Senin, 22 November 2010

Masjid Al-Dahab Manila, Filipina

Nama masjid ini merujuk kepada kubahnya yang bewarna emas. Al-Dahab dalam bahasa Arab berarti Emas.

Masjid Al-Dahab atau lebih dikenal dengan nama The Golden Mosque atau oleh orang melayu disebut Masjid Emas atau dalam bahasa Spanyol disebut Mezquita del Globo de Oro (sama seperti nama jalan di depan masjid ini) dan dalam bahasa Tagalog Filipino disebut Moskeng Ginto, merupakan salah satu masjid terbesar di Manila, Ibukota Negara Filipina. Disebut dengan golden mosque atau masjid emas karena kubahnya yang memang di cat dengan cat warna ke emasan yang berkilauan.

Lokasi Masjid Al-Dahab, Manila, Filipina

Masjid Al-Dahab atau Golden Mosque berdiri di ujung jalan Globo de Oro, nama jalan yang berarti “bola dunia ke-emasan”. Distrik Quiapo yang di diami oleh komunitas muslim Metro Manila. Di sekitar masjid di distrik Quiapo banyak terdapat toko, warung dan rumah makan yang menyajikan makanan halal dan buah buahan segar dari pulau Mindanao, meski pengunjung nya dari beragam latar belakang termasuk pengunjung non muslim.

Manila Golden Mosque And Cultural Center
Globo De Ero St, Quiapo, Manila, 1001 Metro Manila, Filipina



Masjid ini terbuka untuk kunjungan dari kalangan manapun termasuk non muslim yang ingin berkunjung ke masjid hingga ke bagian dalam, pengurus masjid akan dengan senang hati menemani. Bagi pengunjung yang tidak dengan busana muslim (tidak menutup aurat dengan baik) disediakan pakaian untuk menutup aurat oleh pengurus masjid.

Sejarah Pembangunan Masjid Al-Dahab, Manila

Masjid Al-Dahab ini dibangun tahun 1976 di distrik Quiapo, dalam kota Metro Manila dimasa pemerintahan Presiden Ferdinand Marcos berkuasa di Filipina, dengan pengawasan langsung dari fist lady Filipina kala itu, Imelda Marcos. Pembangunan masjid Al-Dahab ini ditujukan untuk menyambut kedatangan Presiden Libya, Kolonel Muammar Qaddafi.

Kolonel Muammar Qaddafi sedianya akan datang ke Filipina untuk sebuah kunjungan kenegaraan dalam upaya menengahi pertikaian antara pemerintah Filipina dengan pejuang kemerdekaan Moro (MNLF-Moro National Liberation Front) yang ingin mendirikan Negara berasaskan Islam di  gugus kepualauan selatan Filipina yaitu di kepulauan Sulu, Mindanao dan Palawan.

Eksterior Masjid Al-Dahab, Manila.

Rencana kunjungan presiden Libya, Muammar Qaddafi itu memang kemudian dibatalkan tapi rencana kunjungan nya itu telah memberikan berkah tersendiri bagi muslim Kota Manila yang kemudian menikmati megahnya masjid yang di dirikan pemerintah Katholik Filipina di tengah komunitas muslim di Ibukota negeri itu.

Sejarah mencatat bahwa perdamaian antara pejuang muslim MNLF dibawah pimpinan Nur Misuari itu terjadi setelah Presiden Republik Indonesia waktu itu (alm) Pak Harto mengundang presiden Filipina, Ferdinand Marcos dan tokoh MNLF, Nur Misuari untuk berunding di Istana Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Dalam perundingan yang di pimpin oleh Menlu RI, (Alm) Ali Al-Atas tanggal 17 April 1993 kemudian tercapai kesepakatan pemberian otonomi Khusus kepada Muslim Mindanao dengan Nur Misuari sebagai Gubernur nya.

Interior Masjid Al-Dahab.

Muslim Filipina

Filipina dan Ibukotanya Manila memang pernah menjadi wilayah kekuasaan kesultananan Islam dibawah pimpinan Rajah Sulayman, Nama kota Manila sendiri konon berasal dari bahasa Arab, Amanillah yang kemudian menjadi Manila. Tahun 1570 Pasukan Spanyol dibawah pimpinan Miguel López de Legazpi  mengalahkan kesultanan Islam disana dan mendirikan Negara Filipina Spanyol dengan Ibukota-nya Manila.

Tak ada yang tersisa dari kekuasaan kesultanan Islam Filipina di wilayah utara, ummat Islam Filipina lebih terkonsentrasi bermukim di wilayah selatan di pulau Mindanao dan sekitarnya. Dan menurut laporan media media Islam, kehidupan muslim di selatan Filipina ini terus menerus di bawah tekanan pemerintah dan militer Filipina. Suasana yang tentunya sangat tidak kondusif untuk perkembangan Islam di wilayah tersebut.

Mihrab dan Mimbar Masjid Al-Dahab, Manila.

Arsitektur Masjid Al-Dahab, Manila, Filipina

Masjid Al-Dahab atau Golden Mosque ini dibangun untuk menampung 3000 jemaah, menjadikannya sebagai bangunan masjid terbesar di kota Manila. Lengkap dengan satu kubah besar berwarna ke emasan. Warna kubah dengan warna emas itulah yang kemudian menjadikan masjid ini disebut sebagai golden mosqque. Satu menara melengkapi masjid sebagai tempat disuarakan nya azan.

Masjid berkubah warna emas ini cukup megah di tengah kota Manila, interior masjid di penuhi dengan lengkungan lengkungan yang elegan. Meski beberapa laporan menyebutkan bahwa exterior masjid tampak sedikit kurang terawat dengan baik, namun interior masjid dengan nuansa warna kuning terang ini cukup apik dan memberikan ke khusu’an bagi setiap jema’ahnya.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Selasa, 16 November 2010

Masjid Agung Al-Barkah Kota Bekasi

Masjid Agung Al-Barkah Kota Bekasi


Masjid Agung Al-Barkah kota Bekasi merupakan salah satu masjid tua di Indonesia. Masjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi pertama ketika kota Bekasi menjadi tuan rumah MTQ Jawa Barat 1998, lalu direnovasi lagi pada 2002. Sampai kemudian menjadi bentuknya yang semegah dan semewah sekarang ini setelah melalui renovasi total tahun 2004-2008


Lokasi Masid Agung A-Barkah, Kota Bekasi

Masjid Agung A-Barkah kota Bekasi berada di Jalan Veteran, Kawasan Alun alun, Pusat pemerintahan kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi masjid ini berseberangan dengan Rumah Sakit Daerah kota Bekasi.




Sejarah Masjid Agung Al-Barkah Bekasi

Masjid Agung Al-Barkah kota Bekasi, dibangun tahun 1890 dipelopori oleh Penghulu Lanraad (Alm) H. Abdul Hamid, diatas tanah wakaf dari (Alm). Haji Barun, seluas 3000 m2. yang terletak di jalan Veteran. Bangunan yang belum mencirikan bangunan sebuah masjid pada umumnya.

Tahun 1967 bangunannya direhab menjadi bentuk masjid oleh Bupati BekasiSubandi (ketika itu kota Bekasi masih menjadi bagian dari Kabupaten Bekasi).Subandi yang merupakan bupati Bekasi pertama asal Kampung GabusKabupaten Bekasi itu, melibatkan setiap jiwa warga Kabupaten Bekasi turut berpartisipasi menyumbang pembangunan masjid ini sebesar Rp 1.

Masjid Agung Al-Barkah Kota Bekasi dari sisi selatan

Dalam kemajuan yang terjadi di Bekasi, oleh Bupati Bekasi H Abdul Fatah, pada 1985 kembali dilakukan pembangunan. Bangunannya pada bagian depan masih menggunakan awning berwarna-warni yang saat itu sangat banyak diminati masyarakat dalam setiap melaksanakan pembangunan. Dan saat itu pulalah masjid ini ditetapkan menjadi Masjid Agung Al Barkah Kabupaten Bekasi.

Dengan ditetapkan sebagai Masjid Agung, Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi mulai campur tangan dalam pembangunannya. Pembangunan di tahun 1985 menghabiskan biaya Rp 225 juta. Pada 1997 Pemerintah Kabupaten Bekasi saat bupatinya dijabat Muh Djamhari kembali melakukan pembangunan dengan tambahan biaya Rp 100 juta.

Perkembangan masjid Agung Al-Barkah. Foto paling kiri adalah masjid agung
Al-Barkah Bekasi saat baru memiliki 2 menara, foto tengah ketika menara ke tiga &
ke empat dalam tahap penyelesaian, sedangkan foto paling kanan adalah Masjid -
Agung Al-Barkah saat ini lengkap dengan 4 menara nya.

