Tampilkan postingan dengan label Masjid di India. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid di India. Tampilkan semua postingan

Minggu, 30 Juni 2019

Apakah Ada Masjid di Bhutan? (Bagian 2)

Meskipun google map mengkatagorikan masjid Jharna Jamma masjid ini sebagai masjid Bhutan, namun bila diperiksa secara seksama, lokasi masjid ini justru berada di sisi jalan yang masuk wilayah kota Jaigaon, India bukan di sisi jalan yang berada di wilayah kota Phuensholing yang merupakan wilayah Bhutan. Batas antara kedua negara ini berupa ruas jalan yang disebut boarder road.

Bila memasukkan kata kunci “Masjid di Bhutan” ke kolom pencarian google akan muncul tiga nama masjid yang langsung ditampilkan di google-map. Masjid ke-dua dari tiga masjid tersebut adalah masjid Jharna Jamma Masjid, menyusul dibawahnya ada Guabari Puran Mashjid. Kedua masjid tersebut akan kita ulas berikut ini.

JHARNA JAMMA MASJID 

Sama seperti Dantak Mosque yang dibahas pada postingan sebelumnya, kami juga nyaris tak menemukan hasil apapun terkait dengan Jharna Jamma Masjid ini. Bilae merujuk kepada data di google maps masjid ini berada di kota Jaigaon, provinsi Bengala Barat, India. Bukan berdiri di wilayah Bhutan. Akan tetapi mengapa pencarian google justru mengkatagorikan masjid ini sebagai masjidnya muslim Bhutan?.

Republika memberikan sedikit informasi tentang masjid ini. Dalam salah satu artikelnya, republika menyebutkan tentang Masjid Jaigaon yang menjadi tempat ibadah bagi muslim Bhutan. Meski Republika tidak merinci dengan tepat lokasi masjid ini dan menyebutnya berada di wilayah Bhutan meski menyandang nama Masjid Jaigaon, google map menunjukkan bahwa masjid ini berada di wilayah kota Jaigaon, India, bukan di wilayah kota Phuentsholing, Bhutan.

Sedikit informasi tambahan tentang masjid ini muncul di Youtube yang menampilkan suasana sholat Idul Fitri 1440H/2019 yang baru lalu. Ruangan masjid ini tampak cukup luas meski sangat sederhana. Ruang mihrabnya ditandai dengan tirai kain, sedangkan mimbarnya hanya berupa undakan kecil untuk membuat khatibnya berada di posisi lebih tinggi. Khutbahnya disampaikan dalam bahasa arab. setelah sholat Idul Fitri dilanjutkan dengan semacam ceramah dalam bahasa setempat, pengumpulan infak sodaqoh dan Sholawatan.

Apakah Jharna Jamma Masjid ada di Bhutan

Kota Jaigaon di provinsi West Bengal (Benggala Barat), India, memang berbatasan langsung dengan kota Phuentsholing di wilayah Bhutan. Kedua kota ini merupakan kota perbatasan antara kedua Negara, diantara keduanya terdapat satu ruas jalan yang disebut Indo-Bhutan Road. Di sisi timur ruas jalan ini merupakan wilayah kerajaan Bhutan sedangkan di sisi barat ruas jalan merupakan wilayah Repuplik India. Dan masjid Jharna Jamma Masjid ini berada di sisi barat ruas jalan tersebut dan tentunya masuk ke dalam wilayah Republik India.

Hanya saja memang, untuk menuju ke masjid Jharna Jamma Masjid ini dari wilayah Bhutan sudah berbelok ke selatan sebelum tiba di gerbang perbatasan antara kedua Negara. Lokasi masjid ini berada sekitar 850 meter di sebelah selatan gerbang perbatasan antara Bhutan dan India.

Jharna Jamma Masjid
Jaigaon, Bengala Bar. 736182, India


Satu satunya informasi tentang bentuk masjid ini di dapat dari unggahan Rezak Ali google map pada bulan Oktober 2014. Menunjukkan bangunan masjid sederhana namun permanen, dua lantai lengkap dengan dua menara ramping di atap masjid. Tampak dalam foto tersebut sepertinya suasana sholat hari raya. Ada tulisan Eid Mubarak di atas pintu masjid dan hiasan bendera bendera kecil yang dipasang di untaian tali sepanjang jalan dan ke bangunan masjid. Belum ada informasi sama sekali terkait tentang berapa Jemaah masjid ini, kapang dibangunnya dan bagaimana pengelolaannya.

GUABARI PURAN MASJHJID 

Masjid berikutnya atau yang ketiga yang dikatagorikan google sebagai masjid Bhutan adalah Masjid Guabari Puran Mashjid. Lokasi masjid Guabari Puran masdjid ini benar benar berada di dalam wilayah kota Jaigoan, terpuat sekitar 1,8 km sebelah barat dari gerbang perbatasan antara India dan Bhutan. Meskipun demikian, gerbang perbatasan antara India dan Bhutan ini dijaga oleh masing masing petugas ke dua Negara dan memberikan kemudahan bagi warga kedua Negara untuk melintas perbatasan.

