Tampilkan postingan dengan label Masjid di Afrika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid di Afrika. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 Agustus 2023

Masjid Bertaburan di Pantai Gading (bagian 2)

Sebaran Masjid Agung di masing masing distrik di Republik Pantai Gading.

Negara yang berada di pantai barat benua Afrika ini dihuni oleh cukup banyak kaum muslimin, meski jumlah pasti muslim disana masih menjadi tanda tanya mengingat data yang berbeda beda dari berbagai sumber. Situs Islamonline menyebutkan sekitar 60% penduduk Pantai Gading beragama Islam.
 
Situs world fact book menyebutkan Agama Islam dianut sekitar 38,6%, Library of Congress Country Studies menyatakan bahwa 1 dari 4 penduduk Pantai Gading adalah Muslim, sedangkan Kristen 1 berbanding 8. PEW menyebutkan bahwa muslim di Pantai Gading mencapai angka 36.7%.
 
Masjid begitu mudah ditemukan dinegara bekas jajahan Prancis ini, dan Bahasa Prancis menjadi Bahasa Nasionalnya. Di Abidjan sebagai kota terbesar dan pernah menjadi ibukota negara, ada begitu banyak masjid masjid berukuran besar beberapa diantaranya dibangun oleh pemerintah sebagai masjid negara. Berikut 7 masjid dari 14 masjid agung distrik di Pantai Gading.
 
8. Grande Mosquée de Man
Man, Montagnes District, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/QBCf3LJygYngn2uQ8
 
Grande Mosquée de Man (foto: adama doukoure)

Grande Mosquée de Man adalah masjid agung di kota Man, Tonkpi region, distrik Montagnes, Republik Pantai Gading. Masjid ini merupakan masjid terbesar di kota Man, bangunan masjid berdenah persegi Panjang dengan lima Menara, empat Menara sama tinggi dan satu Menara dibagian depan tengah bangunan yang peling tinggi.
 
Man merupakan kota terbesar ke delapan di Pantai Gading dengan penduduk di tahun 2014 mencapai 149.041 jiwa. Dua gunung tertinggi di Pantai Gading ada di kota ini yakni Gunung Toura dan Gunung Tonkoui. Kota ini sempat dikuasi oleh kelompok pemberontak Mouvement patriotique de Côte d'Ivoire (MPCI) selama konflik bersenjata di Pantai Gading ditahun 2002.
 
9. Grande Mosquée de Daloa
Great Mosque of Daloa
Daloa, Sassandra-Marahoué District, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/4mJNwAguWd5mrAbw6
 
Grande Mosquée de Daloa (foto; KG LOUD Officiel)

Denah dan bentuk Grande Mosquée de Daloa atau Masjid Agung Daloa ini sangat mirip dengan masjid agung Man di distrik Montagnes. Daloa adalah ibukota distrik Sassandra-Marahoué yang bersebalahan dengan distrik Montagnes dan distrik Yamoussoukro (ibukota negara Pantai Gading).
 
Daloa juga merupakan kota terbesar ketiga di Pantai Gading dengan jumlah penduduk ditahun 2014 mendapai 245 ribu jiwa lebih. Kota ini juga menjadi salah satu titik terpanas selama perang saudara pertama di Pantai Gading antara tahun 2002 hingga 2004 yang menyebabkan 50 warga sipil terbunuh dan mengundang perhatian Pengadilan Internasional pada bulan Februari 2012.
 
10. Grande Mosquée de Korhogo
Korhogo, Savanes District, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/dH97rghb4ZS1qF7h8
 
Grande Mosquee de Korhogo (foto: C Castor)

Korhogo adalah ibukota dari distrik Savanes yang merupakan salah satu distrik paling utara di Pantai Gading berbatasan langsung dengan negara Mali dan Burkina Faso. Korhogo juga merupakan kota terbesar ke empat di Pantai Gading dengan jumlah penduduk mencapai 243 ribu jiwa. Sekaligus menjadi kota terbesar di wilayah utara Pantai Gading.
 
Meski demikian korhogo dan distrik Savanes merupakan wilayah yang paling tidak stabil selama dan setelah perang saudara di Pantai Gading. Kota Korhogo sempat menjadi basis para pemberontak yang dipimpin mantan dictator Robert Guéï terhadap presiden Laurent Gbagbo. Diahir perang saudara Presiden Lauren Gbagbo pada ahirnya menjadi tahanan Mahkamah Internasional di Den Hag atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan.
 
11. Grande Mosquée de Bouaké
Bouake Central Mosque مسجد
Bouaké, Vallée du Bandama Ditrict, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/QFoN5Ua85sN6jzvR8
 
Grande Mosquee de Bouake (foto: Showbiz & Talent Ivoire)

Kota Bouaké tempat masjid ini berada adalah kota terbesar kedua di Pantai Gading dengan jumlah penduduk mencapai 740 ribu jiwa. Bouaké juga merupakan ibukota dari distrik Vallée du Bandama. Letak kota ini berada ditengah tengah wilayah negara Pantai Gading dekat dengan danau Kossou yang merupakan danau terbesar di Pantai Gading.
 
Kota Bouaké sempat menjadi pusat administrasi selama penjajahan Prancis di Pantai Gading dengan berdirinya pos militer disana pada 1899. Dimasa perang saudara kota ini menjadi pusat pertahanan kelompok pemberontak pimpinan Guillaume Soro yang sempat berkuasa diwilayah utara negara sebelum kemudian ditengahi oleh pasukan perdamaian PBB.
 
12. Grande Mosquée de Séguéla
Seguela, Worodougou Region, Woroba District, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/BJk3pfAC4GkJ98tq7
 
Grande Mosquee de Seguela (foto: Sidick Coulibaly)

Séguéla merupakan ibukota bagi distrik Waroba di Pantai Gading, kota ini berpenduduk 298 ribu jiwa lebih. Pertama kali dibentuk tahun 1969 kemudian berganti ganti tingkatan status hingga tahun 2011 namun tetap sebagai ibukota dari region Worodougou dan distrik Woroba.
 
13. Grande Mosquée de Bondoukou
Bondoukou, Zanzan District, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/tRa5qUYF46fVXC3HA
 
Grande Mosquee de Bndoukou (foto: arnold KOUASSI)

Bondoukou adalah ibukota distrik Zanzan, salah satu dari 14 ditrik di Pantai Gading, lokasinya berada di ujung timur laut wilayah Pantai Gading berbatasan langsung dengan
Burkina Faso dan Ghana. Kota Bondoukou sendiri memiliki jalur darat dan berbatasan langsung dengan kota Sampa di Ghana. Islam telah lama bersemi di wilayah ini sejak masa dinasti Hausa hingga masa masuknya penjajah Prancis kesana ditahun 1899 dan terus berkembang hingga hari ini.
 
Berdasarkan sensus tahun 2014 penduduk kota ini sudah mencapai 117 ribu jiwa lebih. Sejarah Islam begitu melekat di kota ini, pusat kota tua disini disebut sebagai Madina dan beberapa wilayah kantong muslim lainnya. Kota Bondoukou secara tradisi merupakan kota perdagangan dan dihuni oleh berbagai etnis dan bangsa.
 
14. Grande Mosquée de Dimbokro
Dimbokro, Lacs District, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/MMCqaiUHthL8Hkqd9
 
Grande Mosque de Dimbokro (foto: onan bernadin Kouassi)

Dimbokro dikenal luas sebagai tempat kelahiran Presiden Alassane Ouattara yang merupakan presiden muslim pertama di Pantai Gading. Kota ini juga merupakan tempat kelahiran penyanyi rege terkenal Afrika ‘Alpha Blondy’.
 
Dimbokro adalah ibukota dari distrik Lacs, salah satu distrik selatan di Pantai Gading. Kota ini berada ditepian sungai N’Zi, sekitar 50 kilometer disebelah barat daya dari Yamoussoukro Ibukota negara Pantai Gading. Dimbokro terhubung dengan jalur kereta api ke ibukota komersial Pantai Gading di Abidjan.***
 
Kembali ke Bagian-1
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
Islam di Pantai Gading
Masjid Larabanga - Masjid Pertama di Ghana dan Afrika Barat
Islam di Burkina Faso
Masjid Agung Bobo Dioulasso - Burkina Faso
Masjid Agung Djenne - Republik Mali
Masjid Eyup Sultan Bamako - Mali
Islam di Republik Kooperatif Guyana
 

Sabtu, 05 Agustus 2023

Masjid Bertaburan di Pantai Gading

Masjid masjid agung di berbagai distrik di Negara Pantai Gading.
 
Republik Pantai Gading, dalam bahasa Prancis disebut Republique de Cote D'Ivote dan Ivory Coast dalam bahasa Inggris, adalah negara di pantai barat benua Afrika, menghadap langsung ke Samudera Atlantik. Pantai Gading mulanya ber-ibukota di Abidjan kemudian dipindahkan ke Yamoussoukro di tahun 1983.
 
Berdasarkan berbagai hasil penelitian, dari sekitar 16 juta penduduk Pantai Gading, 30% hingga 60% diantaranya beragama Islam disusul oleh pemeluk Katolik dan animis. Masjid begitu mudah ditemukan dinegara bekas jajahan Prancis ini, dan Bahasa Prancis menjadi Bahasa Nasionalnya. Di Abidjan sebagai kota terbesar dan pernah menjadi ibukota negara, ada begitu banyak masjid masjid berukuran besar beberapa diantaranya dibangun oleh pemerintah sebagai masjid negara.
 
Pantai Gading terbadi menjadi 14 distrik dan setiap ditrik memiliki masjid agung yang dalam Bahasa setempat disebut dengan Grande Mosquée, beberapa distrik bahkan memiliki masjid masjid agung di masing masing kota-nya. Masjid masjid di Pantai Gading memiliki arsitektur yang khas dengan menaranya yang berdenah segi empat begitupun bangunan masjidnya yang tampak nyaris serupa. Berikut 7 masjid dari 14 masjid di berbagai distrik di Pantai Gading. Tujuh lainnya akan kami sajikan di tulisan berikutnya.
 
1. Plateau Mosque
Mosquée Salam du Plateau
🌍https://goo.gl/maps/nCkPA6iRcWbjcggL9
 
Plateu Mosqu atau Masjid Salam di Abidjan.

Nama resmi masjid ini adalah masjid salam berada di Kawasan Plateu di pusat kota Abidjan, karenanya lebih dikenal sebagai masjid Plateu. Masjid ini merupakan salah satu masjid besar dan megah di kota Abidjan yang sebelumnya merupakan ibukota Pantai Gading sebelum dipindahkan ke Yamoussoukro.
 
2. Grande Mosquée Yamoussoukro
Yamoussoukro, Côte d'Ivoire
🌍https://goo.gl/maps/ZWNofm8pWrJjhb7c8
 
Masjid Agung Yamoussoukro atau Grande Mosquee de Yamoussoukro.

Yamoussoukro merupakan ibukota resmi negara Pantai Gading sejak tahun 1982 menggantikan kota Abidjan yang berada dikawasan pantai menghadap ke samudera Atlantik. Berbeda dengan kota Abidjan, kota Yamoussoukro justru berada didaratan jauh dari pantai. Adalah presiden Felix Houphouet-Boigny yang bermimpi membangun ibukota baru yang modern bagi negara itu, namun impian tinggal impian.
 
Meski secara resmi merupakan ibukota negara namun Yamoussoukro begitu sepi meski beberapa infrastruktur telah dibangun disana termasuk bangunan istana presiden, katedral dan masjid agung namun kantor kantor pemerintahan dan aktivitas pemerintahan negara masih lebih banyak dilakukan di kota Abidjan yang terkenal sebagai ‘Paris-nya Afrika’.
 
3. Grande Mosquée Aboubakar Sidik San Pedro
San-Pédro, Bas-Sassandra District, Côte d’Ivoire
🌍 https://goo.gl/maps/Us5czEcf9gqXdLwu9
 
Masjid Agung Abu Bakar Siddik San Pedro.

Masjid Agung Abu Bakar Siddik berada di kota San Pedro yang merupakan ibukota dari distrik Bas-Sassandra. Nama kota tempat masjid ini berada memang agak berbeda dengan nama nama kota lainnya di Pantai Gading.
 
Kota pantai ini berkembang dari sebuah kampung nelayan kecil di era 1960-an menjadi Pelabuhan terbesar kedua di Pantai Gading setelah Abidjan, sekaligus kota terbesar ke enam di Pantai Gading.
 
4. Mosquée d'Abengourou
Abengourou, Comoé District, Côte d’Ivoire
🌍https://goo.gl/maps/HtqAbCUMTYVVs5oi7
 
Masjid di Abengourou.

Abengourou merupakan ibukota distrik Comoé. Masjid Abengourou merupakan masjid agung di distrik Comoé. Kota Abengourou mayoritas dihuni oleh suku Agnis (Anyi) yang berasal dari Ghana.
 
Dikota ini terdapat rumah kediaman pemimpin suku Agnis yang juga merupakan raja Indénié. Rumah kediamannya dibangun tahun 1882 dan dihias dengan berbagai artefak. Cukup menarik bahwa nama kota ini berasal dari Bahasa Akan "n'pé kro" yang berarti “saya tidak suka belama lama diskusi”.
 
5. Grande Mosquée d'Odienné
Odienne, Kabadougou Region, Denguélé District, Côte d’Ivoire
https://goo.gl/maps/nfnF9NFqe6kc8YjM8
 
Masjid Agung di kota Odienné.

Odienné adalah ibukota dari distrik Denguélé dan rayon Kabadougou. Kota ini tekenal dengan masjid masjid besarnya, pertambangan emas serta makam tokoh tekenal Vakaba Touré yang merupakan pendiri kota itu dan juga pendiri kerajaan Islam Kabadougou. Masjid Agung d'Odienné merupakan salah satu dari masjid masjid yang bertaburan di distrik Denguele.
 
6. Grande Mosquée de Gagnoa
Gagnoa, Gôh-Djiboua District, Côte d’Ivoire
https://goo.gl/maps/HHaLCW3nTGnqySZS6
 
Masjid Agung di Kota Gagnoa.

Gagnoa berada di sisi selatan bagian tengah Pantai Gading, merupakan ibukota dari Distrik Gôh-Djiboua dan Gôh Region. Berdasarkan jumlah penduduknya yang lebih dari 160 ribu jiwa, kota ini merupakan kota terbesar ke tujuh di Pantai Gading.
 
7. Grande Mosquée de Dabou
Dabou, Lagunes District, Côte d’Ivoire
https://goo.gl/maps/MNNEj1MPz4cn87hc7
 
Masjid Agung di kota Dabou.

Dabou adalah salah satu kota Pelabuhan di Pantai Gading bertetangga dengan Abidjan. Dabou merupakan ibukota dari distrik Lagunes sekalibus juga ibukota dari Grands-Ponts Region.
 
Bersambung ke bagian 2
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
Islam di Pantai Gading
Masjid Larabanga - Masjid Pertama di Ghana dan Afrika Barat
Islam di Burkina Faso
Masjid Agung Bobo Dioulasso - Burkina Faso
Masjid Agung Djenne - Republik Mali
Masjid Eyup Sultan Bamako - Mali
Islam di Republik Kooperatif Guyana

Sabtu, 17 Agustus 2019

Masjid Sultan Abdulhamid II Djibouti; Terbesar di Afrika Timur

Masjid Sultan Abdul Hamid II, dibangun oleh pemerintah Turki di Djibouti sebagai hadiah dari Turki untuk Djibouti.

Hadiah Turki Untuk Djibouti

Pemerintah Turki melalui yayasan Diyanet telah membangun sebuah masjid bergaya Usmani kota Djobouti, ibukota Djibouti. Masjid berkapasitas hingga 5000 jemaah itu disebut sebut sebagai masjid terbesar di Djibouti dan terbesar di kawasan Afrika Timur. Masjid tersebut merupakan hadiah dari rakyat Turki untuk rakyat Djibouti. Masjid tersebut diberi nama Masjid Sultan Sultan Abdülhamid II.

Masjid megah itu dibangun kawasan super elite di kota Djibouti, kawasan pusat bisnis dan pemerintahan yang dibangun diatas lahan reklamasi di tepian pantai barat semenanjung Djibouti menghadap ke Teluk Tadjoura, Samudera Hindia. Masjid ini dibangun tak jauh dari komplek Istana kepresidenan Djibouti yang berada di sebelah utaranya terpisah oleh sebuah kanal buatan, dan berseberangan dengan komplek Djibouti Tower yang berada di sisi baratnya.


Pembangunan masjid ini dimulai tahun 2017 dan diresmikan pada bulan Februari 2019. Pembangunannya bermula dari pidato presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, di dewan nasional Djibouti pada 24 Januari 2015 dan beliau menjanjikan akan membangun sebuah masjid untuk rakyat Djibouti sebagai hadiah dari rakyat Turki.

Dibangun dalam gaya masjid Usmani (ottoman), meniru bentuk dari Masjid Sultan Ahmad atau Masjid Biru di Istanbul, dilengkapi dengan sepasang menara lancip yang mejulang mengapit bangunan masjid, kubah kubah besar bertengger di atap masjid, serta pelataran tengah yang dikelilingi oleh selasar sebagaimana layaknya masjid masjid klasik khas Usmaniah.

Berlatar belakang Samudera Hindia, Masjid Sultan Hamid II Djibouti dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung termasuk komplek sekolah Islam.

Bangunan masjid ini tampak begitu megah berdiri diatas lahan seluas 10 hektar berlatar belakang pemandangan laut Samudera Hindia, sedangkan bangunan masjidnya sendiri seluas 2,360 m². Masjid ini juga dilengkapi dengan area hijau, komplek sekolah dan fasilitas penunjangnya, gedung serbaguna, perpustakaan, pancuran air, tempat wudhu serta fasilitas sosial.

Sepaang menara masjid ini masing masing setinggi 45 meter, kubah besar di atap masjid diapit oleh delapan kubah berukuran lebih kecil dengan warna putih khas masjid Usmaniah memancarkan kemegahan masjid ini. Selasar yang mengitara pelataran tengah juga dilengkapi dengan kubah kubah berukuran kecil sebanyak 18 kubah, sedangkan di ke-empat penjuru bangunan utama masjid juga ditempatkan masing masing satu kubah berukuran lebih kecil dari kubah utama.

Eksterior Masjid Sultan Hamid II Djibouti.

Interior masjid ini di dominasi oleh ruang besar dibawah kubah, pilar pilar masjid penopang struktur atap yang kokoh. Lampu gantung melingkar menjuntai dari kubah utama ditambah dengan lampu lampu gantung berukuran lebih kecil di setiap bagian bawah kubah kubah lainnya. Mihrab nya dibangun dari kayu berukir, berupa mimbar yang cukup tinggi dengan atap lancip. Ornament hias termasuk ornament dibagian dalam kubah dan dinding dinding masjid seluruhnya merupakan lukisan tangan.

Hampir seluruh bahan bangunan untuk masjid ini di datangkan langsung dari Turki termasuk batu batu alam yang digunakan untuk ornamen masjid khas masjid Usmaniah. Bangunan masjid ini secara utuh seolah menghadirkan Turki di Djibouti. Kehadiran masjid ini menjadi menjadi nuansa baru di kawasan pusat pemerintahan Djibouti dan merupakan masjid pertama dan satu satunya di Djibouti yang dibangun dalam gaya Usmaniyah. Tak jauh dari masjid ini sekitar 500 meter di sebelah timurnya, berdiri Masjid Al-Hamoudi yang begitu terkenal di pusat keramaian kota Djibouti.

Add caption

Hadiah Turki Untuk Djibouti

Pembangunan komplek masjid ini merupakan hadiah dari rakyat Turki untuk rakyat Djibouti mengingat hubungan antara kedua Negara ini memang telah terjalin erat sejak masa kuno. Selain membangun masjid dan fasilitas pendidikan, pemerintah Turki juga menjalin kerjasama dibidang sosio ekonomi yang saling menguntungkan.

Disamping itu dalam kerjasama dengan Djibouti, pemerintah Turki lebih menakankan kepada pengembangan dan dukungan proyek kemanusiaan. Pemerintah Turki juga tengah menyelesaikan pembangunan Rumah Sakit khusus pediatric dan bendungan air.

Aerial view Masjid Sultan Abdul Hamid II Djibouti.

Djibouti adalah sebuah Negara kecil di kawasan tanduk benua Afrika bertetangga dengan Eritrea dan Ethiopia disebelah utara, disebelah baratnya bertetangga dengan Ethiopia, diselatannya juga bertetangga dengan Ethiopia dan Sudan, sedangkan sisi sebelah timurnya menghadap ke Samudera Hindia. Secara geografis, Djibouti berada persis diseberang Negara Yaman di Jazirah arab, bersama sama dengan Yaman, Dibouti menjadi “pintu masuk” ke laut merah dari Samudera Hindia.

Djibouti juga merupakan salah satu Negara dengan wilayah paling kecil di benua Afrika dan paling kecil di kawasan Afrika Barat, penduduknya bahkan kurang dari satu juta jiwa. Namun memiliki posisi yang sangat strategis membuatnya menjadi begitu penting bagi bagi berbagai kepentingan.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga

Masjid Hala Sultan Tekke - Cyprus

Sabtu, 20 April 2019

Masjid Kizimkazi, Zanzibar

TERTUA DI ZANZIBAR, Masjid Kizimkazi ini dikenal sebagai masjid tertua di Zanzibar, meskipun bentuknya sama sekali tidak mirip dengan bangunan masjid yang biasa kita kenal, lebih mirip bangunan rumah biasa. Masjid Kizimkazi juga tidak dilengkapi dengan menara.