Pada saat kota Bekasi terbentuk tahun 1997 dan terpisah dari Kabupaten Bekasi di zaman wali kota dijabat H Achmad Zurfaih yang merupakan putra asli Bekasi, perhatian pemerintah daerah semakin besar dalam membangun masjid yang kini menjadi kebanggaan kota Bekasi. Mulai tahun 2004 hingga 2008, pembangunan besar-besaran pun dilakukan.

Persiapan pembangunan masjid Agung Al-Barkah kota Bekasi ini mulai dilakukan tahun 2003 dengan penataan ulang tata ruang alun alun, jalan dan fasilitas lain yang ada. Masjid dirancang lebih modern, namun tetap mencirikan arsitektur timur tengah. Ada keinginan dari walikota saat itu untuk menghadirkan sebuah masjid agung yang referesentatif dan menjadi ikon kota Bekasi. Masjid yang juga dapat dimanfaatkan sebagai area publik, dimana orang bisa ibadah dan menikmati pesona taman kota.

Logo Ukuran besar dipasang di fasad depan
Masjid Agung Al-Barkah Bekasi
Peletakan batu pertama renovasi total Masjid Agung Al-Barkah kota Bekasi dilakukan oleh Walikota Bekasi  H. Ahmad Zulfaih, pada hari Sabtu 26 Juni tahun 2004, disaksikan oleh sekitar 1000 jemaah bersama para ulama dan tokoh masyarakat Bekasi. Masjid yang semual berada di atas lahan wakaf seluas 3.000 meter kemudian diperlebar dengan bangunan tambahan seluas 7000 meter persegi.

Dalam renovasi terahir tersebut menghabiskan dana sekitar Rp22.860.660.000. Dana yang bersumber APBD kota Bekasi 2004, 2005 dan 2006, APBD Provinsi Jabar 2005, 2006 dan dari sumber sumber lain termasuk dari sumbangan jemaah dan tokoh tokoh masyarakat termasuk sumbangan dari Sutiyoso (ketika menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta) ketika berkunjung ke masjid ini pada Hari ulang Tahun kota Bekasi ke-9.

Salah satu Menara masjid Agung Al-Barkah.
Puncak menara ini tidak dilengkapi dengan
Bulan bintang ataupun Lafazd Allah. Namun
rancangannya cukup futuristik.
Aktivitas Masjid Agung Al-Barkah Bekasi

Pada masa Ramadhan, kegiatan di masjid tersebut seakan tidak terhenti. Kegiatan dilakukan mulai dari shalat subuh yang dilanjutkan dengan kuliah tujuh menit (kultum) yang diisi dengan ceramah-ceramah. Pada sore hari menjelang berbuka puasa, DKM setiap harinya menyelenggarakan buka puasa bersama yang dihadiri sekitar 200 orang. Pelaksanaan tarawih pun dihadiri sekitar 1.000 jemaah. 

Berbagai kegiatan keagamaan lainnya dan tiga hari menjelang Idul Fitri, DKM Al-Barkah kota Bekasi memberikan santunan kepada anak yatim piatu dan kaum duafa yang bersumber dari zakat mal.

Detil Kubah Masjid Agung Al-Barkah, Bekasi.
Pemeliharaan Masjid

Pemeliharaan masjid ini, setiap hari melibatkan 19 karyawan mulai dari pengurus taman hingga petugas kebersihan. Cukup besar biaya operasional yang harus disiapkan termasuk gaji para karyawannya. Tak kurang dari Rp 15 juta setiap bulan, biaya operasional termasuk gaji para karyawan yang menjadi tanggung jawab DKM. Untuk membayar listrik rata-rata satu bulan Rp 7 jutaan. Belum termasuk penggunaan air PAM.

Arsitektur Masjid Agung Al-Barkah Kota Bekasi

Arsitektur masjid mengadaptasi masjid masjid timur tengah yang disublimasi dengan unsur tropis. Masjid di timur tengah tidak mengenal teras atau kanopi, karena iklim Indonesia tropis, masjid membutuhkan kantilever dan kanopi agar air hujan tidak tempias ke dalam masjid makanya kemudian masjid ini dilengkapi dengan teras. 

Interior Masjid Agung Al-Barkah Bekasi dilihat dari
lantai dua masjid.
Delapan daun pintu dari kayu jati berukir kaligrafi mencerminkan 8 pintu menuju surga. Daun pintu tersebut terbuat dari kayu jati yang dipesan langsung dari Jepara, Panitia pembangunan Masjid bahkan datang langsung ke Jepara untuk memilih kayu yang benar benar bagus dari pohon yang sudah berusia di atas 90 tahun. Kubah masjid memiliki diameter 18 meter dan dibawahnya bertuliskan 99 nama Allah (Asmu’ul Husna). 