Guabari Puran Mashjid
Guabari Main Road ,Jaigaon G.P II Jaigaon, Alipurduar Pin-736182 W.B,
Jaigaon, West Bengal 736182, India


Tidak ada foto tentang masjid ini baik di google map maupun sumber lainnya. Street view pun belum tersedia di dua masjid Jaigoan ini. Guabari pada nama masjid ini merujuk kepada nama tempatnya berada semacam nama kelurahan, dan nama yang sama juga digunakan untuk menyebut nama jalan yang melintas di depan masjid ini.

Bila benar bahwa dua masjid ini merupakan masjid tempat muslim Bhutan beribadah, sepertinya memang muslim disana kesulitan untuk mendirikan masjid di Negara mereka sendiri. Konstitusi Bhutan memang hanya mengakui dua Agama yakni Budha sebagai agama resmi dan agama Hindu meskipun Hindu dan melarang agama lainnya.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Sabtu, 26 Agustus 2017

Masjid Nakhoda Kalkuta, India


Masjid Nakhoda di Kalkuta, Negara bagian West Bengal India.

Masjid Nakhoda adalah masjid tua di kota Kalkuta, India. Sesuai dengan namanya masjid ini memang dibangun oleh Abdur Rahim Osman yang seorang pengusaha perkapalan dan pengiriman barang antar benua di awal abad ke 20 yang lalu. Pembangunannya dimulai pada tanggal 11 September 1926 dan menghabiskan dana sebesar satu juta lima ratus Rupee.

Selain pengusaha, Abdur Rahim Osman juga merupakan pemimpin sekelompok kecil Jemaah muslim Suni dari Kutch yang tinggal di Kalkuta. Kutch adalah nama sebuah distrik di negara bagian Gujarat, India bagian barat berbatasan langsung dengan Pakistan.

Nakhoda Masjid নাখোদা মসজিদ
Jacquaria Street, Rabindra Sarani
Chowringhee North, Bow Barracks
Kolkata, West Bengal 700073
India



Sejak dibangun hingga saat ini, masjid Nakhoda merupakan masjid terbesar di kota Kalkuta, Besarnya ukuran masjid ini hingga mampu menampung 10.000 jemaah sholat sekaligus. Lokasinya yang berada di pusat kota di ruas jalan Jacquaria berdekatan dengan pertigaan jalan antara jalan Chitpore Road dan jalan Mahatma Gandhi Road, membuat masjid ini senantiasa ramai dikunjungi Jemaah maupun wisatawan.

Pemilihan lokasi serta arsitektur masjid Nakhoda ini memang cukup menarik. Bangunannya terdiri dari empat lantai, sebagian besar dari lantai dasarnya yang menghadap ke jalan raya dipergunakan sebagai pertokoan dan lantai diatasnya yang difungsikan sebagai masjid, di Indonesia masjid seperti ini, salah satunya terkenal dengan nama "Masjid Kota" di kota kecamatan Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah, Masjid Madinah Al-Mubarokah Sampit namanya atau lebih dikenal dengan nama “Masjid Kota”.

Secara keseluruhan bangunan masjid ini dirancang dengan meniru bangunan “Maosoleum Kaisar Akbar” atau bangunan makam Kaisar Akbar, salah satu Kaisar termashur dari Kekaisaran Islam Mughal yang pernah berkuasa hampir di seluruh wilayah jazirah India saat ini. Kemasyuran Kaisar Mughal satu ini bahkan menginspirasi Bolywood memproduksi sinetron televisi berlatar belakang kehidupan sang Kaisar dan sempat booming di salah satu stasiun tv swasta di Indonesia.
Sudut bangunan Masjid Nakhoda, bagian bawahnya dijadikan pertokoan

Kaisar Akbar bernama asli Abu’l-Fath Jalaludin Muhammad Akbar I atau dikenal juga dengan nama Shahanshah Akbar e-azam atau Kaisar Akbar yang Agung (lahir 15 Oktober 1542 – wafat 27 Oktober 1605) merupakan cucu dari Zaheeruddin Muhammad Babur, pendiri dinasti Mughal, pada ahir masa pemerintahan Kaisar Akbar, wilayah kekuasaannya sudah meluas hingga ke sebagian besar wilayah utara dan tengah India saat ini. Saat beliau wafat jenazahnya dimakamkan di sebuah Maosoleum di Sikandra, Agra, Negara bagian Uthar Pradesh, India.

Di masa kekuasaannya beliau memang memberikan perhatian lebih terhadap dunia arsitektur, seni dan budaya, wajar bila sejak masa pemerintahannya arsitektur dinasti Mughal mencuat ke dunia internasional dan menjadi salah satu warisan seni arsitektur dunia hingga saat ini dan pengaruhnya begitu kuat pada seni arsitektur Islam.

Maosoleoum nya di Sikandra memang dibangun begitu indah dengan torehan karya seni bagaikan sebuah istana, menjadikannya sebagai salah satu warisan arsitektur menawan di India hingga saat ini. Sangat wajar bila kemudian Abdur Rahim Osman, sang saudagar muslim di Kalkuta itu kemudian terinspirasi untuk membangun masjid di Kalkuta dengan menjiplak bangunan makam Sang Kaisar.

Masjid Nakhoda di latar belakang diantara kesibukan warga Kalkuta,

Meski dibangun dengan meniru bangunan Maosoleum tentu saja bagian dalam masjid Kalkuta ini tidak ada kuburannnya, karena memang dibangun sebagai masjid. Secara umum bangunan masjid Nakhoda sebagian besar memang menampilkan bentuk dari Maosoleum Kaisar Akbar termasuk warna merahnya yang tampak cerah dan meriah itu.

Bangunan dari dinasti Mughal dapat dikenali dari beberapa pernik khas diantaranya adalah bentuk kubah nya yang selalu berbentuk seperti bawang, terdapat begitu banyak menara, selalu saja terdapat balkoni dibagian bawah kubah menara, begitu banyak lengkungan digunakan pada pertemuan antar pilar serta bangunan yang tinggi besar dan bagian beranda yang dibuat begitu tinggi, biasa dikenal dengan nama Iwan.

Batuan alami yang digunakan untuk membangun Iwan (gapura) masjid nakhoda ini terbuat dari batu granit yang didatangkan langsung dari daerah Tolepur, sedangkan warna merah pada tembok dinding bangunan dari era Mughal ini kebanyakan karena memang menggunakan batu alam bewarna merah (red stone). Meskipun beberapa bagian Masjid Nakhoda ini menggunakan pewarna cat pada temboknya.

Sudut bangunan masjid Nakhoda yang bagian bawahnya digunakan sebagai pertokoan.

Masjid Nakhoda di Kalkuta ini tidak saja bangunannya yang begitu besar dan terdiri dari empat lantai namun juga ditambah lagi dengan area pelataran tengah yang tedapat diantara Iwan dan bangunan masjidnya. Ukiran ukiran rumit termasuk penggunaan Muqornas yakni ukiran pada bagian bawah lengkungan dan kubah yang berbentuk seperti stalaktit bertebaran di masjid ini.

Bangunannya dilengkapi dengan tiga kubah besar dan dua menara setinggi 151 kaki ditambah lagi dengan 25 bentuk menara yang lebih kecil berukuran antara 100 kaki hingga 117 kaki. Bangunan masjid ini akan tampak lebih indah lagi pada peringatan hari hari besar Islam karena dihias sedemikian rupa dengan aneka lampu lampu hias yang menarik.

Pertokoan di sekitar masjid ini menyediakan beraneka ragam dagangan khas muslim India dan salah satu yang menjadi pavorit wisatawan adalah Attar yakni minyak wangi alami yang disuling dari beraneka bunga. Kini, Masjid dengan mayoritas bewarna merah ini menjadi salah satu objek wisata menarik di Kalkuta, India, terlebih lagi dengan usianya yang cukup tua menjadikannya salah satu warisan budaya di kota pelabuhan terkemuka di India tersebut.***

Baca Juga

Masjid Taj Mahal
Masjid Jami Delhi
Masjid Jami’ Cheraman, Masjid Pertama di India

Sabtu, 05 Agustus 2017

Masjid Kaca Laban India

Masjid Kaca, Laban, Shilong, Meghalaya, India di malam hari

Sebenarnya majid ini bernama Masjid Madinah atau Madina Mosque namun karena bahan pembuatnya mayoritas menggunakan kaca maka lebih dikenal sebagai masjid kaca atau Glass Mosque, dan karena lokasinya yang berada di daerah Laban maka juga seringkali disebut dengan nama Laban Glass Mosque. Dan dikenal sebagai masjid kaca pertama di India, sekaligus menjadi masjid terbesar di wilayah India bagian timur. Masjid Kaca Meghalaya dikelola oleh Persatuan Muslim Shilong atau "Shillong Muslim Union”.

Meski disebut sebagai masjid kaca, tapi tenang saja brow-sanak, struktur masjid ini tetap saja menggunakan beton bertulang begitupun dengan pondasinya, seperti bangunan bertingkat pada umumnya. Hanya saja memang seluruh bahan kaca atau gelas digunakan secara menyeluruh menutupi bagian luarnya sehingga dari luar tampak benar benar seperti sebuah bangunan yang seluruhnya dari kaca, terutama di malam hari pada saat lampu lampunya dinyalakan, masjid ini tampak seperti sebuah lampion berukuran besar bewarna hijau.

Madina / Laban Glass Mosque
Laban, Shillong, Meghalaya 793004, India


Dimanakah lokasi Masjid Kaca Maghalaya

Laban adalah nama daerah di dalam Kota kota Shillong, dan kota Shilong merupakan ibukota negara bagian Meghalaya, India. Patut di ingat bahwa negara India merupakan negara Republik Federasi yang wilayah negaranya terdiri dari berbagai negara bagian, nah Meghalaya ini adalah salah satu negara bagian di India yang lokasinya berada di bagian timur, dan juga merupakan negara bagian dengan luas wilayah terkecil di India.

Negara bagian Meghalaya ini berada begitu jauh dari ibukota India – New Delhi- diantara kota New Delhi ke Shilong sebagai ibukota negara bagian Meghalaya ini terpaut jarak sekitar 1.965 Km dengan jarak tempuh penerbangan selama hampir delapan jam. Meghalaya ini bertetangga langsung dengan Republik Bangladesh yang berada di sebelah selatannya.

Masjid Simbol Persatuan

Tidak seperti tetangganya di Negara Bangladesh yang penduduknya mayoritas muslim, di negara bagian Megahalaya India ini, muslim merupakan kelompok minoritas meskipun India sendiri tercatat sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar ketiga di dunia setelah Indonesia dan Pakistan.

Masjid Kaca Laban di siang hari

Merujuk kepada Wikipedia dari total penduduk negara bagian Meghalaya sebesar 2,175,000 jiwa, hanya sekitar 4% saja dari jumlah itu yang beragama Islam. Seiring dengan fakta bahwa India tak pernah henti didera oleh pertikaian etnis dan agama, wajar bila kemudian menteri negara Meghalaya, Vincent H Pala mengatakan bahwa masjid kaca di Shillong ini dibangun sekaligus sebagai simbol persatuan ummat beragama disana.

Hal tersebut disampaikan oleh beliau mengingat bahwa pembangunan masjid ini juga di dukung penuh oleh ummat Hidu di negara bagian tersebut baik secara moril maupun materiil, termasuk para pekerja dan pelaksana pembangunan masjid ini begitu banyak yang merupakan penganut agama Hindu.

Pembangunan masjid Madina atau Laban Glass Mosque ini dimulai dengan peletakan batu pertama pada tanggal 2 November 2007 dan selesai secara keseluruhan pada tanggal 29 Agustus 2008, diresmikan dan dibuka 18 Oktober 2012 oleh Menteri negara untuk urusan minoritas di negara bagian Meghalaya, Vincent H Pala.

Selain sebagai tempat peribadatan, masjid ini juga dilengkapi dengan perpustakaan, tempat tinggal bagi anak anak yatim piatu dan institut agama Islam. Masjid ini juga dilengkapi dengan taman yang cukup luas dengan pepohonan rindang.

Interior Masjid Kaca Laban, India, biasa saja toh. 

Di bulan Juli 2015, Perpustakaan Masjid ini diberi nama “A.P.J Abdul Kalam Library” mengabadikan nama mendiang presiden India yang merupakan seorang muslim dan wafat pada 27 Juli 2015. Pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada beliau, juga diharapkan dapat menginspirasi kaum muda untuk mengikuti jejak keberhasilan beliau.

Pemberian nama itu dilaksanakan di hari pemakaman mendiang presiden Abdul Kalam yang dilaksanakan di kampung halamannya di Rameshwaram, negara bagian Tamil Nadu, pada tanggal 30 Juli 2015. disaat yang sama, muslim di kota Shilong termasuk ratusan Jemaah Masjid Madina ini, menyelenggarakan sholat ghaib bagi mendiang presiden Abdul Kalam.

Masjid Madina dibangun empat lantai setinggi 120 kaki dan lebar 61 kaki dan mampu menampung 8000 jemaah sekaligus. Rancang bangunnya mengadopsi bangunan masjid universal lengkap dengan kubah besar di atap masjid dan diapit empat menara menjulang di masing masing empat penjuru atapnya, Memberikan pemandangan yang teramat menarik dan tiada duanya di kawasan tersebut.

Masjid ini menyediakan tempat khusus untuk jemaah wanita, gedung tempat tinggal bagi yatim piatu yang diberi nama ‘gedung maherba’ serta gedung institute agama Islam yang diberi nama ‘markaz’. Masjid bewarna biru ini begitu antik, unik, dan bukan masjid biasa dan tentu saja menjadi daya pikat wisata baru disana. Beberapa laporan menyebutkan masjid ini juga telah berkembang menjadi pusat pembelajaran dan pusat spiritual Islam di kawasan tersebut.***

Minggu, 03 Juli 2016

Masjid Shah Hamadan Tertua di Kashmir

# Masjid di Atap Dunia

Masjid Shah Hamdan

Kashmir merupakan sebuah lembah di India dan Pakistan yang dikenal sebagai dunianya orang shaleh dan kaum sufi. Lembah di ketingggian Himalaya, hingga seringkali di sebut sebagai negeri atap dunia. Berbagai masjid yang berhubungan dengan tokoh sufi masih berdiri hingga kini di wilayah ini dan menjadi salah satu daya Tarik wisata tersendiri bagi para pelancong. salah satunya adalah Masjid Shah Hamdan di Srinagar yang dibangun di “petilasannya” Mir Sayyid Ali Hamadani.

Masjid Shah Hamadan atau lebih dikenal dengan nama Khanqah-e-Moula adalah sebuah masjid tua di Distrik Srinagar, Negara Bagian Jammu & Kashmir, India. Masjid ini merupakan masjid tertua di kawasan Kashmir India. Dibangun tahun 1395 oleh Sultan Sikander. Masjid ini beri nama Masjid Shah Hamadan sebagai bentuk penghormatan kepada Mir Sayyid Ali Hamadani atau Shah Hamdan yang merupakan tokoh sufi sekaligus penyebar Islam di Kashmir.

Shamswari,Srinagar,
Jammu and Kashmir 190001 India


Riwayat Pembangunan                                  

Masjid Shah Hamadan merupakan masjid pertama yang dibangun di Srinagar. Dulunya tempat tersebut merupakan kediaman Shah Hamdan di tepian sungai Jhelum, disana beliau melakukan aktivitas sehari hari termasuk sholat lima waktu, dan pusat penyebaran dan pengajaran Islam di daerah itu. Konon, batu pondasi tempat masjid ini berdiri dulunya dari bekas kuil yang pendetanya telah ber-Islam dan menjadi murid pertama Syah Hamdan di Kashmir.

Sejak pertama kali dibangun, masjid ini telah beberapa kali mengalami kerusakan lalu dibangunan kembali. Pada tahun 1480 masjid tersebut hancur akibat kebakaran, kemudian di restorasi oleh Sultan Hassan Shah. Kemudian tahun 1493 bangunan tersebut lagi lagi  hangus terbakar, bangunan nya kemudian dibangun ulang menjadi bangunan dua lantai. Namun lagi lagi hancur oleh kebakaran tahun 1791 yang kemudian dibangun ulang secara total dalam bentuknya saat ini oleh Abul Barkat Khan. Beberapa perbaikan setelah itu dilaksanakan sebagai akibat kebakaran di tahun 2012 menyusul kemudian kerusakan akibat gempa bumi dan banjir di tahun 2015.

Ditepian sungai Jhelum

Siapakah Shah Hamdan

Mir Syed Ali Hamadani (1314- 1384) atau Shah Hamdan atau Ameer-e-Kabir, adalah seorang ulama yang berasal dari daerah Hamadan, Persia (Iran) dan datang ke Kashmir di sekitar tahun 1372 untuk menyebarkan ajaran Islam. Cukup lama tinggal di Kashmir sebelum kemudian melanjutkan perjalanannya ke asia tengah melalui Ladakh di tahun 1381 dan membangun masjid pertama di Ladakh.

Selain Khanqah e Mu’alla di Srinagar beliau juga membangun masjid di Tral, Doru dan Shey (Ladakh) serta beberapa mushola di Sopore dan Pampore. Shah Hamdan kemungkinan wafat di Hazara (Pakistan) atau di Kafiristan. Namun demikian, diketahui bahwa makam tempat jenazah beliau dimakamkan berada di Khatlan (Tajikistan). Salah satu masjid peninggalan Shah Hamdan di wilayah Kashmir yang kini masuk ke dalam wilayah negara Pakistan adalah Masjid Chaqchan yang merupakan salah satu masjid tua yang berdiri di “negeri negeri atap dunia”.

Struktur kayu yang rumit
Shah Hamdan mengunjungi dan menetap di Kashmir dalam tiga periode, periode pertama adalah di masa kekuasaan Sultan Shihab-ud-Din tahun 774H/1372M. Setelah menetap sebentar beliau kemudian pergi berhaji ke Mekah. Kunjungan keduanya ke Kashmir tahun 781H/1379M dimasa kekuasaan Sultan Qutbu’d-Din. Kala itu beliau menetap sekitar dua setengah tahun lalu melanjutkan perjalanan ke Turkistan melalui Ladakh tahun 783H.

Kunjungan beliau ketiga kalinya ke Kashmir tahun 785H/1383M menetap di Kashmir sebentar lalu pindah dari sana karena masalah kesehatan dan menetap di Pakhli selama sepuluh hari atas permintaan dari penguasa setempat yang bernama Sultan Muhammad. Shah Hamdan Wafat tahun 786H di usia 73 tahun di kota Kanar, di dalam wilayah Pakhli. Namun jenazah beliau dibawa ke Khattalan (kini di Tajikistan) di makamkan disana pada tanggal 25 Jamadil Awwal, 787H (14 July 1385). Dakwah beliau di Kashmir kemudian dilanjutkan oleh putranya Mir Mohammad Hamadani.

Berjamaah

Tradisi Masjid Shah Hamdan

Di masjid ini ada satu tradisi tahunan untuk mengenang hari kematian almarhum Shah Hamdan. Ribuan Jemaah memadati masjid ini disetiap hari ke enam bulan Bulan terahir kalender Hijriah untuk menghormati Syed Ali Hamdani, Seperti acara “haul” di Indonesia. Sama seperti tempat tempat ibadah bernuansa sejarah di Indonesia, di masjid ini pun para Jemaah luar kota, ataupun pelancong akan bertemu dengan para peminta minta yang ramai disekitar masjid ini.

Warisan Rosulullah

Menurut kabar yang beredar di masjid ini tersimpan beberapa relik yang berhubungan dengan Nabi Muhammad s.a.w, diantaranya adalah bahwa di masjid ini tersimpan Bendera Rosulullah yang dipakai dalam beberapa pertempuran semasa hidup Rosulallah, serta sebatang tiang tenda Rosulullah. Di masjid ini juga masih disimpan tongkat Shah Hamdan.

Interior Masjid Shah Hamdan

Aristektural Masjid Shah Hamdan

Masjid Shah Hamdan tidak sekedar sebagai masjid tapi juga merupakan salah satu tujuan ziarah bag kaum sufi. Secara umum bangunan masjid ini dibangun berupa bangunan kubus dengan atap piramida lancip yang ditopang dengan beberapa pilar. hich represents the minaret. Dibangun dengan tipologi bangunan setempat dengan ukuran sekitar 23 meter di setiap sisinya dan berdiri di tempat yang tak biasa, berupa material batuan dari sebuah bangunan kuil yang sudah tak terpakai.

Dibangun berlantai dua dengan atap limas lancip bertumpang satu sama lain dengan ukuran yang berbeda di setiap tumpukannya. Bagian kayu penopang atap masjid ini kemudian di perindah dengan begitu padatnya ukiran ukiran indah. Bangunan lantai dasarnya memiliki beranda ber-arkade ganda kecuali pada bagian pintu utamanya. Bagian lantai dua dibangun dengan balkoni ber-arkade yang menjorok keluar di ke-empat sisi struktur utama bangunan.

Arkade beranda dan balkoninya dengan beberapa pilar kecil dari kayu berukir dan kolom kolom bundar tidak saja menjadi penopang struktur atapnya tapi juga cukup impresif dengan ukurannya yang mencapai 16 meter membuat masjid ini terlihat menjulang. Atap piramida di lantai duanya di buat terbuka sebagai tempat bagi muazin mengumandangkan azan di berikan atap berbentuk piramida.

Terpana

Sejarawan menyebut masjid ini meskipun kecil namun sangat menarik, selain sebagai masjid pertama di Srinagar, mengingat atap masjid ini memiliki kemiripan dengan bagian atap kuil yang bertebaran di Kashmir hingga ke Nepal. Angka tahun 1384M/786H terukir di atas bagian pintu masuk sebagai peringatan tahun  wafatnya Shah Hamdan.

Dinding ruang sholat masjid ini dibuat dari panel panel kayu dengan sedikit sentuhan batuan. Beberapa ornamen bertuliskan lafadz Allah di ukir di lempengan ke-emasan menghias bagian dalam masjid. Di tengah ruang sholat berdiri empat batang pilar besar dari kayu setinggi 7 meter dalam konfigurasi segi empat yang menopang lubang angin di atasnya. Di hias dengan lukisan dari kayu yang di tata membentuk seperti tulang ikan pada batangan pilar sedangkan dasar pilar diukir berbentuk bunga teratai.

Diantara ribuan merpati

Pengaruh Shah Hamdan Bagi Kashmir

Shah Hamdan memiliki peran begitu besar dalam tradisi dan budaya Kashmir. Beliau yang berasal dari Iran, telah membawa agama dan tradisi Islam Persia ke wilayah Kashmir dan sekitarnya. Termasuk juga seni bina bangunan, ukiran, pahatan, lukisan dan sebagainya yang kemudian berbaur dengan tradisi dan budaya Kashmir yang kala itu masih menganut Hindu dan Budha, sehingga menghasilkan tradisi dan budaya Islam Kashmir yang unik. terlihat dari bangunan masjid Shah Hamdan atau Khanqah-e-Moula ini.

Bangunan masjid dari kayu dengan beragam fitur artistik bernilai tinggi yang menjadi keindahan dari pahatan ukiran serta lainnya di masjid ini. Interiornya kaya dengan ukiran dan lukisan tangan dengan corak aneka warna dalam dominasi warna hijau dan kuning serta ditambah dengan lampu gantung antik dan tua memberikan nuansa kejayaan masa lalu yang teramat kental dengan pengaruh budaya Persia. Wajar bila kemudian seniman Muhammad Iqbal Menyebut Kashmir sebagai ‘The Little Persia”. Sedangkan Unesco menyebut Shah Hamdan sebagai tokoh pembentuk tradisi dan budaya Kashmir.***

----------------------

Baca Juga Artikel Masjid di Atap Dunia Lainnya


Jumat, 02 Desember 2011

Masjid Taj Mahal – India

Masjid Taj Mahal atau dalam bahasa setempat disebut Jawab masjid, terletak di sebelah barat Maosoleum Taj Mahal.

Siapa yang tidak kenal dengan Taj Mahal? di buku buku atlas dunia untuk sekolah sekolah di tanah air masih mencantumkan 7 keajaiban dunia yang salah satunya adalah Taj Mahal di Agra – India. Bangunan megah ini merupakan warisan Sultan Shah Jahan dari dinasti Islam Mughal sebagai bentuk cintanya yang begitu mendalam kepada istinya tercinta Mumtaz Mahal.

Taj Mahal dibangun pada tahun 1631-1648. Tapi jangan sampai terkecoh dengan bentuknya yang seperti masjid. Taj Mahal bukanlah sebuah masjid, tapi sebuah mausoleum alias bangunan makam. Ya bangunan makam untuk almarhum Mumtaz Mahal istri dari Shah Jehan.

Taj Mahal merupakan sebuah komplek yang begitu luas terdiri dari bangunan Taj Mahal, sebuah istana peristirahatan (Jawab) kesultanan Mughal disebelah timur, dan sebuah masjid Megah di sebelah barat. Komplek ini juga dilengkapi dengan pelataran dan taman yang begitu indah. 

Dari seberang sungai Yamuna, Masjid Taj Mahal ada disebelah kanan (sebelah barat) dari bangunan Maosoleum Taj Mahal.

Ketiga bangunan itu dibangun secara simetris di lokasi yang bersebelahan satu dengan yang lain nya. Bangunan Masjid dan bangunan istana peristirahatan di komplek Taj Mahal merupakan dua bangunan kembar yang sangat identik satu sama lain. Sangat sulit membedakan kedua bangunan ini dari luar.

