinggikan sekitar 1,4 meter dari permukaan tanah, membentuk kolong. Kolong bangunan ditutup membentuk lengkungan-lengkungan yang pada bagian atasnya dihiasi ukiran berpola tanaman sulur-suluran.

Mihrab dibuat menjorok ke luar berukuran 4 x 2,5 meter dinaungi atap gonjong, bentuk atap yang terdapat pada rumah gadang. Pada setiap sisi ruangan, terdapat jendela, kecuali pada mihrab. Pintu masuk terletak di sisi timur sejajar dengan mihrab. Di atas pintu (ambang pintu) terdapat tulisan basmalah yang dibuat dengan teknik ukir dan di belakangnya ditutup dengan bilah papan.

Pada sebelah kanan pintu, terdapat tangga yang mengubungkan ke lantai dua. Lantai ini berdenah 10 × 7,50 meter. Di tengah-tengah ruangan lantai dua, terdapat tiang dengan tangga melingkar untuk ke lantai tiga, yang memiliki denah lebih sempit berukuran 3,50 × 3,50 meter.

Ukiran cap izin pemerintah Penjajah Belanda di Surau Lubuk Bauk

Keunikan dari Surau Lubuk Bauk adalah memiliki ukiran khas Minangkabau dan cap izin Belanda yang berupa mahkota Kerajaan Belanda. Cap tersebut terukir pada dinding gonjong surau. Setiap ukiran di surau, seperti ukiran motif kaluak paku, ukiran aka cino hingga motif itiak pulang patang menyimpan arti filosofinya sendiri.

Berada di pinggir jalan raya Batusangkar—Padang, bangunan surau terletak lebih rendah sekitar 1 meter dari jalan raya. Dalam kompleks bangunan, terdapat tiga kolam atau disebut luhak dalam bahasa setempat yang dulunya difungsikan untuk wudu. Selain itu, terdapat bangunan mirip rangkiang yang digunakan untuk menaruh beduk.

Atap bangunan terbuat dari seng, bersusun tiga. Tingkat pertama dan kedua berbentuk limas dengan permukaan cekung, sedangkan tingkat ketiga berupa atap berdenah silang dengan gonjong di empat sisinya. Terdapat semacam baluster di antara atap lantai satu dan lantai dua.

Susunan atap dengan bangunan menara tersebut melambangkan falsafah hidup masyarakat Minangkabau. Bahkan diyakini dulunya oraganisasi Muhammdiyah sebelum berkembang di kauman Padang Panjang, lebih dulu berkembang di Lubuk Bauk tersebut sehingga perannya memiliki peran besar dalam melahirkan santri dan ulama yang selanjutnya menjadi tokoh pengembang agama Islam di Sumatra Barat.

Pada bagian puncak, terdapat elemen berupa semacam gardu, berdenah segi delapan berdinding kayu dengan jendela-jendela semu yang diberi kaca di setiap sisinya. Struktur ini berfungsi sebagai menara, yang dapat dinaiki melalui tangga spiral di lantai dua. Atap mnara dibuat bersusun membentuk kerucut dengan bentuk susunan buah labu dihiasi kelopak daun mirip padmanaba pada bangunan Hindu. Eksterior berupa ukiran Minang melekat pada dinding menara berupa pola tumbuhan pakis yang didominasi wama merah, kuning, dan hijau.

Interior Surau Lubuk Bauk

Penggunaan

Di Minangkabau, masjid merupakan salah satu syarat berdirinya permukiaman atau nagari, sementara setiap suku yang menghuni nagari biasanya memiliki surau. Oleh sebab itu, banyak masjid dan surau di Minangkabau yang letaknya berdampingan. Keberadaan surau umumnya dikhususkan sebagai pusat pendidikan non-formal.

Berdiri berdampingan dengan Masjidil Ula yang didirikan pada 1898, Surau Lubuk Bauk digunakan terbatas untuk tempat belajar mengaji anak-anak atau tempat pertemuan bagi masyarakat setempat. Di ruang mengaji, terdapat sejumlah papan panjang (reha) yang ditata melingkar menghadap ke papan tulis.