Tiang tiang masjid dilapisi kayu untuk memberi kesan hangat. Ini diadopsi dari Masjid Agung Demak  yang dibuat dari kayu. Juga terdapat elemen floral dan ornamen Islam seperti bintang atau bentuk segi delapan yang umum banyak dipakai pada bangunan masjid. Masjid Agung Al-Barkah kota Bekasidilengkapi tempat Thaharah, gedung pertemuan dan tempat majelis taklim, perpustakaan, kantor ta’mir dan kantor remaja masjid, taman, plaza dan area Parkir.

Detil ornamen dibawah kubah
Konsep rancangan arsitektur Masjid Agung Al Barkah kota Bekasi dilandasi esensi dan referensi Al-Qur’an, Sunnah Nabi dan seni Islam. Masjid dilengkapi dengan dua kubah, kubah besar dan kubah kecil dengan 4 menara. Ornamen Islam pada kerrawang, selain elemen dekorasi juga untuk perputaran sirkulasi udara. Untuk mencirikan kota Bekasi diambil unsur hijau daun untuk warna sentuhan ahir di beberapa dekorasi.

Simbolisasi Islam

Arsitektur masjid tidak lepas dari simbolisasi Islam, setiap detil bangunan memiliki arti. Simbolisasi islam bisa kita jumpai pada 4 buah menara yang memiliki arti 4 tiang ilmu, yakni Bahasa Arab, Syariah, sejarah dan filsafat. Serta syarat hidup bahagia yakni aqidah, ahlak, syariah dan Ibadan. Tiga bagian bentuk dasar bangunan menara mencerminkan iman islam dan ikhsan, sedangkan ketinggian menara 35 meter diambil dari salah satu surat Al-qur’an.

Mimbar dan Mihrab Masjid Agung Al-Barkah.
Dewan Kemakmuran Masjid Agung Al-Barkah Kota Bekasi

Sebagai Masjid Agung Kota Bekasi, dewan kemakmuran masjid Agung Al-Barkah ini melibatkan para petinggi kota bekasi terdiri dari : Walikota & Wakil Walikota Bekasi, Ketua DPRD kota Bekasi, Muspida kota Bekasi, Kakandepag Kota Bekasi dan Ketua MUI Kota Bekasi. selain itu juga dibentuk dewan penasihat terdiri dari : H. Akhmad Zurfan Sos, Drs. H. Tjandra Utama Efendi, MM. Mba, Drs. H. Muhtadi Muchtar, Ir. H. Imron Zubaidy, H. Moh. Nosin Sanusi, Ir. H. Muharram. A. Ketua Umum dijabat oleh Sekretaris Daerah Kota Bekasi, dan Ketua harian : Drs. H. Abdul Hadie MM. Sementara posisi sektertaris dan bendahara dipegang masing masing oleh 3 pengurus, ditambah dengan beberapa ketua bidang yang langsung menangani aktivitas Masjid Agung.

Video Masjid Agung Al-Barkah Kota Bekasi


Belum tersedia rekaman video Masjid Agung Al-Barkah kota Bekasi di Youtube, rekaman video Masjid Al-Barkah kota Bekasi di situs indosiar yang sebelum ditautkan ke artikel ini bertajuk Masjid Al-Barkah Bekasi sudah tidak eksis lagi. Silahkan bila ingin berkontribusi untuk menyumbang rekaman video masjid ini.

Foto Foto Masjid Agung Al-Barkah Kota Bekasi

Kaca Mozaik menghias fasad depan Masjid Agung Al-Barkah
Paduan warna warni menghias kubah dan menara masjid Agung Al-Barkah
Interior Masjid Agung Al-Barkah, hamparah karpet warna hijau menutup keseluruhan
lantai masjid. dipadu dengan unsur kayu yang menutup tiang tiang masjid.
Lampu yang cukup unik di pasang dibagian atas ruang sholat utama.
Seorang Jemaah khusu' di dalam masjid agung Al-Barkah, Bekasi.
jendela kaca kubah besar Masjid Agung Al-Barkah ini membeirkan penerangan alami
di siang hari.