Memang cukup menarik untuk mencermati dan menikmati masjid masjid peninggalan dinasti Mughal. Masjid yang penuh dengan keindahan, karya seni yang tinggi, dibangun dalam sebuah ketelitian yang luar biasa dan menjadi warisan mahakarya seni Islam yang patut dibanggakan dari era ke-emasan Islam di anak benua India.

Lokasi Masjid Taj Mahal

Komplek Maosoleum Taj Mahal , Agra, Uttar Pradesh, India


Letak masjid ini yang berada di sebelah barat bangunan mausoleum Taj Mahal tentu saja untuk menghindari sholat menghadap ke makam yang dilarang oleh ajaran Islam. Jemaah yang sholat di masjid Taj Mahal tentu saja akan membelakangi Maosoleum Taj Mahal Yang terdapat makam di dalamnya. Masjid Taj Mahal dibangun dalam perpaduan seni gabungan khas dinasti Mughal, Persia dan arsitektural Islam. Komplek Taj Mahal ini berada di tepian sungai Yamuna sehingga banyak pelancong yang menikmati dan meng-abadikan komplek bangunan ini dari seberang sungai yang menampilkan keindahan tersendiri dengan pantulan bentuk bangunannya di permukaan air sungai Yamuna.

Sejarah masjid Taj Mahal

Masjid Taj Mahal dibangun tahun 1632-1652. Sebuah mega proyek pada zamannya dengan mempekerjakan ribuan pekerja bangunan dan pekerja seni menangani pembuatan kaligrafi ayat ayat suci Al-Qur’an, Asma Allah hingga ukiran ornamen ornamen islami yang menghias hampir keseluruhan bangunan masjid ini. Masjid Taj mahal dirancang oleh Isa Muhammed yang memegang peranan penting dalam keseluruhan rancang bangun masjid ini.

Tiga kubah berlapis pualam putih menghias atap masjid ini, batu pasir merah digunakan menutup hampir keseluruhan bangunan. sama hal nya dengan bangunan masjid warisan Mughal lainnya.


Pembanangunan masjid ini hampir bersamaan dengan pembangunan Maosoleum Taj Mahal. Ratu Mumtaz Mahal wafat pada tahun 1631, jenazahnya sempat sementara waktu dimakamkan di areal sekitar sisi barat tembok Taj Mahal yang kini ditandai dengan batu pualam yang sedikit ditinggikan seukuran makam, dan di tahun 1631 itu pula kompleks Taj Mahal ini mulai dibangun, baru kemudian setelah keseluruhan bangunan Taj Mahal selesai di tahun 1648 jenazahnya dipindahkan ke dalam Taj Mahal.

Pada tahun 1983 Masjid Taj Mahal masuk dalam situs warisan sejarah dunia Unesco, terkenal dengan sebutan sebagai  ‘permata seni islam di India, dan salah satu mahakarya universal warisan dunia”.

Jem'aah sholat  hari raya di pelataran Masjid Taj Mahal membelakangi Maosoleum Taj Mahal.

Arsitektural Masjid Taj Mahal

Seperti masjid masjid dari dinasti Mughal yang sudah di ulas dalam artikel artikel terdahulu, masjid Taj Mahal juga dibangun menggunakan batu pasir merah.  Dilengkapi dengan empat menara segi delapan di empat penjurunya, tiga kubah yang sangat mewah, masjid Taj Mahal berukuran 64m x 27m dan berdiri dengan anggun di lokasinya, tidak menampilkan sebuah bangunan yang kekar perkasa. Tampilan luar masjid ini terdiri dari sebuah gerbang yang begitu dominan biasa disebut dengan iwan.

Setiap sisi Iwan dilengkapi dengan dua lengkungan yang lebih kecil berlapis diantara empat tiang kecil. Disisi atas lengkungan diperindah dengan ukiran halus lapisan batu pualam sedangkan pola kotak kotak pada masjid ini dihias dengan rancangan floral alami.

Dibagian atap masjid menyempurnakan keindahan masjid ini terdapat 3 kubah berlapis pualam putih, orang Indonesia biasa menyebutnya sebagai kubah bawang. Di puncak tiga kubah ini dihias dengan ornamen seperti kuntum bunga teratai terbalik yang sangat unik. Kubah di masjid ini sama dengan kubah kubah masjid di Masjid Jami Delhi, merupakan kubah sempurna dengan sisi bawahnya berupa silender seperti drum. Di keempat penjuru atap masjid dihias dengan menara kecil berbalkoni dan dilapis dengan batu pualam halus.

Jemaah sholat hari raya di pelataran Masjid Taj Mahal.

Rancangan lantai masjid dibentuk dengan jelas tiruan dari bentuk sajadah dari bahan batu pualam yang sudah digosok permukaan nya hingga sangat halus dan mengkilap ada sekitar 539 bentuk tiruan sajadah dari batu pualam di lantai dalam masjid ini. Struktur di dalam dan diluar masjid ini benar benar serupa dengan istana peristirahatan (jawab) yang lokasinya berada di sisi timur Taj Mahal, akan sangat sulit membedakan antara kedua bangunan ini. Bila dilihat dari kejauhan dua bangunan yang mengapit Taj mahal ini seakan akan merupakan refleksi dari satu dan lainnya.