Peninggalan Sejarah

Dalam perkembangannya Surau Lubuk Bauk tersebut termasuk salah satu benda peninggalan sejarah yang telah dilakukan kajiannya pada tahun 1984 oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sumatra Barat bahkan juga sudah dilaksanakan pemugaran  Surau Lubuk Bauk pada tahun anggaran 1992/1993.

Surau ini ditetapkan sebagai cagar budaya di bawah pengawasan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BPPP) Batusangkar dan menjadi salah satu daya tarik wisata terkenal di Tanah Datar.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Sabtu, 16 September 2017

MASJID RAYA BAYUR, KABUPATEN AGAM

Masjid Raya Bayur (by IG | @een_optimo)

Masjid Raya Bayur adalah salah satu masjid tua di sekitar Danau Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Masjid yang dibangun pada awal abad ke-20 ini berlokasi tidak begitu jauh dari jalan raya yang menghubungkan Kota Lubuk Basung, ibukota Kabupaten Agam, dengan Kota Bukittinggi.
.
Masjid Raya Bayur memiliki beberapa keunikan yang khas seperti kubah persegi empat di tengah atap bangunan utama, empat menara di setiap sudut kubah utama, dan kubah kecil persegi empat di atas mihrab.
.
Dinding masjid dilapisi papan berukir yang disapu nuansa gelap. Tang-tiang penyangga masjid yang terbuat dari tembok dihiasi warna lembut sehingga sangat serasi dengan dinding masjid.
.
Masjid Raya Bayur
Jorong Kapolo, Koto Nagari Bayua
Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam
Sumatera Barat, Indonesia



Renovasi Masjid Raya Bayur

Bentuk masjid ini sedikit banyak telah mengalami perubahan hingga menjadi seperti yang tampak saat ini. Pada awal tahun 2000, masyarakat setempat berupaya merenovasinya secara menyeluruh. Partisipasi para tokoh masyarakat dari Kenagarian Bayur dan warga di tanah rantau membuat renovasi masjid dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang tidak begitu lama, dan diresmikan pada tanggal 8 September 2004

Renovasi meliputi perbaikan bangunan dan penataan lingkungan masjid, seperti pembenahan ruang terbuka, area parkir, dan taman masjid. Hal ini dilakukan agar lingkungan masjid tampak lebih asri. Renovasi terahir Masjid Raya Bayur ini ditangani oleh Arsitek Ir. Hendri Tanjung.
  
Pascarenovasi, masjid ini tampak indah dengan perpaduan gaya arsitektur pagoda Thailand dan gonjong rumah gadang khas Minangkabau. Hal tersebut dapat dilihat pada menara kecil di empat sudut atap bangunan utama. Struktur atap dirancang mengikuti pola bangunan rumah panggung dengan atap bersusun tiga yang menjadi ciri khas bangunan masjid Nusantara zaman dahulu.

Masjid Raya Bayur di Malam Hari (foto minangtourism.com)

Masjid Raya Bayur memiliki beberapa keunikan yang khas seperti kubah persegi empat di tengah atap bangunan utama, empat menara di setiap sudut kubah utama, dan kubah kecil persegi empat di atas mihrab. Dinding masjid dilapisi papan berukir yang disapu nuansa gelap. Tang-tiang penyangga masjid yang terbuat dari tembok dihiasi warna lembut sehingga sangat serasi dengan dinding masjid.

Ketika kaki melangkah memasuki area masjid, tampak air mancur terus memancar. Melangkah ke belakang masjid, terdapat kolam ikan yang tertata rapi. Di kiri-kanan kolam ikan tersebut terdapat tempat wudhu. Keseluruhan luas bangunan masjid ini adalah 2.260 meter persegi dengan daya tampung Jemaah sekitar 1000 orang.