Senin, 15 November 2010

Masjid Raya Batam, Kepulauan Riau

Masjid Raya Batam

Masjid Raya Batam dirancang sebagai pemenuhan kebutuhan fasilitas peribadatan yang melayani penduduk Pulau Batam pada umumnya. Dan khususnya bagi warga muslim di daerah Batam Centre. Masjid ini diharapkan dapat menjadi tempat yang representatif yang bisa menampung kegiatan umat Islam dalam hal keagamaan, pendidikan, sosial, ukhuwah, budaya mau pun syiar Islam. Sehingga menjadi kebanggaan umat Islam di Batam dan Kepualuan Riau. Selain hal itu, diharapkan masjid dapat menunjang dunia kepariwisataan nasional. Masjid Raya Batam meraih penghargaan Masjid Award dari Dewan Masjid Indonesia (DMI) tahun 2009.

Lokasi Masjid Raya Batam

Masjid Raya Batam berada di kawasan Batam Center yang merupakan pusat pemerintahan kota Batam. Berhadap hadapan dengan kantor Badan Otorita Pengemabngan Pulau Batam atau BIDA (Batam Industrial Development Authority).

 

Sejarah Pembangunan Masjid Raya Batam

Masjid Raya Batam di desain oleh Ir Achmad Noe'man dan disetujui pada tanggal 31 Agustus 1997.  Mulai di bangun pada tahun 1999. Ir Achmad Noe'man terkenal dengan karya karya monumentalnya termasuk diantaranya adalah Masjid Salman di ITB di Bandung, Masjid Baiturrahim di kawasan Istana Negara Jakarta,  Masjid Al-Furqan di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (d/h IKIP) Bandung, Masjid Al-Markaz Al-Islami di Makasar dan Masjid Istiklal Indonesia di Sarajevo, Bosnia Herzegovina.

Arsitektur Masjid Raya Batam

Ukuran dan Kapasitas Masjid

Masjid Raya Batam dibangun di atas lahan seluas ± 75.000 m2, terdiri dari ruang salat dan mezanin 2515,00 m2, ruang wudhu pria 506,70 m2, ruang wudhu wanita 178,10 m2, ruang simpan sepatu 39,96 m2, Ruang kegiatan (lantai dasar) 2.190,24 m2, dilengkapi dengan menara setinggi 66 m dengan luas 9,00 m2, ditambah selasar penghubung seluas 1.270,00 m2. Dengan ukuran yang demikian besar Masjid Raya Batam dapat menampung jemaah di dalam masjid ± 3.500 jamaah dan luar masjid ± 15.000 jamaah. 

Aerial View masjid Raya Batam 22 Feb 2008

Bantuk balok bujur sangkar

Bentuk yang dirancang merupakan penggabungan dari dua bentuk dasar yaitu : balok bujur sangkar sebagai badan bangunan, dan limas sama sisi (teriris tiga bagian) sebagai kepala bangunan.  Dipilihnya bentuk balok bujur sangkar dengan pertimbangan bahwa bentuk tersebut lebih kompak dan kokoh sehingga lebih memenuhi syarat untuk fungsi masjid dalam membentuk keimanan yang kuat, dan lebih memenuhi syarat untuk bangunan bentang besar atau bebas kolom sehingga mampu menampung jamaah salat lebih besar.

Atap limas Masjid Raya Batam
Atap limas

Sedangkan bentuk limas sama sisi (teriris tiga bagian) dipilih dengan pertimbangan bahwa bentuk atap yang cocok untuk denah bangunan bujur sangkar, mempunyai persepsi vertikalisme menuju satu titik di atas sebagai simbol hubungan antara manusia dan Tuhan (habluminallah). Sedangkan Irisan tiga bagian merupakan simbol perjalanan hidup manusia (sebagai hamba Allah) dalam tiga alam yaitu alam rahim, alam dunia, dan alam akhirat.

Plaza Salat


Plaza salat berupa pelataran halaman utama masjid yang karena pertimbangan topografis dan arsitektural letaknya lebih tinggi dari jalan masuk. Plaza salat dibuat sebagai perluasan ruang masjid manakala jamaah melebihi kapasitas atau pada saat salat Idul Fitri dan Idul Adha yang biasanya diselenggarakan di lapangan terbuka. Agar penyelenggaraan salat sesuai dengan tuntunan agama, dibuatlah garis-garis shaf yang akan mengarahkan jamaah salat dengan berbaris lurus menghadap kiblat. Lebar shaf ditentukan 120 cm. Plaza ini terdiri dari dua tingkatan yaitu plaza bawah dan plaza atas. Hal ini untuk memberikan kesempatan pada pengunjung untuk beristirahat sejenak sebelum naik lagi menuju masjid.

