Tampilkan postingan dengan label Pantai Gading. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pantai Gading. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 Agustus 2023

Masjid Bertaburan di Pantai Gading (bagian 2)

Sebaran Masjid Agung di masing masing distrik di Republik Pantai Gading.

Negara yang berada di pantai barat benua Afrika ini dihuni oleh cukup banyak kaum muslimin, meski jumlah pasti muslim disana masih menjadi tanda tanya mengingat data yang berbeda beda dari berbagai sumber. Situs Islamonline menyebutkan sekitar 60% penduduk Pantai Gading beragama Islam.
 
Situs world fact book menyebutkan Agama Islam dianut sekitar 38,6%, Library of Congress Country Studies menyatakan bahwa 1 dari 4 penduduk Pantai Gading adalah Muslim, sedangkan Kristen 1 berbanding 8. PEW menyebutkan bahwa muslim di Pantai Gading mencapai angka 36.7%.
 
Masjid begitu mudah ditemukan dinegara bekas jajahan Prancis ini, dan Bahasa Prancis menjadi Bahasa Nasionalnya. Di Abidjan sebagai kota terbesar dan pernah menjadi ibukota negara, ada begitu banyak masjid masjid berukuran besar beberapa diantaranya dibangun oleh pemerintah sebagai masjid negara. Berikut 7 masjid dari 14 masjid agung distrik di Pantai Gading.
 
8. Grande Mosquée de Man
Man, Montagnes District, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/QBCf3LJygYngn2uQ8
 
Grande Mosquée de Man (foto: adama doukoure)

Grande Mosquée de Man adalah masjid agung di kota Man, Tonkpi region, distrik Montagnes, Republik Pantai Gading. Masjid ini merupakan masjid terbesar di kota Man, bangunan masjid berdenah persegi Panjang dengan lima Menara, empat Menara sama tinggi dan satu Menara dibagian depan tengah bangunan yang peling tinggi.
 
Man merupakan kota terbesar ke delapan di Pantai Gading dengan penduduk di tahun 2014 mencapai 149.041 jiwa. Dua gunung tertinggi di Pantai Gading ada di kota ini yakni Gunung Toura dan Gunung Tonkoui. Kota ini sempat dikuasi oleh kelompok pemberontak Mouvement patriotique de Côte d'Ivoire (MPCI) selama konflik bersenjata di Pantai Gading ditahun 2002.
 
9. Grande Mosquée de Daloa
Great Mosque of Daloa
Daloa, Sassandra-Marahoué District, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/4mJNwAguWd5mrAbw6
 
Grande Mosquée de Daloa (foto; KG LOUD Officiel)

Denah dan bentuk Grande Mosquée de Daloa atau Masjid Agung Daloa ini sangat mirip dengan masjid agung Man di distrik Montagnes. Daloa adalah ibukota distrik Sassandra-Marahoué yang bersebalahan dengan distrik Montagnes dan distrik Yamoussoukro (ibukota negara Pantai Gading).
 
Daloa juga merupakan kota terbesar ketiga di Pantai Gading dengan jumlah penduduk ditahun 2014 mendapai 245 ribu jiwa lebih. Kota ini juga menjadi salah satu titik terpanas selama perang saudara pertama di Pantai Gading antara tahun 2002 hingga 2004 yang menyebabkan 50 warga sipil terbunuh dan mengundang perhatian Pengadilan Internasional pada bulan Februari 2012.
 
10. Grande Mosquée de Korhogo
Korhogo, Savanes District, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/dH97rghb4ZS1qF7h8
 
Grande Mosquee de Korhogo (foto: C Castor)

Korhogo adalah ibukota dari distrik Savanes yang merupakan salah satu distrik paling utara di Pantai Gading berbatasan langsung dengan negara Mali dan Burkina Faso. Korhogo juga merupakan kota terbesar ke empat di Pantai Gading dengan jumlah penduduk mencapai 243 ribu jiwa. Sekaligus menjadi kota terbesar di wilayah utara Pantai Gading.
 