Di sebelah utara masjid terdapat sebuah pondok pesantren tua. Santri- santrinya selalu meramaikan masjid dengan berbagai kegiatan, mulai dari belajar berceramah, khotbah, hingga tata cara shalat jenazah. Tak dimungkiri, para santri tersebut menyemarakkan masjid yang menjadi sentra pengembangan ajaran Islam di Kenagarian Bayur ini.***


Selasa, 12 April 2011

Mesjid Nurul Iman kota Padang, Sumatera Barat‎

Masjid Nurul Iman Kota Padan.

Propinsi Sumatera Barat dengan Ibukotanya di Kota Padang, merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang di anugerahi keindahan alam yang luar biasa serta adat istiadat yang begitu kental dengan Syariat Islam. Masyarakat negeri Minangkabau ini secara tradisi turun temurun mewarisi dan mewariskan falsafah “hidup bersanding adat, adat bersanding Syara’, Syara’ Bersanding Kitabullah”. Sehingga tak mengerankan bila seantero tanah minangkabau bertabur Masjid dan surau, dari pusat kota Padang hingga ke pusat pertanian di tengah pesawahan akan dengan mudah ditemui masjid ataupun surau.

Di kota Padang sendiri terdapat begitu banyak masjid, salah satunya sudah pernah di posting di blog ini adalah masjid Ganting yang merupakan masjid tertua di kota Padang. Dan kali ini kita akan mebahas Masjid Nurul Iman yang merupakan Masjid terbesar saat ini di kota Padang. Gelar sebagai masjid terbesar di kota Padang ini sepertinya segera akan berahir manakala nanti masjid Mahligai Minangkabau yang sedang dibangun selesai dikerjakan.

Alamat dan Lokasi Masjid Raya Nurul Iman Padang

Masjid Nurul Iman berada di pertigaan Jalan Imam Bonjol dan Jalan MH Thamrin di pusat kota Padang. Tak menherankan bila kemudian ada perbedaan penulisan nama jalan tempat masjid ini berada dalam beberaba blog internet yang mengulas masjid Nurul Iman ini.

 

Sejarah Masjid Nurul Iman Kota Padang

Era awal pembangunan

Perjalanan sejarah Masjid Nurul Iman Kota Padang ini cukup berliku liku mulai dari pertama dibangun kemudian beberapa kali mengalami kerusakan parah hingga nyaris hancur sampai ahirnya bermetamorfosis ke bentuknya yang kini kita lihat begitu indah dan megah serta menjadi salah satu ikon kota Padang.

Pembangungan masjid Nurul Iman dimulai tanggal 26 September 1958 dengan dari Kepala Operasi Kodam III/ 17 Agustus, ketika itu Propinsi Sumatera Barat dibawah pemerintahan Gubernur Kaharudin Datuk Rangkayo Baso (Menjabat 1958~1965) dan juga sumbangan dari Menteri agama saat itu. Lahan untuk masjid ini seluas 1,18 hektar bangun masjid nya sendiri berlantai dua dengan masing-masing seluas 2.674 M2 dan berada di pusat kota Padang.

Aerial View Masjid Nurul Iman Kota Padang.

Masa Orde Lama

Sepanjang masa orde lama, pembangunan masjid ini berjalan begitu lamban sampai akhirnya ter­bengkalai. Baru pada tahun 1966 Paska Gerakan 30 September/PKI, pembangunan masjid ini dibantu pemerintah. Dan sejak itu Gubernur berikutnya Harun Zain (Menjabat 1967~1977) bisa lebih nyaman melanjutkan pembangunan Masjid Nurul Iman. Namanya pun sudah berganti jadi Nurul Iman. Ditetapkan dengan SK Gubernur Sumbar No Kemasj.025/GSB/66 tanggal 10 Maret 1966.  Penyelesaian pembangunan masjid ini ketika itu menghabiskan dana sekitar Rp. 300 juta, selain dari dana yang berasal dari jemaah juga mendapat uluran tangan pemerintah. Presiden Soeharto mengirimkan sumbangan sekitar Rp 40 juta untuk membantu pembangunan masjid ini.

Dihajar Ledakan Bom

Masjid Nurul Iman tempo Dulu
Tahun 1976 masjid ini sudah mendekati penyelesaian ahir dan sudah difungsikan untuk sholat jum’at, meskipun proses penyelesaian tahap ahir masih terus dikerjakan. Namun dua tahun kemudian masjid yang sudah menjadi kebanggaan Masyarakat kota Padang ini lagi lagi mengalami pengalaman buruk.

11 November 1976 pukul 22.20 malam hari, sebuah ledakan bom merusak masjid ini. Berdasarkan keterangan dari pihak keamanan dibawah Pangkomkamtib Sudomo disebutkan bahwa Imzar Zubil, dari Komando Jihad yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Masih menurut pihak keamanan, bom tersebut sepertinya di atur untuk meledak ketika pelaksanaan ibadah sholat Jum’at ke-esokan harinya, namun bom tersebut meledak lebih dini, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa.

Ledakan bom tersebut menyebabkan loteng mesjid di lantai satu berantakan sepanjang 30 x 2 meter. Jendela kaca di beberapa bagian pecah, sementara lobang angin (ventilasi) lantai dua menjadi bolong selebar satu meter persegi. Meski sempat ditutup sementara untuk penyelidikan, namun menjelang waktu sholat jum’at masjid ini kembali dibuka untuk umum. Sampai kini pelaku bom tersebut belum pernah berhasil ditangkap oleh pihak berwenang.

Renovasi yang terbengkalai

Ketika Propinsi Sumatera Barat dibawah pimpinan Gubernur H. Zainal Bakar SH (2000~2005) masjid ini di rombak total. Atas kebijakan beliau masjid ini rencananya dibongkar untuk membuatnya menjadi lebih besar dan indah, namun sampai masa jabatan beliau berahir, proses pengerjaan masjid ini malah terkesan terbengkalai. Proses peribadatan terganggu dan memicu kekecewaan berbagai kalangan.  Sampai masa peralihan tugas gubernur Sumbar dari H. Zainal Bakar SH dengan Gamawan Fauzi (menjabat 2005~2009), masjid itu sudah dibongkar sebagian. Akibatnya Masjid Nurul Iman beberapa waktu lamanya tidak bisa digunakan.

Di tahun kedua pemerintahan Gunernur Gamawan Fauzi dan Wakil Gubernur Marlis Rahman, Masjid Nurul Iman akhirnya dapat berdiri kukuh kembali dengan perubahan arsitektur dan penggunaan aplikasi struktur bangunan tahan gempa. Sejumlah 18,4 miliar rupiah dana dari APBD propinsi sumar dikucurkan pemerintah untuk menylesaikan renovasi total masjid ini.

MENARA LAMA. Masjid Nurul Iman Padang saat diresmikan oleh Wapres Jusuf Kalla masih dengan menara nya yang lama dan ditutup sepanduk berukuran besar saat upacara peresmian.

Diresmikan oleh Wapres Jusuf Kalla

Dan pada tanggal 7 Juli 2007, proses renovasi total masjid ini diresmikan oleh Wakil Presiden, M Jusuf Kalla. Saat upacara peresmian tersebut sebenarnya masjid ini belum sepenuhnya rampung. Bangunan Menara lama masih dalam proses pengerjaan untuk dibuat lebih tinggi dan lebih indah, namun karena upacara peresmian sudah akan dilaksanakan, panitia kemudian menutup bangunan tersebut dengan sepanduk besar bergambar foto Wapres beserta istri, poster tersebut yang kemudian menjadi bahan candaan Pak Kalla kepada Bu Mufidah (istri beliau) dan panitia pembangunan Masjid serta gubernur Sumbar, Gamawan Fauzi.

Istighotshah Pemilu

Satu hal yang cukup unik dilaksanakan di masjid Nurul Iman Kota Padang ini adalah Istihostshah Pemilu, seperti yang dilakukan dalam rangka menghadapi Pemilu legislatif 9 April 2009 yang lalu, Pemerintah Kota Padang melaksanakan doa Istighotsah di masjid Nurul Iman, Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari peertemuan dengan para mubalig  se Kota Padang, Poltabes dan MUI.

Masjid Nurul Iman diantara pertokoan di kota Padang.

Peserta doa Istighotsah terdiri dari para Caleg, 763 Caleg di Kota padang, yang akan memperebutkan 45 kursi. Tujuan dari acara tersebut adalah untuk memberikan bekal kepada para Caleg agar bertarung dan bersaing dengan sehat dan adil serta siap untuk jadi pemenang dan juga siap menerima kekalahan secara ksatria.

Dihantam Gempa

Dua tahun setelah diresmikan oleh Pak Kalla, Masjid ini kembali mengalami kerusakan akibat gempa. 30 September 2009, Gempa bumi dasyat  meluluhlantakkan kota Padang dan sekitarnya. Sistem tahan gempa yang di-aplikasikan terhadap struktur masjid ini benar benar di uji ketangguhannya, dan Alhamdulillah meski Kota Padang luluh lantak dihajar gempa, termasuk bangunan disekitar Masjid Nurul Iman, masjid ini masih berdiri kokoh meski mengalami beberapa kerusakan disana sini.

Bangunannya sendiri secara kons­truktif tidaklah banyak mengalami kerusakan. Hanya saja dinding dan bagian lantai di lantai II mengalami kerusakan. Dan memerlukan per­baikan yang agak serius. Masjid ini merupakan satu dari 608 unit tempat ibadah di Sumbar yang rusak berat dan banyak di antaranya rata dengan tanah akibat guncangan gempa.


Pembangunan menara Masjid Nurul Iman.

Evaluasi oleh Mahasiswa Stanford University

Paska gempa yang melanda kota Padang pada tanggal 30 September 2009 tersebut, di bulan Oktober tahun yang sama beberapa mahasiswa Stanford University melakukan evaluasi terhadap bangunan Masjid Agung Nurul Iman Padang sebagai bagian dari studi dan evaluasi struktur bangunan terhadap tsunami di Padang. Berbekal foto foto Masjid Agung Nurul Iman sebelum bencana gempa bumi serta kondisi masjid yang mengalami kerusakan paska gempa, serta beberapa gambar struktur bangunan yang masih ada. Hasil evaluasi tersebut menyebutkan bahwa struktur tahan gempa masjid ini bejerja dengan baik.

Arah Kiblat Masjid Sudah tepat

Ketika sedang marak berita tentang telah bergesernya arah kiblat masjid masjid Indonesia di tahun 2010 lalu, Ketua Harian Mesjid Nurul Iman, Yufni Faisal mengatakan arah kiblat Nurul Iman sudah tepat, karena ditetapkan saat dibangun berdasarkan kajian ilmu falak atau ilmu tentang arah kiblat yang dilakukan ahli falak, sehingga tidak perlu untuk mengatur ulang arah kiblat di Masjid Nurul Iman Kota Padang ini.

Masjid Nurul Iman Padang.

Dua tahun Paska Gempa

Sejak gempa di tahun 2009 itu memang agak susah me­ngajukan bantuan ke pemerintah, lantaran begitu banyaknya fasilitas umum yang rusak parah di seantero kota Padang dan umumnya di Sumatera Barat. Dengan demi­kian alokasi anggaran untuk reha­bilitasi dan rekonstruksipun menjadi sangat selektif.  Akibatnya cukup lama kerusakan masjid ini belum diperbaikai.

Baru pada tahun 2011, DPRD Sumbar menyetujui anggaran dana bantuan perbaikan masjid Nurul Iman masuk dalam APBD 2011. Dana yang di alokasikan sebesar Rp. 5 miliar (lima milyar rupiah), semuanya untuk proses perbaikan menyeluruh Masjid Nurul Iman.  Sebagaimana disampaikan oleh Wakil Ketua DPRD Sumbar, H. Leonardy Har­mai­ni.

Puing puing bangunan yang berserakan disekitar Masjid Nurul Iman pasja gempa 30 September 2009.

Arsitektur dan Aktivitas Masjid Nurul Iman Padang

Masjid Nurul Iman yang kini berdiri merupakan bangunan yang lahir dari proses renovasi total dan diresmikan di masa pemerintahan Gubernur Gamawan Fauzi. Bangunan masjid modern berarsitektur masjid universal dengan ciri bangunan berkubah besar di bangunan utama masjid dan dilengkapi dengan sebuah bangunan menara yang terpisah dari bangunan utama masjid.

Masjid Nurul Iman Padang, terdiri dari dua lantai, disangga 30 tiang, 16 tiang diantaranya adalah tiang penyangga utama yang berada di tengah bangunan masjid.  Selain bangunannya yang kokoh, Masjid Nurul Iman juga memiliki konsep nilai seni dan artistik tinggi. Konsep model bangunan Masjid Nurul Iman diambil dari konsep model Bangunan Jakarta Islamic Center (JIC), dipadu dengan arsitektur Masjid Atiin di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Masjid Nurul Iman Padang.

Nuansa warna hijau mendominasi Qubah Masjid dan Menara, serta dihiasi dengan motif bintang segilima pada ornamen dinding bangunan Mesjid. Hal tersebut memiliki makna dan simbol keseimbangan dari nilai-nilai kebesaran serta keagungan agama Islam, sebagaimana masjid masjid di Timur Tengah. Sedangkan kubah masjid ini bermotifkan ketupat yang memiliki makna keindahan nilai-nilai kemoderatan bangunan masjid yang terdapat di Istanbul, Turki, dipadu dengan identitas nilai-nilai seni dan budaya Islam Nusantara.

Nilai spesifik lain yang terdapat pada bangunan Masjid Nurul Iman dan tidak dimiliki bangunan Mesjid lain adalah adanya beberapa jenjang menuju lantai dua yang berada ditiap sudut bangunan. Lokasi jenjang ini cukup strategis, karena menghubungkan antara tempat berwudhu dengan bangunan lantai II masjid, tempat jemaah melakukan ibadah sholat. 

Masjid Nurul Iman Padang dengan menara lama-nya.

Selain itu lantai II tempat jemaah melakukan ibadah sholat juga dirancang dengan Nuansa lantai kayu yang cukup lembut dirasakan kaki jemaah. Lantai parkit ini dirancang dengan bahan yang terdiri dari kayu, dan paduan lempengan, dan gabus. Sehingga memberikan nuansa lembut dan sejuk. Bahan lantai ini didatangkan khusus dari Jerman.

Sebagai salah satu masjid kebanggan Sumbar, Masjid Nurul Iman juga memiliki fasilitas kegiatan keagamaan yang lengkap. Dimasjid ini terdapat sekretariat Badan Amil Zakat (Bazda), Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kantor Dewan Mesjid, Majelis Taklim, Remaja masjid, perpustakaan dan lain-lain.  Dengan bangunan yang megah dan fasilitas yang lengkap, sekarang yang sedang diupayakan Pengurus Masjid Nurul Iman dalam program-programnya kedepan adalah meng-Imarahkan Masjid Nurul Iman, yakni program-program yaang bertujuan menghidupkan dan meramaikan masjid, dan menjadikan Masjid Nurul Iman sebagai pusat keagamaan Umat Islam di Kota Padang khususnya dan Provinsi Sumbar umumnya.

Tradisi Telong Telong

Karnaval Telong Telong di halaman Masjid Nurul Iman.

Sekali dalam setahun, halaman Masjid Nurul Iman menjadi lokasi dimulainya pawai tradisi khas kota Padang yang bertajuk Telong Telong. Karnaval tradisional ini merupakan tradisi yang diselenggarakan pemerintah dan masyarakat Kota Padang dalam memeriahkan hari jadi Kota Padang. Pawai telong telong merupakan pawai obor dan lampion yang diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat dari masing masing kelurahan dan kecamatan di kota Padang.

Pawai dimulai dari halaman masjid Nurul Iman dan berahir di kantor pemerintahan kota Padang. Pawai ini menyuguhkan berbagai macam kesenian khasa kota Padang. Pawai atau karnaval ini begitu meriah sehingga menyedot perhatian warga kota Padang dan sekitarnya termasuk para wisatawan mancanegara.

---------------------ooOOOoo---------------------