Minggu, 11 Mei 2025

Islam di Latvia (bagian 2)

Masjid di Riga ibukota Latvia, bangunan berbentuk kubus ditandai panah putih. Sama sekali tidak seperti bangunan masjid yang kita kenal. Karenanya Latvia menjadi salah satu negara Eropa dengan muslim paling sedikit dan tidak memiliki bangunan Masjid.
 
Abad ke-20
 
Tahun 1902, organisasi kaum muslimin secara resmi dibentuk dan diakui oleh pemerintah. Kelompok tersebut memilih Ibrahim Davidof sebagai pemimpinnya dan sebuah ruang sholat dibangun. Mayoritas Muslim yang tinggal di Latvia pada awal abad ke-20 wajib militer di tentara Rusia. Setelah bebas dari dinas, sebagian besar kembali ke Moskow.
 
Selama berdirinya Uni Soviet dan di tengah perang saudara, banyak pengungsi memasuki Latvia, termasuk Muslim dari berbagai etnis. Namun, mereka dikenal oleh orang Latvia sebagai orang Turki. Pada tahun 1928, Husnetdinov, seorang da’I Turki, terpilih sebagai pemimpin komunitas Muslim Riga. Ia memegang jabatan itu hingga tahun 1940.
 
Menurut Biro Pusat Statistik, terdapat tujuh kelompok Islam yang terdaftar pada tahun 2011, dan jumlahnya turun menjadi lima setahun kemudian. Kelompok-kelompok tersebut meliputi Idel, sebuah organisasi Muslim yang dipimpin oleh Rufia Shervireva, dan Iman, sebuah jemaat Chechnya Latvia yang dipimpin oleh Musan Machigov.
 
Akses ke Masjid Miras, masjid atau lebih tepatnya ruang sholat kedua di kota Riga setelah masjid Riga di foto sebelumnya.

Kontroversi
 
Setelah penembakan Charlie Hebdo pada awal tahun 2015, Oleg Petrov, kepala Pusat Kebudayaan Islam Latvia, mengemukakan bahwa Islam melarang pembunuhan warga sipil yang tidak bersalah, tetapi menyatakan keyakinannya bahwa tim redaksi tetap pantas dihukum, meskipun dengan cara yang tidak terlalu berat. Pernyataannya yang menyatakan bahwa tim redaksi seharusnya "mematahkan jari-jari mereka" kemudian mendorong Polisi Keamanan Dalam Negeri untuk menyelidiki perilakunya.
 
Pada tanggal 29 Maret 2015, Pusat Kebudayaan Islam menyatakan keprihatinannya terhadap Islamofobia yang berkembang di Latvia setelah sebuah masjid di Riga disemprot dengan grafiti bertuliskan, "Allahmu – masalahmu! Pulanglah!" pada malam tanggal 27 Maret.
 
Masjid di kota Riga dari sudut yang lain.

Pada tanggal 24 September, polisi kota Riga membubarkan salat di luar ruangan yang dihadiri oleh sekitar 30 pria di halaman di Brīvības iela karena melanggar undang-undang publik tentang penyelenggaraan hiburan publik dan acara-acara perayaan.
 
Kemudian ditahun itu, seorang perwakilan dari lembaga itu, Roberts Klimovičs, memicu kontroversi lain dengan menyatakan bahwa Latvia akan menjadi negara Muslim dalam 50 tahun. Ia kemudian menjelaskan bahwa, "dengan menggunakan cara-cara demokratis, mayoritas warga Latvia akan memilih parlemen yang mendukung hukum Syariah. Dan kami bergerak ke arah itu, tanpa kekerasan atau apa pun."
 
Pada tahun 2016, sebuah video Petrov muncul di saluran propaganda Daesh di mana ia mendorong Jihadisme dan memuji para penembak Charlie Hebdo. Ini menjadi kasus publik ketiga seorang warga negara Latvia yang bergabung dengan Daesh.
 
Komentarnya dikecam oleh kepala baru Pusat Kebudayaan Islam, Jānis Luciņš, yang mengatakan bahwa komunitas Muslim di negara itu merasa dikhianati. Pada tanggal 19 Oktober 2016, seorang pria dijatuhi hukuman 140 jam pelayanan masyarakat karena ujaran kebencian terhadap Muslim dalam komentar daring.***
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 
 
Rujukan
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA