Abad ke-20
Tahun 1902, organisasi kaum muslimin secara
resmi dibentuk dan diakui oleh pemerintah. Kelompok tersebut memilih Ibrahim
Davidof sebagai pemimpinnya
dan sebuah ruang sholat dibangun. Mayoritas Muslim yang tinggal di
Latvia pada awal abad ke-20 wajib militer di tentara Rusia. Setelah bebas dari
dinas, sebagian besar kembali ke Moskow.
Selama berdirinya Uni Soviet dan
di tengah perang saudara, banyak pengungsi memasuki Latvia, termasuk Muslim
dari berbagai etnis. Namun, mereka dikenal oleh orang Latvia sebagai orang
Turki. Pada tahun 1928, Husnetdinov, seorang da’I Turki, terpilih sebagai
pemimpin komunitas Muslim Riga. Ia memegang jabatan itu hingga tahun 1940.
Menurut Biro Pusat Statistik, terdapat tujuh
kelompok Islam yang terdaftar pada tahun 2011, dan jumlahnya turun menjadi lima
setahun kemudian. Kelompok-kelompok tersebut meliputi Idel, sebuah organisasi
Muslim yang dipimpin oleh Rufia Shervireva, dan Iman, sebuah jemaat Chechnya
Latvia yang dipimpin oleh Musan Machigov.
![]() |
Akses ke Masjid Miras, masjid atau lebih tepatnya ruang sholat kedua di kota Riga setelah masjid Riga di foto sebelumnya. |
Kontroversi
Setelah penembakan Charlie Hebdo pada awal
tahun 2015, Oleg Petrov, kepala Pusat Kebudayaan Islam Latvia, mengemukakan
bahwa Islam melarang pembunuhan warga sipil yang tidak bersalah, tetapi
menyatakan keyakinannya bahwa tim redaksi tetap pantas dihukum, meskipun dengan
cara yang tidak terlalu berat. Pernyataannya yang menyatakan bahwa tim redaksi
seharusnya "mematahkan jari-jari mereka" kemudian mendorong Polisi
Keamanan Dalam Negeri untuk menyelidiki perilakunya.
Pada tanggal 29 Maret 2015, Pusat Kebudayaan
Islam menyatakan keprihatinannya terhadap Islamofobia yang berkembang di Latvia
setelah sebuah masjid di Riga disemprot dengan grafiti bertuliskan,
"Allahmu – masalahmu! Pulanglah!" pada malam tanggal 27 Maret.
Kemudian ditahun itu, seorang perwakilan dari
lembaga itu, Roberts Klimovičs, memicu kontroversi lain dengan menyatakan bahwa
Latvia akan menjadi negara Muslim dalam 50 tahun. Ia kemudian menjelaskan
bahwa, "dengan menggunakan cara-cara demokratis, mayoritas warga Latvia
akan memilih parlemen yang mendukung hukum Syariah. Dan kami bergerak ke arah itu, tanpa kekerasan
atau apa pun."
Pada tahun 2016, sebuah video Petrov muncul di
saluran propaganda Daesh di mana ia mendorong Jihadisme dan memuji para
penembak Charlie Hebdo. Ini menjadi kasus publik ketiga seorang warga negara
Latvia yang bergabung dengan Daesh.
Komentarnya dikecam oleh kepala baru Pusat
Kebudayaan Islam, Jānis Luciņš, yang mengatakan bahwa komunitas Muslim di
negara itu merasa dikhianati. Pada tanggal 19 Oktober 2016, seorang pria
dijatuhi hukuman 140 jam pelayanan masyarakat karena ujaran kebencian terhadap
Muslim dalam komentar daring.***
Follow & Like akun Instagram kami
di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
Baca Juga
Rujukan
https://en.wikipedia.org/wiki/Islam_in_Latvia diakses 29 April 2025
https://khazanah.republika.co.id/berita/qk1xdl320/yahudi-minoritas-di-latvia-tapi-islam-lebih-dipinggirkan-part2 diakses 29 April 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA