Tampilkan postingan dengan label Masjid di Aljazair. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid di Aljazair. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 25 November 2017

Masjid Djama’a al-Djedid Aljir, Aljazair

Masjid Al-Jadid Aljir, Aljazair

Masjid Al-Jadid dalam bahasa Inggris disebut dengan nama The Djama’a al-Djedid, sedangkan dalam bahasa setempat disebut dengan nama Jamaa al-Jadid sedangkan dalam bahasa Turki disebut dengan nama Yeni Camii yang berarti Masjid Baru, adalah masjid kuno di kota Aljir, ibukota negara Aljazair.

Masjid ini dibangun pada tahun 1660 Masehi atau 1770 Hijriah dan Pada masa penjajahan Prancis di Aljazair masjid ini disebut dengan nama Mosquée de la Pêcherie atau Masjid di dermaga nelayan (the Mosque of the Fisherman's Wharf).

Kubah utama masjid ini dibangun cukup tinggi hingga mencapai ketinggian 24 meter di topang dengan empat pilar penyangga dengan dasar bundar besar dan dilengkapi dengan tatakan seperti umpak. Di ke empat penjuru masjid di tutup dengan empat kubah setengah bundar berdenah dasar octagonal.


Tarikh pembangunan masjid ini disebutkan dalam sebuah plakat yang ditempatkan diatas pintu masuk utama masjid ini, disebutkan disana bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1770 Hijriah atau tahun 1660 Masehi, oleh Haji Habib yang merupakan Gubernur Aljazair, yang ditunjuk oleh pemerintahan Dinasti Usmaniyah yang berpusat di Istanbul, Turki.

Pada masa itu, wilayah Aljazair merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Dinasti Usmaniyah. Haji Habib sendiri merupakan anggota pasukan khusus Infanteri Dinasti Usmaniyah yang disebut Janissary atau Yanisari atau dalam bahasa Turki disebut yeniçeri, yang berarti Pasukan Baru.

Pasukan ini merupakan pasukan elit pertama di Eropa yang dibentuk dimasa kekuasaan Sultan Murad I (1362–89) sebagai pasukan pengawal pribadi Sultan dan memang dilatih berkemampuan khusus sebagai pasukan yang memiliki loyalitas tinggi dan hanya patuh kepada perintah Sultan.

Eksterior Masjid Al-Jadid

Pembangunan masjid Al-Jadid ini dibangun dengan gaya arsitektur masjid masjid Usmaniyah baik dari bentuk struktur bangunan maupun ornamen nya namun mengingat lokasi pembangunannya yang berada di wilayah Afrika utara, budaya lokal turut mempengaruhi seni bina masjid ini.

Hasilnya adalah sebuah masjid yang cukup unik dengan penggabungan beberapa tradisi seni bina bangunan masjid, termasuk juga penggunaan beberapa elemen dari gaya arsitektur Andalusia dan Italia yang pada saat itu juga berpengaruh di kawasan Afria Utara.

Lokasi masjid ini berada di ujung barat dari Place des Martyrs, sedangkan sisi kiblatnya bersebelahan dengan sisi utara dari Boulevard Amilcar Cabral, tempat dimana Masjid Agung Almoravid Aljazair (The Almoravid Grand Mosque of Algiers) juga berada terpaut hanya sekitar 70 meter ke arah timur dari Masjid Al-Jadid ini.

Sisi tenggara masjid ini tak seberapa jauh dari ruas jalan pelabuhan nelayan kota Aljir, itu sebabnya masjid ini juga seringkali secara tak resmi juga disebut dengan the Mosque of the Fisherman's Wharf atau masjid di pelabuhan nelayan, dan faktanya masjid ini memang banyak digunakan oleh para nelayan yang beraktifitas di lokasi tersebut.

Interior Masjid Al-Jadid

Seperti halnya dengan Masjid Ketchaoua (1612), Masjid Al-Jadid ini sesungguhnya juga berada di dalam wilayah Casbah Almohad kota Aljir yang sebagian besar mengalami kehancuran dimasa penjajahan Prancis di Aljazair di abad ke 18.

Secara umum masjid ini berukuran lebar 27 meter (timur barat) dan panjangnya 48 meter (utara-selatan), arah bangunannya sendiri sedikit miring hingga 28 derajat terhadap kutub utara selatan menyesuaikan dengan garis kiblat, sisi kiblat masjid ini berada di sisi selatan bangunan, mengingat bahwa lokasi Ka’bah di kota Mekah berada di selatan negara Aljazair.

Jejeran tiang tiang penyangga atap di dalam masjid ini membentuk tiga lorong memanjang dan lima lorong sejajar dengan garis shaf masjid. Lorong bagian tengah masjid ini menjadi titik tengah tempat pintu masuk utama berada segaris dengan mihrab.

Ada delapan tiang besar di dalam masjid ini masing masing tiang berukuran sekitar dua meter persegi, masing masing tiang dihubungkan dengan lengkungan beton sekaligus menjadi penopang struktur atap diatasnya. Masing masing lengkungan ini mencapai ketinggian sekitar 9 meter dari permukaan lantai pada bagian lengkungan tengahnya yang merupakan bagian tertinggi.

Kubah utama masjid ini berdiameter sekitar 10 meter, dasar kubahnya menjulang sekitar 8 meter dari penopang tertingginya bertumpu di atas tiang tiang masjid. Puncak tertinggi kubah utama masjid ini mencapai 24 meter. Struktur penopang kuba masjid ini juga berbentuk bundar dilengkapi dengan empat jendela di empat sisi untuk penerangan di siang hari.

Mimbar dan mihrab masjid ini ditempatkan tepat dibawah kubah utama masjid. Karena letak kubah utama masjid ini tidak berada di tengah tengah bangunan, namun lebih berada di atas lorong shaf terdepan pada sumbu tengah bangunan, dan bukan pada sisi tembok sisi kiblat di bagian terdepan masjid.

Masjid Al-Jadid di malam hari

Seiring dengan pembangunan kota Aljir berakibat pada semakin tingginya permukaan jalan raya di sekitar masjid ini menyebabkan lantai masjid ini lebih rendah dari permukaan jalan raya dan karenanya kemudian pintumasuk masjid ini dilengkapi dengan beberapa anak tangga untuk masuk ke masjid. Saat ini lantai bawah masjid ini sudah berada lima meter lebih rendah dari permukaan jalan raya.

Hampir keseluruhan tembok luar masjid Aljadid di cat dengan warna putih dari tembok hngga kubah nya kecuali sedikit saja beberapa bagian diberikan sedikit ornament dengan warna berbeda. Satu hal yang menarik dari Masjid Al-Jadid ini adalah bahwa meskipun secara umum bangunan masjid ini dibangun dengan gaya Usmaniyah namun teramat berbeda dengan bangunan menaranya.

Bangunan menara masjid ini justru dibangun dengan gaya Afrika Utara, berupa bangunan menara berdenah segi empat, tidak seperti gaya menara Usmaniyah yang bundar, tinggi dan lancip. Pada mulanya menara masjid ini hanya setinggi 13 meter saja, namun kemudian dibangun lebi tinggi hingga 25 meter dari permukaan tanah Place des Martyrs seiring dengan semakin tingginya permukaan jalan raya.

Bangunan menara ini terdiri dari tiga lantai yang dihubungkan dengan tangga tertutup di dalam menara. Pada tingkat ke tiga nya ditempatkan sebuah jam berukran besar. Jam ini ditempatkan oleh Bournichon, yang diambil dari Palais Jénina. Menara masjid ini juga dilengkapi dengan balkoni yang ditempatkan di bagian teratasnya. Bentuk menar seperti ini memang tidak lazim bagi sebuah bangunan masjid dari era dinasti Usmaniyah dan itu justru menjadi salah satu keunikan dari masjid Al-Jadid di Kota Aljir, Aljazair ini.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga

Minggu, 19 November 2017

Masjid Ketchaoua Aljazair

Masjid Ketchaoua landmark kota tua Casbah, Aljir. 

Masjid Ketchaoua adalah masjid tua di kota Aljir (Algiers), Ibukota Aljazair (Algeria), masjid ini berdiri di daerah Casbah di dalam kota Aljir dan dibangun dimasa kekuasaan dinasti Usmaniyah di abad ke 17 masehi, dan telah terdaftar oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

Masjid ini berdiri di bagian anak tangga pertama Casbah yang memang memiliki banyak anak tangga, yang secara logistik dan simbolis merupakan titik perhatian pada masa pra-kolonial bagi kota Aljir. Bangunan masjid ini dikenal luas keunikannya karena memadukan gaya arsitektur Bangsa Moor (Maroko) dan gaya arsitektur Byzantium (Romawi Timur).

Bangunan asli masjid ini awalnya dibangun tahun 1612, namun kemudian di ubah fungsi menjadi Katedral St Philippe di tahun 1845 pada masa penjajahan Prancis di Aljazair hingga tahun 1962, dan di tahun 1962 juga dikembalikan lagi fungsinya sebagai masjid.


Meskipun telah melewati rentang waktu begitu lama hampir selama empat abad dan sempat dialih fungsi menjadi gereja, masjid ini masih menunjukkan kemegahannya yang asli dan menjadi salah satu objek wisata sejarah paling penting di Aljazair.

Casbah, tempat masjid ini berdiri, merupakan bagian paling bersejarah di Aljir, letaknya berada di sisi utara kota, terpaut sekitar 250 meter sebelah barat dari Masjid Agung Aljazair, tempatnya berdiri juga berdekatan dengan istana uskup Aljazair dan gedung perpustakaan Nasional.

Sejarah Masjid Ketchaoua

Sejarah Masjid Ketchaoua tak dapat dipisahkan dari sejarah kota kuno Casbah yang Dibangun di situs bekas tempat berdirinya Icosium, pemukiman orang orang Phoenisia di masa lalu. Pada saat pembangunannya oleh dinasti Usmaniyah di abad ke 17 masehi, Casbah merupakan bagian inti kota.

Eksterior Masjid Ketchaoua

Lokasinya sangat strategis, berdiri megah di anak tangga pertama Casbah yang mengarah ke lima gerbang kota di distrik-nya para aristokrat, yang merupakan tempat tinggalnya orang orang kaya dan keluarga kerajaan, para tokoh politik dan para pelaku bisnis terkemuka pada masa itu.

Casbah sendiri berarti benteng, berdiri di tepian laut mediterania. Sebuah kota islam yang unik yang memposisikan Masjid Ketchaoua di tengah tengah nya. Posisi masjid ini juga menjadi titik temu dari persimpangan jalan dari bagian bawah Casbah menuju ke 5 gerbang kota Aljir, seperti telah disebutkan tadi.

Masjid ini terlihat jelas dari pulau tempat berdirinya pos dagang orang orang Charthaginia di abad ke 6. Sedangkan kota kota Aljazair sendiri baru dibangun oleh orang orang Zirid pada abad ke 10, dan selama berabad abad setelah itu penguasa tempat ini silih berganti dari bangsa Birbir, Romawi, Romawi Timur (Byzantium), Arab dan Spanyol pun meninggalkan pengaruhnya disini

Ada juga yang menyatakan bahwa masjid ini telah dibangun pada abad ke 14 masehi, namun dokumen dokumen resmi yang ditemukan menunjukkan bahwa masjid ini baru dbangun di tahun 1612 (abad ke 17). Namun demikian memang ada proses pembangunan kembali oleh Hasan Pasha, merujuk kepada inskripsi peringatan di abad ke 18 (tahun 1900-an) pada saat masjid ini disebut sebagai sebuah “keindahan tak tertandingi”.

Interior Masjid Kechaoua

Di ubah menjadi Katedral lalu menjadi Masjid Lagi

Di tahun 1838 masjid ini di ubah menjadi Katedral St. Philippe oleh penjajah Prancis yang pada saat itu menjajah Aljazair dan pada tahun 1840 secara resmi lambang salib di letakkan di puncak bangunannya oleh Marshal Sylvain Charles Valée, seiring dengan jatuhnya kota Constantin ke tangan Prancis.

Dan ketika Aljazair memperoleh kemerdekaannya di tahun 1962, bangunan ini dikembalikan lagi ke fungsinya semula sebagai Masjid Ketchaoua, dan dinyatakan sebagai bangunan penting bagi budaya dan agama, serta telah memperkaya khasanah catatan sejarah tentang masjid ini yang disebut sebut sebagai ‘masjid yang di ubah menjadi gereja dan menjadi masjid kembali”.

Pengembalian fungsinya sebagai masjid dilaksanakan di tahun pertama kemerdekaan Aljazair dalam sebuah upacara resmi yang dipimpin oleh Tawfiq al Madani, selaku Menteri urusan pelabuhan, dan diselenggarakan di Ben Badis Square (sebelumnya disebut dengan Lavigere).

Momemtum tersebut digambarkan sebagai “Penaklukkan kembali keaslian Aljazair sebagai simbol tertinggi dari pemulihan integritas nasional”. Terpisah dari masjid Ketchaoua, Casbah juga masih memiliki sisa reruntuhan Citadel, bangunan masjid tua yang lainnya, istana bergaya Usmaniyah serta reruntuhan perkotaan tradisional masa lalu.

Arsitektur

Pintu masuk utama masjid ini dilengkapi dengan 23 anak tangga. Pada pintu masuknya terdapat portico berornamen, yang ditopang oleh empat kolom dari batu marmer bercorak hitam. Didalam masjid terdapat jejeran arcade yang dibangun menggunakan kolom kolom batu marmer putih. Keindahan ruangan masjid ini, menara dan langit langitnya di aksentuasi dengan sentuhan seni plester semen bergaya Moor.

Masjid Kethaoua di abadikan dalam salah satu seri perangko Aljazair

Masjid ini kini terlihat jelas dari lapangan terbuka di Casbah, dengan pemandangan laut di sisi depan dan memiliki dua menara berdenah oktagonal yang mengapit pintu masuknya. Dengan sentuhan gaya Moor dan Byzantium menghadirkan pemandangan yang memukau.

Sebagian besar dari kolom kolom marmer putih masjid ini memang berasal dari bangunan asli. Dan uniknya di dalam salah satu ruangan masjid ini terdapat makam dari San Geronimo, dari masa penjajahan Prancis saat masjid ini dijadikan Katedral.

Restorasi

Restorasi terhadap masjid ini dilaksanakan pada tahun 2009 oleh Departemen Warisan Budaya Aljazair, meliputi perbaikan terhadap menara masjid, ruang tengah dan pembatas tangga di dalam masjid. Proyek restorasi tersebut direncakan akan rampung dalam waktu 12 bulan. Hal tersebut cukup mendesak karena salah satu dari menara masjid ini terancam runtuh sebagian.