Zanzibar adalah sebuah pulau yang terletak di lepas pantai timur benua Afrika, secara administratif pulau ini merupakan bagian dari Republik Tanzania dengan status Semi Otonom. Dengan statusnya itu, Zanzibar memiliki pemerintahan sendiri yang dipimpin oleh seorang presiden. Islam di Zanzibar merupakan agama terbesar di Negara bagian itu, sangat berbeda dengan wilayah Negara Tanzania lainnya yang berada di daratan utama benua Afrika.

Berbeda dengan wilayah daratan Tanzania, mayoritas penduduk Zanzibar beragama Islam dengan segala tradisi dan budayanya. Kehidupan keseharian di Zanzibar tidak jauh berbeda dengan wilayah dengan penduduk mayoritas muslim di belahan dunia lainnya. Sektor Pariwisata merupakan salah satu sumber penghasilan negara bagian ini dengan menawarkan keindahan panorama-nya.

Masjid Pertama dan Tertua di Zanzibar

Masjid Kizimkazi berada di ujung selatan pulau Zanzibar di Tanzania dan merupakan salah satu masjid tertua di pantai timur benua Afrika. Masjid ini dikenal dengan nama Masjid Kizimkazi meskipun sebenarnya berada di wilayah Dimbani bukan di Kizimkazi yang terpaut jarak hingga tiga mil. Hanya saja nama kedua nama tempat tersebut sama sama menggunakan nama Kizimkazi sebagai nama depan desanya yakni Kizimkazi Dimbani dan Kizimkazi Mtendeni.

Kizimkazi Dimbani Mosque
Kizimkazi Dimbani, Zanzibar, Tanzania


Merujuk kepada inskripsi berpola Kufik yang ada dimasjid ini diperkirakan masjid ini dibangun tahun 1107 oleh pemukim disana yang berasal dari wilayah Shiraz atas perintah dari Sheikh Said bin Abi Amran Mfaume Al Hassan bin Muhammad.

Meskipun inskripsi dan sebagian besar elemen dekorasi pahatan batu di masjid ini masih asli berasal dari periode pembangunannya namun bangunan yang kini berdiri merupakan bangunan yang dibangun ulang pada abad ke 18 yang lalu tepatnya antara tahun 1772-1773.

Cukup menarik bahwa masjid ini sedikit terdapat sentuhan seni bangunan Persia karena memang Islam masuk ke Zanzibar dibawa oleh para pedagang muslim dari Persia dan dari Arabia yang terpisah sejauh 5633 km jauhnya disebelah utara dari Zanzibar. Selain sentuhan seni Persia masjid ini juga ditemukan sentuhan seni Swahili.

Mihrab dan dinding sisi kiblat Masjid Kizimkazi. terlihat sederhana, dengan ornamen yang sulit untuk dibaca.

Sebagian besar bangunan masjid yang kini berdiri, tidak tampak layaknya sebagai bangunan tua dengan adanya bagian tembok dinding baru di sisi timur dan atap seng gelombang yang digunakan sebagai atap nya.

Namun dibagian luar masjid terdapat beberapa makam tua dengan beberapa inskripsi yang menunjukkan bahwa mereka adalah para tokoh muslim yang dimakamkan disana, diantaranya yang paling dikenal luas adalah Sheikh Ali bin Omar, seorang ulama yang hanya memiliki satu kaki dan satu tangan. Beberapa makam tersebut dihias dengan pilar dan salah satunya di beri atap.

Di halaman depan masjid ini terpampang satu papan pengumuman status masjid ini sebagai benda cagar budaya dari Departemen arsip, Musium dan Purbakala Zanzibar yang juga berisi penjelasan singkat tentang masjid ini. papan pengumuman tersebut menjelaskan bahwa :

. . . . . “Hasil dari penggalian menunjukkan bahwa Masjid Kizimkazi ini merupakan masjid tertua di Zanzibar yang masih berfungsi sebagaimana mestinya hingga kini, pembangunan kembali masjid ini di abad ke 18 menggunakan pondasi dari bangunan masjid asli dan tembok dinding utara merupakan elemen asli dari bangunan pertama yang masih berdiri. Dikemudian hari diketahui dari inscripsi kufik yang ada di sisi kiri mihrab diketahui bahwa bangunan pertama masjid ini dibangun tahun 500H atau bertepatan dengan tahun 1107 Miladiyah. Inskripsi tersebut merupakan peringatan pembangunan kembali bangunan masjid tersebut oleh Sheikh Abu Musa Al-Hassan Bin Muhammad.

ornamen di dinding sisi kiblat Masjid Kizimkazi.
Sementara itu, inskripsi yang lain yang berdekatan (disebelah kanan mihrab) ditulis dengan hurup arab dan menyebutkan angka tahun 1184Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1770 Miladiyah saat bangunan masjid ini dibangun kembali. Di sebelah luar masjid terdapat sebuah sumur yang digali untuk kepentingan jemaah untuk berwudhu.

Disekitar masjid ini juga terdapat beberapa makam para Syarif atau mereka yang merupakan keluarga Nabi Muhammad S.A.W, termasuk Sheikh Ali Umar, Sayyid Abdullah Said Bin Sharif, maulana Bin Muhammad dan putri nya Mfaume Ali Umar sang penjaga drum kota.” . . . .

Restorasi Masjid Kizimkazi

Ditahun 2008 Kedutaan besar Amerika Serikat di Tanzania mengucurkan dana bantuan untuk restorasi tiga masjid tua di Tanzania termasuk Masjid Kizimkazi. Bantuan tahun 2008 tersebut digunakan untuk memperbaiki dan merestorasi atap masjid, langit langit masjid, pintu dan jendela termasuk juga bagian mihrab masjid. Restorasi tersebut juga memperbaiki jaringan listrik masjid, perbaikan penerangan listrik di dalam masjid, penambahan kipas angin, pengecatan dan penggantian karpet masjid.

Masjid Kizimkazi di usianya yang sudah kuno masih difungsikan sebagai pusat aktivitas warga muslim disana. Beberapa bagian masjid ini memang telah mengalami kerusakan karena kurang perawatan. Beberapa bagian rusak dan bocor karena cuaca dan usia termasuk atap dibagian mihrab bahkan bagian dalam masjid juga mengalami kerusakan karena menjadi sarang burung dan kelelawar

Penjelasan tentang masjid kizimkazi di halaman masjid.
Bantuan restorasi masjid ini diharapkan dapat membantu meningkatkan sector pariwisata disana, mengingat desa tempat masjid ini berada memang merupakan titik keberangkatan bagi wisatawan yang ingin menikwati wisata lumba lumba sekaligus memperkenalkan wisatawan kepada kekayaan budaya Negara itu.

Restorasi masjid Kizimkazi ini berbarengan dengan proyek restorasi dua masjid kuno Tanzania lainnya yang berada di pulau Pemba yang salah satunya adalah masjid di Shumba, yang juga dibangun pertama kali di pertengahan abad ke 17 hingga awal abad ke 18, yang semuanya direstorasi dengan bantuan dari kedutaan besar Amerika Serikat.

Besarnya kecintaan kepada masjid bagi muslim disana mengemuka pada saat staf kedubes Amerika berkunjung kesana untuk berdialog dengan warga, sebelum masjid ini di restorasi. Masyarakat sempat mengeluhkan sulitnya kehidupan mereka termasuk sulitnya untuk mendapatkan air bersih.

Namun pada saat staf kedutaan menawarkan pilihan mana yang harus didahulukan, antara pengadaan air bersih dengan restorasi masjid, warga dan tokoh muslim setempat menyatakan mereka lebih memilih untuk dibantu memperbaiki (restorasi) masjid yang menjadi pusat aktivitas warga muslim disana. Ghirah yang luar biasa, ditengah kehidupan yang sulit. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat nya kepada saudara saudara muslim kita disana.

 ------------------------------------------------------------------

Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------


Baca Juga Artikel Masjid di Wilayah Tetangga Zanzibar


Minggu, 19 November 2017

Masjid Ketchaoua Aljazair

Masjid Ketchaoua landmark kota tua Casbah, Aljir. 

Masjid Ketchaoua adalah masjid tua di kota Aljir (Algiers), Ibukota Aljazair (Algeria), masjid ini berdiri di daerah Casbah di dalam kota Aljir dan dibangun dimasa kekuasaan dinasti Usmaniyah di abad ke 17 masehi, dan telah terdaftar oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

Masjid ini berdiri di bagian anak tangga pertama Casbah yang memang memiliki banyak anak tangga, yang secara logistik dan simbolis merupakan titik perhatian pada masa pra-kolonial bagi kota Aljir. Bangunan masjid ini dikenal luas keunikannya karena memadukan gaya arsitektur Bangsa Moor (Maroko) dan gaya arsitektur Byzantium (Romawi Timur).

Bangunan asli masjid ini awalnya dibangun tahun 1612, namun kemudian di ubah fungsi menjadi Katedral St Philippe di tahun 1845 pada masa penjajahan Prancis di Aljazair hingga tahun 1962, dan di tahun 1962 juga dikembalikan lagi fungsinya sebagai masjid.


Meskipun telah melewati rentang waktu begitu lama hampir selama empat abad dan sempat dialih fungsi menjadi gereja, masjid ini masih menunjukkan kemegahannya yang asli dan menjadi salah satu objek wisata sejarah paling penting di Aljazair.

Casbah, tempat masjid ini berdiri, merupakan bagian paling bersejarah di Aljir, letaknya berada di sisi utara kota, terpaut sekitar 250 meter sebelah barat dari Masjid Agung Aljazair, tempatnya berdiri juga berdekatan dengan istana uskup Aljazair dan gedung perpustakaan Nasional.

Sejarah Masjid Ketchaoua

Sejarah Masjid Ketchaoua tak dapat dipisahkan dari sejarah kota kuno Casbah yang Dibangun di situs bekas tempat berdirinya Icosium, pemukiman orang orang Phoenisia di masa lalu. Pada saat pembangunannya oleh dinasti Usmaniyah di abad ke 17 masehi, Casbah merupakan bagian inti kota.

Eksterior Masjid Ketchaoua

Lokasinya sangat strategis, berdiri megah di anak tangga pertama Casbah yang mengarah ke lima gerbang kota di distrik-nya para aristokrat, yang merupakan tempat tinggalnya orang orang kaya dan keluarga kerajaan, para tokoh politik dan para pelaku bisnis terkemuka pada masa itu.

Casbah sendiri berarti benteng, berdiri di tepian laut mediterania. Sebuah kota islam yang unik yang memposisikan Masjid Ketchaoua di tengah tengah nya. Posisi masjid ini juga menjadi titik temu dari persimpangan jalan dari bagian bawah Casbah menuju ke 5 gerbang kota Aljir, seperti telah disebutkan tadi.

Masjid ini terlihat jelas dari pulau tempat berdirinya pos dagang orang orang Charthaginia di abad ke 6. Sedangkan kota kota Aljazair sendiri baru dibangun oleh orang orang Zirid pada abad ke 10, dan selama berabad abad setelah itu penguasa tempat ini silih berganti dari bangsa Birbir, Romawi, Romawi Timur (Byzantium), Arab dan Spanyol pun meninggalkan pengaruhnya disini

Ada juga yang menyatakan bahwa masjid ini telah dibangun pada abad ke 14 masehi, namun dokumen dokumen resmi yang ditemukan menunjukkan bahwa masjid ini baru dbangun di tahun 1612 (abad ke 17). Namun demikian memang ada proses pembangunan kembali oleh Hasan Pasha, merujuk kepada inskripsi peringatan di abad ke 18 (tahun 1900-an) pada saat masjid ini disebut sebagai sebuah “keindahan tak tertandingi”.

Interior Masjid Kechaoua

Di ubah menjadi Katedral lalu menjadi Masjid Lagi

Di tahun 1838 masjid ini di ubah menjadi Katedral St. Philippe oleh penjajah Prancis yang pada saat itu menjajah Aljazair dan pada tahun 1840 secara resmi lambang salib di letakkan di puncak bangunannya oleh Marshal Sylvain Charles Valée, seiring dengan jatuhnya kota Constantin ke tangan Prancis.

Dan ketika Aljazair memperoleh kemerdekaannya di tahun 1962, bangunan ini dikembalikan lagi ke fungsinya semula sebagai Masjid Ketchaoua, dan dinyatakan sebagai bangunan penting bagi budaya dan agama, serta telah memperkaya khasanah catatan sejarah tentang masjid ini yang disebut sebut sebagai ‘masjid yang di ubah menjadi gereja dan menjadi masjid kembali”.

Pengembalian fungsinya sebagai masjid dilaksanakan di tahun pertama kemerdekaan Aljazair dalam sebuah upacara resmi yang dipimpin oleh Tawfiq al Madani, selaku Menteri urusan pelabuhan, dan diselenggarakan di Ben Badis Square (sebelumnya disebut dengan Lavigere).

Momemtum tersebut digambarkan sebagai “Penaklukkan kembali keaslian Aljazair sebagai simbol tertinggi dari pemulihan integritas nasional”. Terpisah dari masjid Ketchaoua, Casbah juga masih memiliki sisa reruntuhan Citadel, bangunan masjid tua yang lainnya, istana bergaya Usmaniyah serta reruntuhan perkotaan tradisional masa lalu.

Arsitektur

Pintu masuk utama masjid ini dilengkapi dengan 23 anak tangga. Pada pintu masuknya terdapat portico berornamen, yang ditopang oleh empat kolom dari batu marmer bercorak hitam. Didalam masjid terdapat jejeran arcade yang dibangun menggunakan kolom kolom batu marmer putih. Keindahan ruangan masjid ini, menara dan langit langitnya di aksentuasi dengan sentuhan seni plester semen bergaya Moor.

Masjid Kethaoua di abadikan dalam salah satu seri perangko Aljazair

Masjid ini kini terlihat jelas dari lapangan terbuka di Casbah, dengan pemandangan laut di sisi depan dan memiliki dua menara berdenah oktagonal yang mengapit pintu masuknya. Dengan sentuhan gaya Moor dan Byzantium menghadirkan pemandangan yang memukau.

Sebagian besar dari kolom kolom marmer putih masjid ini memang berasal dari bangunan asli. Dan uniknya di dalam salah satu ruangan masjid ini terdapat makam dari San Geronimo, dari masa penjajahan Prancis saat masjid ini dijadikan Katedral.

Restorasi

Restorasi terhadap masjid ini dilaksanakan pada tahun 2009 oleh Departemen Warisan Budaya Aljazair, meliputi perbaikan terhadap menara masjid, ruang tengah dan pembatas tangga di dalam masjid. Proyek restorasi tersebut direncakan akan rampung dalam waktu 12 bulan. Hal tersebut cukup mendesak karena salah satu dari menara masjid ini terancam runtuh sebagian.

Restorasi tersebut dijalankan dalam tiga tahap termasuk restorasi terhadap Casbah nya sendiri secara umum. Rencana tersebut telah diluncurkan sejak September 2008 meliputi renovasi sejumlah masjid kuno di Aljir serta mengubah beberapa rumah rumah tua di Casbah menjadi perpustakaan umum dengan dana awal yang dikucurkan mencapai 300 juta Dinar Aljazair.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Minggu, 13 November 2016

Masjid Kibuli Kampala Uganda

Berdiri dipuncak bukit Kibuli, satu dari tujuh bukit yang membentuk kota Kampala, Masjid Kibuli menjadi salah satu bangunan bersejarah yang terlihat jelas dari berbagai sudut kota Kampala

Kampala adalah ibokota dari Republik Uganda, negara di bagian timur benua Afrika. Sebelum bangsa Eropa tiba disana dan kemudian menjajah wilayah tersebut, wilayah ini merupakan daerah kekuasaan seorang raja yang disebut Kabaka dari keluarga bangsawan Buganda. Inggris yang tiba disana di penghujung abad ke 19 melihat begitu banyak binatang Impala berkeliaran kawasan tersebut dan menyebut kawasan itu dengan istilah “Hill of Impala” yang kemudian diserap ke bahasa lokal yang berbunyi “kazozi k’ impala” yang diucapkan menjadi “ka impala” dan kadang kadang juga diucapkan “ka mpala”.