Meski demikian korhogo dan distrik Savanes merupakan wilayah yang paling tidak stabil selama dan setelah perang saudara di Pantai Gading. Kota Korhogo sempat menjadi basis para pemberontak yang dipimpin mantan dictator Robert Guéï terhadap presiden Laurent Gbagbo. Diahir perang saudara Presiden Lauren Gbagbo pada ahirnya menjadi tahanan Mahkamah Internasional di Den Hag atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan.
 
11. Grande Mosquée de Bouaké
Bouake Central Mosque مسجد
Bouaké, Vallée du Bandama Ditrict, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/QFoN5Ua85sN6jzvR8
 
Grande Mosquee de Bouake (foto: Showbiz & Talent Ivoire)

Kota Bouaké tempat masjid ini berada adalah kota terbesar kedua di Pantai Gading dengan jumlah penduduk mencapai 740 ribu jiwa. Bouaké juga merupakan ibukota dari distrik Vallée du Bandama. Letak kota ini berada ditengah tengah wilayah negara Pantai Gading dekat dengan danau Kossou yang merupakan danau terbesar di Pantai Gading.
 
Kota Bouaké sempat menjadi pusat administrasi selama penjajahan Prancis di Pantai Gading dengan berdirinya pos militer disana pada 1899. Dimasa perang saudara kota ini menjadi pusat pertahanan kelompok pemberontak pimpinan Guillaume Soro yang sempat berkuasa diwilayah utara negara sebelum kemudian ditengahi oleh pasukan perdamaian PBB.
 
12. Grande Mosquée de Séguéla
Seguela, Worodougou Region, Woroba District, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/BJk3pfAC4GkJ98tq7
 
Grande Mosquee de Seguela (foto: Sidick Coulibaly)

Séguéla merupakan ibukota bagi distrik Waroba di Pantai Gading, kota ini berpenduduk 298 ribu jiwa lebih. Pertama kali dibentuk tahun 1969 kemudian berganti ganti tingkatan status hingga tahun 2011 namun tetap sebagai ibukota dari region Worodougou dan distrik Woroba.
 
13. Grande Mosquée de Bondoukou
Bondoukou, Zanzan District, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/tRa5qUYF46fVXC3HA
 
Grande Mosquee de Bndoukou (foto: arnold KOUASSI)

Bondoukou adalah ibukota distrik Zanzan, salah satu dari 14 ditrik di Pantai Gading, lokasinya berada di ujung timur laut wilayah Pantai Gading berbatasan langsung dengan
Burkina Faso dan Ghana. Kota Bondoukou sendiri memiliki jalur darat dan berbatasan langsung dengan kota Sampa di Ghana. Islam telah lama bersemi di wilayah ini sejak masa dinasti Hausa hingga masa masuknya penjajah Prancis kesana ditahun 1899 dan terus berkembang hingga hari ini.
 
Berdasarkan sensus tahun 2014 penduduk kota ini sudah mencapai 117 ribu jiwa lebih. Sejarah Islam begitu melekat di kota ini, pusat kota tua disini disebut sebagai Madina dan beberapa wilayah kantong muslim lainnya. Kota Bondoukou secara tradisi merupakan kota perdagangan dan dihuni oleh berbagai etnis dan bangsa.
 
14. Grande Mosquée de Dimbokro
Dimbokro, Lacs District, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/MMCqaiUHthL8Hkqd9
 
Grande Mosque de Dimbokro (foto: onan bernadin Kouassi)

Dimbokro dikenal luas sebagai tempat kelahiran Presiden Alassane Ouattara yang merupakan presiden muslim pertama di Pantai Gading. Kota ini juga merupakan tempat kelahiran penyanyi rege terkenal Afrika ‘Alpha Blondy’.
 
Dimbokro adalah ibukota dari distrik Lacs, salah satu distrik selatan di Pantai Gading. Kota ini berada ditepian sungai N’Zi, sekitar 50 kilometer disebelah barat daya dari Yamoussoukro Ibukota negara Pantai Gading. Dimbokro terhubung dengan jalur kereta api ke ibukota komersial Pantai Gading di Abidjan.***
 
Kembali ke Bagian-1
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
Islam di Pantai Gading
Masjid Larabanga - Masjid Pertama di Ghana dan Afrika Barat
Islam di Burkina Faso
Masjid Agung Bobo Dioulasso - Burkina Faso
Masjid Agung Djenne - Republik Mali
Masjid Eyup Sultan Bamako - Mali
Islam di Republik Kooperatif Guyana
 

Sabtu, 05 Agustus 2023

Masjid Bertaburan di Pantai Gading

Masjid masjid agung di berbagai distrik di Negara Pantai Gading.
 
Republik Pantai Gading, dalam bahasa Prancis disebut Republique de Cote D'Ivote dan Ivory Coast dalam bahasa Inggris, adalah negara di pantai barat benua Afrika, menghadap langsung ke Samudera Atlantik. Pantai Gading mulanya ber-ibukota di Abidjan kemudian dipindahkan ke Yamoussoukro di tahun 1983.
 
Berdasarkan berbagai hasil penelitian, dari sekitar 16 juta penduduk Pantai Gading, 30% hingga 60% diantaranya beragama Islam disusul oleh pemeluk Katolik dan animis. Masjid begitu mudah ditemukan dinegara bekas jajahan Prancis ini, dan Bahasa Prancis menjadi Bahasa Nasionalnya. Di Abidjan sebagai kota terbesar dan pernah menjadi ibukota negara, ada begitu banyak masjid masjid berukuran besar beberapa diantaranya dibangun oleh pemerintah sebagai masjid negara.
 
Pantai Gading terbadi menjadi 14 distrik dan setiap ditrik memiliki masjid agung yang dalam Bahasa setempat disebut dengan Grande Mosquée, beberapa distrik bahkan memiliki masjid masjid agung di masing masing kota-nya. Masjid masjid di Pantai Gading memiliki arsitektur yang khas dengan menaranya yang berdenah segi empat begitupun bangunan masjidnya yang tampak nyaris serupa. Berikut 7 masjid dari 14 masjid di berbagai distrik di Pantai Gading. Tujuh lainnya akan kami sajikan di tulisan berikutnya.
 
1. Plateau Mosque
Mosquée Salam du Plateau
🌍https://goo.gl/maps/nCkPA6iRcWbjcggL9
 
Plateu Mosqu atau Masjid Salam di Abidjan.

Nama resmi masjid ini adalah masjid salam berada di Kawasan Plateu di pusat kota Abidjan, karenanya lebih dikenal sebagai masjid Plateu. Masjid ini merupakan salah satu masjid besar dan megah di kota Abidjan yang sebelumnya merupakan ibukota Pantai Gading sebelum dipindahkan ke Yamoussoukro.
 
2. Grande Mosquée Yamoussoukro
Yamoussoukro, Côte d'Ivoire
🌍https://goo.gl/maps/ZWNofm8pWrJjhb7c8
 
Masjid Agung Yamoussoukro atau Grande Mosquee de Yamoussoukro.

Yamoussoukro merupakan ibukota resmi negara Pantai Gading sejak tahun 1982 menggantikan kota Abidjan yang berada dikawasan pantai menghadap ke samudera Atlantik. Berbeda dengan kota Abidjan, kota Yamoussoukro justru berada didaratan jauh dari pantai. Adalah presiden Felix Houphouet-Boigny yang bermimpi membangun ibukota baru yang modern bagi negara itu, namun impian tinggal impian.
 
Meski secara resmi merupakan ibukota negara namun Yamoussoukro begitu sepi meski beberapa infrastruktur telah dibangun disana termasuk bangunan istana presiden, katedral dan masjid agung namun kantor kantor pemerintahan dan aktivitas pemerintahan negara masih lebih banyak dilakukan di kota Abidjan yang terkenal sebagai ‘Paris-nya Afrika’.
 
3. Grande Mosquée Aboubakar Sidik San Pedro
San-Pédro, Bas-Sassandra District, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/Us5czEcf9gqXdLwu9
 
Masjid Agung Abu Bakar Siddik San Pedro.

Masjid Agung Abu Bakar Siddik berada di kota San Pedro yang merupakan ibukota dari distrik Bas-Sassandra. Nama kota tempat masjid ini berada memang agak berbeda dengan nama nama kota lainnya di Pantai Gading.
 
Kota pantai ini berkembang dari sebuah kampung nelayan kecil di era 1960-an menjadi Pelabuhan terbesar kedua di Pantai Gading setelah Abidjan, sekaligus kota terbesar ke enam di Pantai Gading.
 
4. Mosquée d'Abengourou
Abengourou, Comoé District, Côte d’Ivoire
🌍https://goo.gl/maps/HtqAbCUMTYVVs5oi7
 
Masjid di Abengourou.

Abengourou merupakan ibukota distrik Comoé. Masjid Abengourou merupakan masjid agung di distrik Comoé. Kota Abengourou mayoritas dihuni oleh suku Agnis (Anyi) yang berasal dari Ghana.
 
Dikota ini terdapat rumah kediaman pemimpin suku Agnis yang juga merupakan raja Indénié. Rumah kediamannya dibangun tahun 1882 dan dihias dengan berbagai artefak. Cukup menarik bahwa nama kota ini berasal dari Bahasa Akan "n'pé kro" yang berarti “saya tidak suka belama lama diskusi”.
 
5. Grande Mosquée d'Odienné
Odienne, Kabadougou Region, Denguélé District, Côte d’Ivoire
https://goo.gl/maps/nfnF9NFqe6kc8YjM8
 
Masjid Agung di kota Odienné.

Odienné adalah ibukota dari distrik Denguélé dan rayon Kabadougou. Kota ini tekenal dengan masjid masjid besarnya, pertambangan emas serta makam tokoh tekenal Vakaba Touré yang merupakan pendiri kota itu dan juga pendiri kerajaan Islam Kabadougou. Masjid Agung d'Odienné merupakan salah satu dari masjid masjid yang bertaburan di distrik Denguele.
 
6. Grande Mosquée de Gagnoa
Gagnoa, Gôh-Djiboua District, Côte d’Ivoire
https://goo.gl/maps/HHaLCW3nTGnqySZS6
 
Masjid Agung di Kota Gagnoa.

Gagnoa berada di sisi selatan bagian tengah Pantai Gading, merupakan ibukota dari Distrik Gôh-Djiboua dan Gôh Region. Berdasarkan jumlah penduduknya yang lebih dari 160 ribu jiwa, kota ini merupakan kota terbesar ke tujuh di Pantai Gading.
 
7. Grande Mosquée de Dabou
Dabou, Lagunes District, Côte d’Ivoire
https://goo.gl/maps/MNNEj1MPz4cn87hc7
 
Masjid Agung di kota Dabou.

Dabou adalah salah satu kota Pelabuhan di Pantai Gading bertetangga dengan Abidjan. Dabou merupakan ibukota dari distrik Lagunes sekalibus juga ibukota dari Grands-Ponts Region.
 
Bersambung ke bagian 2
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
Islam di Pantai Gading
Masjid Larabanga - Masjid Pertama di Ghana dan Afrika Barat
Islam di Burkina Faso
Masjid Agung Bobo Dioulasso - Burkina Faso
Masjid Agung Djenne - Republik Mali
Masjid Eyup Sultan Bamako - Mali
Islam di Republik Kooperatif Guyana

Minggu, 18 Desember 2016

Islam di Pantai Gading

Masjid Agung di kota Yamoussoukro, ibukota pemerintahan Pantai Gading.

Republik Pantai Gading, dalam bahasa Prancis disebut Republique de Cote D'Ivote dan Ivory Coast dalam bahasa Inggris, merupakan sebuah negara di pantai barat benua Afrika, berbatasan langsung dengan Liberia dan Guyana disebelah timur, Burkina Faso di Utara dan Republik Ghana di sebelah timur, sedangkan sisi selatannya menghadap langsung ke Samudera Atlantik. Pantai Gading mulanya ber-ibukota di Abidjan kemudian dipindahkan ke Yamoussoukro di tahun 1983. Menjadikan negara ini sebagai salah satu negara yang memindahkan pusat pemerintahannya. Namun demikian banyak negara, termasuk Amerika Serikat, yang menempatkan kedutaan besarnya di Abidjan, bukan di Yamoussoukro.