Di plaza bawah terdapat kolam air mancur yang bisa juga dipakai sebagai tempat berwudhu. Selain kolam air mancur dan tangga-tangga adalah bak-bak tanaman batu kali, lampu-lampu taman dan deretan pohon-pohon palem raja. Keseluruhan elemen diharapkan membuat suasana plaza shalat lebih nyaman, lebih indah dan berwibawa sebagai suatu plaza salat masjid raya.

Plaza salat ditutup klinker terakota yang berwarna merah bata. Garis-garis shaf memakai bahan paving blocks yang dipola dengan warna kelabu sehingga terlihat kontras dengan merah batanya klinker terakota

Selasar Tertutup


Adanya selasar tertutup yaitu selasar yang beratap sebagai pembatas plaza salat dan penanda zona transisi atau semi suci sebelum masuk ke zona suci atau ruang utama masjid. Selasar tertutup ini dirancang sedemikian rupa dan merupakan elemen arsitektur yang cukup berarti dilihat dari segi fungsi maupun arsitektural masjid. Dipilih bahan beton bertulang untuk kolom mau pun atap. Agar tidak berkesan statis, terdapat permainan irama atap yaitu atap pelat beton diselingi atap limas dari bahan transparan dengan struktur pipa besi hitam. Bahan penutup lantainya adalah keramik

Senja di Masjid Raya Batam

Tangga

Pencapaian utama melalui tangga utama yang langsung menghadap plaza salat. Tangga khusus dari ruang wudhu dan untuk menuju mezanine di ekspresikan ke dalam bentuk ruang tangga yang berupa core tangga yang terletak dibagian kiri dan kanan

Fasilitas Penyandang Cacat

Untuk kemudahan penyandang cacat terutama pemakai kursi roda, disediakan ramp menuju ruang utama Masjid maupun ruang wudhu. Ramp utama yaitu menuju ruang salat utama memakai bahan beton bertulang. Kemiringan ramp yang direncanakan adalah 1:15 atau ± 6,9%. Selain ramp disediakan pula toilet khusus baik untuk pria mau pun wanita

Fasilitas Parkir


Disediakan areal parkir untuk para jamaah yang menampung; kendaraan roda empat (mobil) dengan kapasitas ± 158 kendaraan, bus dengan kapasitas ± 9 kendaraan, kendaraan roda dua (sepeda motor) dengan kapasitas ± 140 kendaraan, kendaraan VIP dengan kapasitas ± 8 kendaraan, parkir di pintu utara dengan kapasitas ± 20 kendaraan roda empat

Plaza Kurban


Untuk penyelenggaraan pemotongari hewan kurban, disediakan tempat yang permanen yang telah dilengkapi dengan tempat penampungan serta saluran air limbah darah, tiang-tiang tenda pelindung cuaca. Dengan tersedianya plaza kurban yang permanen diharapkan lingkungan masjid akan tetap bersih dan nyaman terutama pada hari-hari menjelang, pada saat dan sesuai hari Idul Adha

Interior Masjid Raya Batam

Menara

Fungsi utama adalah tempat menyimpan peralatan tata suara agar suara adzan dapat terdengar lebih jauh dan jelas. Dari sisi arsitektural merupakan eye catcher dan penanda lingkungan, karena berupa unsur vertikal yang cukup dominan dengan penempatan di sudut tapak menghadap ke pusat perempatan jalan. Tinggi menara 66 meter sebagai penandaan akan jumlah ayat di dalam Al Qur'an, 6.666 ayat

Tata Hijau 


Ruang lingkup dari pekerjaan landscaping adalah menata elemen-elemen keras dan lunak pada halaman dan plaza salat Masjid Raya Batam Centre sedemikian rupa dalam rangka mendukung kemakmuran aktifitas rutin dan berkala. Tujuan khususnya adalah untuk menciptakan suasana ruang luar agar lebih hijau, sejuk dan nyaman.

Bak-bak tanaman (bloembak)


Bak tanaman memakai bahan batu kali berwarna ketabu kehitaman, hal ini untuk memberi kesan alami dan kokoh. Berfungsi pula sebagai pengakhiran tangga dan turap penahan tanah

Masjid Raya Batam


Suasana di dalam Masjid Raya Batam