Restorasi tersebut dijalankan dalam tiga tahap termasuk restorasi terhadap Casbah nya sendiri secara umum. Rencana tersebut telah diluncurkan sejak September 2008 meliputi renovasi sejumlah masjid kuno di Aljir serta mengubah beberapa rumah rumah tua di Casbah menjadi perpustakaan umum dengan dana awal yang dikucurkan mencapai 300 juta Dinar Aljazair.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Minggu, 03 April 2011

Masjid Sidi Uqba, Biskra, Aljazair

Masjid Sidi Uqba, Biskra, Aljazair

Masjid Sidi Uqba yang akan dibahas ini masih terkait dengan tokoh yang sama dengan Masjid Uqba, Masjid Agung Kairouan, Tunisia. Beberapa artikelpun bahkan ada yang menuliskan dua masjid yang berbeda ini dengan nama Masjid Sidi Uqba, yang akan membuat bingung siapapun yang baru pertama membaca tentang dua masjid ini. Dua hal yang menjadi pembeda antara dua masjid ini. Masjid Uqba di Kairouan, Tunisia, dibangun sendiri oleh Uqba Bin Nafi. Sementara masjid Sidi Uqba di Biskra dibangun justru disekitar Makam Uqba Bin Nafi oleh penguasa disana untuk menghormati dan mengenang jasa jasa beliau, sekian ratus tahun setelah wafatnya Uqba Bin Nafi.

Sidi Uqba, merupakan sebuah kota kecil di Biskra, Aljazair. Tempat wafat dan dimakamkannya Uqba Bin Nafi dalam pertempuran melawan pasukan pemberontak dibawah pimpinan Kusaila atau Koceila di tahun 683M. Sidi Uqba yang berada sekitar 6 km sebelah selatan kota Tehouda dan sekitar 20 km sebelah timur kota Biskra, berada di jalan Khengat Sidi Nadji, Sidi Uqba, Biskra, Aljazair. Kata sidi sendiri berasal dari kata Sayidina. Seperti kata Siti di Indonesia yang konon berasal dari kata Sayidati.


Sejarah Masjid Sidi Uqba, Biskra

Masjid Sidi Uqba, dibangun sekitar tahun 416H / 1025M di era kekuasaan Dinasti Zirid. Menjadikan masjid ini sebagai salah satu masjid tertua di kawasan Afrika Utara. Sama seperti masjid Uqba bin Nafi di Kairouan di Tunisia, masjid Sidi Uqba juga dinamai dengan nama Uqba Bin Nafi. Uqba bin Nafi, gubernur Ifriqiya, wafat ditempat ini dalam peperangan melawan Koceila (kusaila) dan pasukannya yang sudah menunggunya di Tehouda sekembalinya beliau dari kemenangan ekspedisi yang beliau pimpin sendiri hingga ke Atlantik.

Perkiraan tanggal pendirian masjid ini di dasarkan pada data data historis yang terkumpul serta analisa gaya bangunan. G. Marcias menyebut tahun 67H/686M dan 416H/1025H sebagai tahun pendirian. Tahun 67H/686M merupakan tahun pembangunan komplek pemakaman Uqba Bin Nafi; dibandingkan dengan inskipsi di nisan makam dengan   dengan tulisan bergaya kairouan bertarikh 416H/1025M memberikan dugaan bahwa bangunan yang ada disekitar makam juga didirikan di tahun yang sama.

Masjid Sidi Uqba, Biskra, Aljazair 

Inskripsi lain juga eksis di dinding bangunan. Sebuah papan kayu dengan ukiran tahun 1215H/1800M; memiliki kesamaan dengan mihrab masjid yang bertarikh 1214H/1789M. Menurut kapten H. Simon dalam bukunya “Notes sur le mausolée de Sidi Okba” (Revue africaine, 1909, pl. III), tarikh tersebut merupakan tarikh perluasan ataupun tahun perbaikan komplek masjid dan makam tersebut.

Arsitektur Masjid Sidi Uqba

Masjid dan tempat bersejarah ini menampakkan sebuah kesederhanaan, keseluruhan elemen arsitektural-nya ditutup dengan adukan semen putih, tak ada satupun material atau hiasan mahal yang digunakan di bangunan masjid dan komplek pemakaman ini. Seperti kebanyakan masjid awal di

Foto tua masjid Sidi Uqba

Denah masjid ini hampir sama dengan masjid Nabawi di Madinah. Bagian dasar tiang tiang masjid lebih ditinggikan sekitar 10 cm. Hal tersebut juga mempermudah meluruskan barisan shaf sholat bagi jemaah. Beberapa kolom merupakan batang pohon kurma yang di tutup dengan adukan semen putih, kemudian diperindah dengan hiasan yang juga terbuat dari adukan semen putih. Kolom kolom tersebut juga menyanggah lengkungan lengkungan yang sepi dari dekorasi.

Mihrab masjid ini dibuat dengan rancang bangun seperti mihrab di masjid agung Bagdad, Ditandai dengan lengkungan besar dihias adukan semen dengan motif geometris sederhana dengan paduan warna merah dan hijau, ditambah dengan pola ukiran tidak teratur dan di mahkotai dengan kubah setengah lingkaran beralur. Masjid Agung Bagdad (Irak) dibangun oleh Khalifah Abu Mansur tahun 762 M. Disebelah mihrab dilengkapi dengan pintu dari papan kayu berukir dengan dekorasi bunga mawar dan beberapa inskripsi arab. Dua kubah di bangunan ini masing masing dibangun menutup ruang sholat utama di ruang yang berada di depan mihrab dan satu kubah lagi menutup bangunan makam.

Interior masjid Sidi Uqba

Ketiga sisi masjid ini dilengkapi dengan pintu utama, masing masing dengan dua daun pintu yang terbuat dari kayu cedar berukir sangat indah. Dalam proyek pengembangan yang dilaksanakan antara tahun 1969M hingga 1970M dilakukan renovasi terhadap bangunan masjid termasuk integrasi masjid menjadi komplek pusat kebudayaan Islam.

Bangunan makam Uqba Bin Nafi, dibagun tiga ratus lima puluh tahun setelah beliau dimakamkan disana, dilengkapi dengan hiasan hiasan termasuk pintu depan yang indah dengan seni ukir kayu dari era Fatimiyah yang memiliki kesamaan dengan seni ukir di masjid Uqba di Kairouan, Tunisia. Ditambah dengan dekorasi bergaya arab yang mirip dengan anyaman. Beberapa detil hiasan masjid ini seperti ukiran semak semak yang menjulur juga ditemukan kesamaan dengan yang ada di pintu dan mihrab masjid Agung Cordoba, Spanyol.

Makam Uqba Bin Nafi di komplek Masjid Sidi Uqba

Ruang makam berbentuk segi empat dan di tutup dengan kubah kecil di atap nya, makam ini terletak di sudut sebelah barat daya masjid. Dimasa pemerintahan Ibnu Badus Muiz tahun 1025, bangunan makam ini diperindah dengan meniru gaya perpustakaan Pangeran Zirid di Masjid Agung Kairouan. dengan bantuan dari pangeran Zirid. Sedangkan menara masjid Sidi Uqba terletak di sudut barat daya ruang sholat utama dengan bentuk segi empat. Menara berbentuk segi empat ini merupakan menara khas wilayah maghribi.

Sidi Uqba, kota wisata ziarah

Sidi Uqba dengan masjid tuanya, hingga kini menjadi kota wisata ziarah bagi kaum muslimin dari berbagai kota di Aljazair dan sekitarnya hingga ke manca negara. Makam Uqba Bin Nafi dan masjid Sidi Uqba menjadi magnet tersenditi bagi para peziarah muslim ataupun pengunjung non muslim yang ingin berziarah atau sekedar berkunjung ke salah satu tempat yang memiliki nilai sejarah begitu tinggi bagi perkembangan peradaban Islam di benua Afrika bagian utara khususnya dan bagi dunia Islam secara umum.

Foto Foto Masjid Sidi Uqba, Biskra


Foto tua masjid Sidi Uqba 
Lukisan masjid Sidi Uqba 
Foto tua masjid Sidi Uqba 


-----------------------------oooOOOooo-----------------------