Pantai Gading dikenal oleh para pecinta liga sepakbola Inggris dari pemain sepakbolanya yang merumput di liga Inggris dan liga Eropa lainnya, salah satunya yang cukup terkenal adalah Kolo Toure atau bernama lengkap Kolo Habib Toure[i], pesepakbola muslim asli Pantai Gading ini mengundang decak kagum ketika dia berhasil mengantarkan Manchester City sebagai juara liga Inggris.

Bahasa nasional Pantai Gading adalah bahasa Perancis, di samping bahasa Dioula, yang merupakan bahasa asli setempat. Dengan wilayah seluas 322.460 km2, dihuni sekitar 17.327.724 orang, terdiri dari suku asli Afrika 97% (Akan 42%, Gur/Voltaiques 17%, Mende 27%, Krous 11%, lain-lain 3%).


Islam di Pantai Gading

Menurut situs Islamonline, dari 16 juta penduduk Pantai Gading, 60% beragama Islam disusul oleh pemeluk Katolik 22% dan 18% animis. Situs world fact book menyebutkan Agama Islam dianut sekitar 38,6%, Kristen 32,8%, penganut kepercayaan asli setempat 11.9% dan tak beragama 16,7%. world fact book juga menyebutkan bahwa 70% tenaga kerja asing disana beragama Islam dan 20% beragama Kristen[iii]. Sementara penelitian Library of Congress Country Studies, menyatakan bahwa 1 dari 4 penduduk Pantai Gading adalah Muslim, sedangkan Kristen 1 berbanding 8.

PEW yang menyebutkan bahwa muslim di Pantai Gading mencapai angka 36.7% dari jumlah total penduduk atau setara dengan 7.745.000 jiwa berdasarkan data tahun 2009 lalu[iv]. Data tersebut menjadikan Pantai Gading sebagai salah satu negara dengan minoritas muslim yang cukup besar.

Masuknya Islam ke Benua Afrika    

Islam sudah masuk ke benua Afrika sejak abad ke tujuh, pada masa khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan. Beliau mengutus Uqba Bin Nafi menjadi gubernur di Afrika pada 666 M dengan ibukota di Fustat. Uqba Bin Nafi memimpin pasukan menghadapi tentara musuh yang mengacau di Fezzaan (sekarang daerah Libya Selatan) dan Wardan. Uqba Bin Nafi juga lah yang pertama kali menembus padang pasir Sahara, menembus wilayah-wilayah Sudan termasuk Ghana. Pada masa pemerintahan Yazid I, Uqba Bin Nafi memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Maroko di Afrika utara dan sekitarnya[v].

Sebuah Masjid Megah di pusat kota Metropolitan Abidjan

Islam datang ke wilayah Afrika Bagian Barat dalam tiga gelombang. Pertama pada abad ke-9 ketika bangsa Berber (Maroko dan sekitarnya di Afrika Utara) menyebarkan Islam di Ghana. Gelombang kedua terjadi pada abad ke-13, ketika Kesultanan Mali terbentuk dan menyebarkan Islam ke seluruh Sabana di Afrika Barat sampai dengan abad ke-18. Terakhir pada abad ke-19 ketika seorang pahlawan Muslim Mali, yaitu Samore Toure menyebarkan ke arah selatan Afrika.

Masuknya Islam Ke Pantai Gading

Islam masuk ke Pantai Gading pada gelombang ke-2, yaitu pada abad ke-13 ketika Kesultanan Mali berjaya dan menyebarkan Islam ke seluruh penjuru Afrika Barat. Sedangkan Kristen baru datang ke kawasan itu pada abad ke-17. Mayoritas pemeluk Islam di Pantai Gading beraliran Sunni, dan mengikuti Madzhab Maliki. Aliran sufi juga dianut oleh sebagian komunitas Muslim Pantai Gading. Aliran sufi yang dianut adalah Qadiriyah dan Tijaniyah.

Pada awalnya, Pantai Gading adalah suatu perkampungan yang sangat terisolasi, didiami tak kurang dari 60 suku, ditemukan oleh para pedagang Portugis dan Perancis pada abad ke-15. Mereka mencari gading dan budak, dan pada akhirnya Perancis menduduki Pantai Gading hingga abad ke-20. Mungkin Pantai Gading adalah sebuah negara di antara sedikit negara yang dibangun penuh dengan pertikaian agama sampai saat ini, yaitu Islam dan Kristen. Islam di utara dan Kristen di selatan, yang saling berebut kekuasaan.

Pertikaian Muslim – Kristen

Pantai Gading sebenarnya adalah sebuah negara kaya, penghasil coklat terbesar di dunia, disamping kopi dan minyak nabati, namun rakyatnya tak kunjung makmur akibat pertikaian berdarah yang tak kunjung usai di negeri tersebut. Konflik berdarah di Pantai Gading telah berlangsung lama terutama pertikaian antara komunitas Muslim dan Kristen disana, yang berurat berakar sejak pembentukan

Pantai Gading adalah Negara bekas jajahan Perancis, pertama kali terbentuk sebagai sebuah sebuah Rpublik otonom dibawah kendali Prancis pada tahun 1893. Tahun 1959 dibentuk kesatuan adat antara Pantai Gading, Benin, Niger dan Burkina Faso, barulah pada tanggal 7 Agustus 1960 Pantai Gading memperoleh kemerdekaan dari Perancis, dan Felix Houphouet-Boigny terpilih sebagai Presiden pertama di Negara Pantai Gading yang baru terbentuk dengan azaz demokrasi. Felix Houphouet-Boigny terpilih kembali secara demokratis pada pemilu presiden tahun 1990, dan beliau wafat pada tahun 1993. Henri Konan Bedie menggantikan beliau sampai dengan tahun 1999.

jemaah di halaman Masjid di Kota Abidjan

Berbeda dengan Felix Houphouet-Boigny yang memerintah secara demokratis dan berupaya mempersatukan Pantai Gading, Henri Konan Bedie justru mengeluarkan kebijakan sectarian yang bertajuk “program kebanggaan atas kemurnian bangsa Pantai Gading”, yang berimplikasi kepada penyingkiran terhadap etnis yang disebut sebagai pendatang dari Mali dan Burkina Faso yang mendiami kawasan utara Pantai Gading dan notabene merupakan wilayah yang meyoritas penduduknya beragama Islam.

Tak pelak upaya tersebut memicu kontroversi dan ketegangan karena dianggap sebagai upaya pencegalan terhadap calon Preiden muslim, Alassane Ouattara yang berasal dari utara yang juga merupakan mantan Perdana Menteri antata tahun 1990-1993 pada era pemerintahan mendian presiden Felix Houphouet-Boigny, beliau juga merupakan mantan pejabat senior di organisasi internasional IMF. Alassane Ouattara termasuk tokoh muslim dari utara yang dianggap bukan penduduk asli, namun berasal dari Burkina Faso.

Alassane Ouattara mundur dari jabatan Perdana Menteri di tahun 1993 pada saat Henri Konan Bedie naik sebagai presiden dan meluncurkan kebijakan rasis tersebut dan menuduh beliau sebagai bukan trah asli Pantai Gading. Kebijakan pemerintah tersebut tak pelak memicu pertentangan politik yang pada ahirnya berujung kepada perang saudara tak berkesudahan.

Pemilu presiden yang akan diselenggarakan pada bulan Oktober 2000 pun nyaris gagal dilaksanakan akibat kudeta yang dilakukan oleh Jendral Robert Guei pada bulan Desember 1999. Meski ahirnya tetap terlaksana dan dimenangkan Laurent Gbagbo, namun dianggap sebagai kemenangan yang penuh tipu daya. Alassane Ouattara memboikot hasil pemilu, sedangkan Jenderal Robert Guei hengkang keluar negeri dan memobilisasi pemberontakan, dan akhirnya terbunuh pada tanggal 19 September 2002.

Dengan dukungan penuh dari penduduk muslim bagian utara Alassane Ouattara memilih menjadi opposan terhadap Laurent Gbagbo sebagai presiden yang penuh kontroversi dan mendapat dukungan penduduk bagian selatan yang mayoritas Kristen. Tekanan yang begitu kuat yang melibatkan suku dan agama, yang menewaskan ribuan penduduk, memaksa Presiden Laurent Gbagbo mengadakan rekonsoliasi dengan pihak oposisi.