Sehingga, setiap kali raja Buganda berangkat berburu impala ke kawasan hutan disana, masyarakatnya akan berujar bahwa raja sedang berburu ke Kampala. Berawal dari sana kemudian menjadi nama tempat itu hingga kini dikenal sebagai kota Kampala. Sedangkan nama Uganda yang menjadi nama Negara itu, justru terjadi karena ketidakmampuan bangsa Eropa mengucapkan nama Buganda dengan baik sehingga menjadi Uganda tanpa hurup B di depannya.

Kota Kampala pada mulanya berkembang dari bukit disekitar istana Kabaka Buganda lalu berkembang ke wilayah disekitarnya hingga tujuh bukit. Masing masing puncak bukit tersebut menjadi tempat tempat penting kerajaan. Itu sebabnya kota Kampala juga seringkali disebut sebagai ‘Kota Tujuh Bukit”, meskipun kini wilayanya sudah membentang hingga mencakup lebih dari 20 bukit.

Berdiri di atas bukit Kibuli, Masjid Kibuli terlihat dari kejauhan

Sebut saja Bukit Kasubi yang bersejarah merupakan tempat berdirinya Istana Raja Kabaka yang bernama Kasubi dan makamnya juga berada di bukit tersebut. Lalu Bukit kedua adalah bukit Mengo yang merupakan tempat berdirinya Istana Kabaka (Raja) saat ini dan markas besar dari Pengadilan Tinggi Buganda. Lalu ada bukit ketiga yang menjadi “markas” bagi ummat Islam di kota Kampala, yakni Bukit Kibuli tempat berdirinya masjid tertua di Kampala, Masjid Kibuli.

Masjid Pertama di Kampala

Masjid Kibuli merupakan salah satu masjid di Kampala Ibukota Republik Uganda. Masjid ini merupakan masjid tertua di Kampala. Disebut sebagai Masjid Kibuli karena berada di atas bukit Kibuli, masjid ini merupakan situs penting dari sisi religi sejarah dan tradisi kota kampala. Karena faktor sejarah dan nilai religi nya itu masjid ini menjadi salah satu landmark kota Kampala yang mendominasi pemandangan puncak bukit Kibuli. Karena lokasinya yang berada di ketinggian, penorama masjid ini terlihat dari kejauhan dari berbagai tempat di kota ini.

Kibuli Mosque
Kibuli Road, Kampala, Uganda
Coordinates :  00°18′36″N 32°35′42″E / 0.31°N 32.595°E
Elevation : 3,973 ft (1,211 m)




Lahan tempat masjid ini berdiri aslinya merupakan lahan milik Pangeran Badru Kukungulu dari keluarga Bangsawan Bugunda yang kemudian disumbangkan untuk kepentingan pembangunan masjid tersebut. Pada saat itu tidak saja lahan masjid ini, tapi sebagian besar lahan di bukit Kibuli.

Wakaf Bangsawan Buganda

Pengembangan bukti Kibuli dimulai di tahun 1930, ketika itu Pangeran Badru Kukungulu menawarkan lahan di bukit Kibuli untuk pembangunan berbagai infrastruktur dan/atau pusat lembaga lembaga dan istitusi untuk meningkatkan tarap hidup komunitas muslim di Uganda.  

Pembangunan Masjid Kibuli dimulai tahun 1936, peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Sir Sultan Mohamed Shah Aga Khan III, yang wafat tanggal 11 Juli 1957, dan pembangunannya berlanjut selama beberapa tahun sampai kemudian diresmikan oleh Pangeran Aly Salomone Khan di tahun 1951. Saat beliau wafat Pangeran Badru Kukungulu dimakamkan di sebuah maosolium di komplek masjid ini.

Masjid Kibuli dengan larat belakang kota Kampala

Seperti disebutkan di awal tulisan tadi, bukit Kibuli merupakan salah satu dari tujuh bukit di kota Kampala, bagian tengah dan dan sebagian kota lainnya berada di bukit ini, berbatasan dengan Kabalagala diselatan dan kololo di utara dan hanya berjarak 5.6 km dari central business district kota Kampala. Karena sejarah nya itu kawasan di bukit Kibuli ini menjadi kawasan pemukiman muslim di kota Kampala.

Islam masuk dan bekembang lebih dulu di Uganda sebelum para misionaris Kristen masuk kesana. Kini dibukit ini selain Masjid Kibuli juga telah berdiri Rumah Sakit Kibuli, SMP untuk umum dan boarding school, Lembaga Pendidikan Guru Kibuli, Pusat Pelatihan Polisi, Greenhill Academy yang merupakan sekolah swasta unggulan di Kampala, Pasar Sentral Kibuli dan Kampus Islamic University in Uganda (IUIU). Sedangkan di bagian bawah sisi timur bukit ini membentang kawasan Namuwongo yang merupakan kawasan industri tua di Kampala, juga tempat berdirinya depot minya milik perusahaan perusahaan minyak asing yang beroperasi di Kampala.

Masjid Kibuli bukanlah satu satunya masjid di kota Kampala, di puncak bukit yang lain di kota Kampala berdiri Masjid Gadafi yang merupakan Masjid Nasional Uganda. Dinamai masjid Gadafi karena memang dibangun oleh mendiang presiden Libya, Muammar Khadafi sebagai hadiah bagi Muslim Uganda. Selain Uganda di Indonesia pun tokoh kontroversi ini juga meninggalkan warisan masjidnya di Indonesia, yakni Masjid Muammar Qaddafy yang kini berubah nama menjadi Masjid Az-Zikra tak lama setelah beliau wafat.*** (dirangkum dari berbagai sumber).

Baca Juga