Megahnya Masjid Agung Yamoussoukro 

Perundingan di Paris pada bulan Januari 2003 menghasilkan kesepakatan Laurent Gbagbo bersedia membagi kekuasaan kepada pihak oposisi. Bulan Maret 2003 Seydou Diarra, seorang tokoh muslim dari utara, diangkat sebagai Perdana Menteri Pantai Gading. Sedangkan Alassane Ouattara yang diragukan kewarganegaraannya, pada bulan Juni 2002 telah diakui penuh sebagai warga Negara Pantai Gading.

Namun masalah dan perang saudara tak usai sampai disitu, Presiden Laurent Gbagbo membuat blunder politik paling berat dalam sejarah pemerintahannya, ketika pada tanggal 6 Nopember 2004 pasukan militer-nya mengebom kamp militer Perancis yang menewaskan 31 tentara. Perancis membalas dengan menembak 2 pesawat Sukhoi dan 5 helikopter milik Pantai Gading. Ketegangan pun merebak, baik antara Perancis dan Pantai Gading, maupun sebagian rakyat Pantai Gading yang berkeinginan kuat untuk mengusir warga Perancis keluar dari Pantai Gading. Kehadiran militer Prancis di Pantai Gading merupakan bagian dari pasukan perdamaian internasional di bawah komando PBB.

Tentu saja situasi ini tidak menguntungkan Laurent Gbagbo, di satu pihak memimpin pemerintahan yang sangat tidak stabil, didera pertikaian sectarian antara Kristen dan Muslim, di lain pihak berhadapan dengan Perancis yang pernah menjajah negaranya, dan kecaman dunia intenasional. Perang saudara kembali berkecamuk di Negara tersebut manakala Laurent Gbago enggan menyerahkan kekuasaannya, meski telah kalah dalam pemilu demokratis tahun 2010 oleh lawan politiknya Ouattara, dengan perolehan suara 54,1 persen, unggul dibanding Gbago yang mendapat 45,9 persen.

Alih alih mengakui kemenangan pihak oposisi, Laurent Gbago kemudian malah membatalkan ribuan perolehan suara Ouatarra dan mengumumkan dirinya sebagai pemenang pemilu. Keputusan yang tentu saja ditentang oleh pihak oposisi dan dunia internasional. Pertikaian bersenjata antara dua pihak tak terelakkan, diperkirakan 800 orang tewas dalam pertempuran sepekan tersebut dan sekitar satu juta orang mengungsi hingga ke Negara Negara tetangga.

The Smiling President, Mr. Allasane Ouattara

 Konflik agak mereda setelah Laurent Gbago akhirnya tertangkap oleh pasukan loyalis presiden terpilih yang mendapatkan dukungan internasional, di bunker persembunyiannya pada bulan April 2011, bersama istri dan ibu mertuanya yang ditengarai selama ini memiliki pengaruh begitu kuat atas keputusan dan kebijakannya selama menjabat[vi]

Presiden Muslim Pertama Pantai Gading

Jum’at, 6 Mei 2011, merupakan hari bersejarah bagi muslim Pantai Gading, Mahkamah Agung (MA) Pantai Gading, menetapkan Alassane Ouattara sebagai presiden, lima bulan setelah ia memenangkan pemilu. Alassane Ouattara, menjadi presiden ke empat di Pantai Gading, sekaligus menjadi presiden muslim pertama di Pantai Gading, membuka jalan bagi rekonsiliasi nasional sebagai sebuah Negara damai seperti yang pernah terjadi di era awal kemerdekaan Negara tersebut.

Alassane Ouattara, pria kelahiran Dimbokro pada tanggal 1 Januari 1942, merupakan salah satu tokoh intelektual Muslim Pantai Gading, Doktor pakar ekonomi lulusanUniversity of Pennsylvania. Sangat disegani baik dalam politik maupun karir internasionalnya. Menjabat sebagai Perdana Menteri tahun 1990-1993, kemudian sebagai wakil direktur manajemen di IMF, 1 Juli 1994- 31 Juli 1999, dan kemudian menjadi presiden dari Partai Rally of the Republicans (RDR) 1 Agustus 1999.*** 

Artikel Terkait