Namun hal yang menjadi pembeda interior masjid ini dengan istana peristirahatan tersebut adalah adanya muhrab dan mimbar di dalam masjid ini. di dinding sisi melingkar mihrab masjid Taj Mahal dihias dengan kaligrafi Al-qur’an dari surah ke 91, As-Syams. 

Mihrab dan mimbar di dalam masjid Taj mahal dengan beberapa orang jemaah sedang beribadah.

Di sisi kanan mihrab berdiri mimbar masjid yang juga terbuat dari batu pualam halus. Di pojok atas mihrab dihias dengan kaligrafi berbentuk lingkaran yang mengambil surah 112 (surah Al-Ikhlas) sedangkan di sisi lain Mihrab dihias dengan kaligrafi nama Rosulullah.

Tujuan Wisata Utama di India

Taj Mahal sudah sekian lama menjadi ikon nya India. tak lengkap ke India bila belum ke Taj Mahal, dan tak lengkap bila ke Taj Mahal tapi tidak mampir sholat di masjidnya yang hanya sepelemparan batu jaraknya dari Maosoleum Taj Mahal. Sepanjang tahun tempat ini dibanjiri oleh turis manca Negara maupun turis lokal India. menjadikannya sebagai salah satu pundi pundi penghasilan devisa Negara dari sektor pariwisata India. [Updated 23 Mei 2023]***

Selasa, 29 November 2011

Masjid Jami Delhi - India

Pemandangan lumarah di bulan Romadhon di Masjid Jami Delhi.

Masjid Jami Delhi atau Masjid-i Jahān-Numā atau lebih dikenal dalam artikel berbahasa inggris dengan sebutan the Jama Masjid of Delhi adalah masjid Jami di kota Delhi Tua, India.  Disebut Delhi tua karena kawasan ini memang kawasan kota Delhi Tua.  Masjid Jami Delhi merupakan salah satu bangunan fenomenal warisan dari Sultan Shah Jehan, Sultan dari Kesultanan Mughal yang terkenal dengan bangunan wujud cintanya terhadap sang permaisuri di kota Agra, Taj Mahal. Masjid Jami Delhi dibangun tahun 1644 – 1658M. lokasinya berada di kawasan paling sibuk di pusat kota Delhi Tua di kawasan chawri bazaar road, Masjid Jami Delhi merupakan masjid terbesar di India.

Lokasi Masjid Jami Delhi

Meena Bazar, Daryaganj, Chandni Chowk,
New Delhi, Delhi 110006, India. 09810700211


Masjid Jami Delhi berada di atas bukit di sebelah timur kawasan bekas ibukota dinasti mughal di era Shah Jahan, kawasan yang bernama Shahjahanbad. Nama ‘jami’ yang disandang masjid ini tentu saja karena fungsinya yang juga menyelenggarakan sholat Jum’at selain sholat wajib lima waktu. Masjid ini juga menyimpan beberapa benda kuno yang disimpan di dalam ruang khusus di gerbang utara diantaranya adalah lembaran Al-Qur’an kuno yang ditulis di kulit rusa, beberapa helai jenggot Rosulollah, Sendal serta cetak tapak kaki beliau.

Sejarah Masjid Jami Delhi – India

Masjid Jami Delhi dibangun oleh Sultan Shah Jahan yang merupakan Sultan ke lima dari dinasti Islam Mughal. Kesultanan Mughal meninggalkan begitu banyak warisan masjid masjid megah bersejarah termasuk masjid Badshahi dan Masjid Wazir Khan di Lahore - Pakistan yang sudah di ulas dalam artikel terdahulu. Peletakan batu pertama pembangunan masjid ini dilakukan sendiri Oleh Sultan Shah Jahan.

Wilayah kekuasaan dinasti Islam Mughal begitu luas meliputi keseluruhan wilayah anak benua India yang kini menjadi wilayah India, Pakistan dan Bangladesh hingga ke wilayah Afganistan. Sebuah kesultanan yang begitu besar pada masanya, Itu sebabnya warisan budaya Mughal tersebar melintasi wilayah Negara Negara tersebut. Selain membangun Masjid Jami Delhi, Shah Jehan juga membangun beberapa masjid penting di India termasuk masjid Jami di Agra, Ajmer dan Lahore. Denah masjid Jami Delhi ini sangat mirip dengan Masjid Jami di Fatehfur Sikri di dekat kota Agra namun Masjid Jami Delhi memiliki ukuran lebih besar. Delhi Red Fort  (Benteng Merah Delhi) yang berseberangan dengan masjid ini juga merupakan peninggalan dari Sultan Shah Jehan.

Foto lawas Aerial view Masjid Jami' Delhi.

Pembangunan Masjid Jami Delhi dimulai pada hari Jum’at tanggal 19 Oktober 1650 bertepatan dengan tanggal 10 Syawal 1060H. Melibatkan setidaknya 5000 orang pekerja selama tujun tahun. Pembangunan masjid ini saat itu menghabiskan dana sebesar 10 Lakh (1 juta rupee). Keseluruhan proses pembangunan masjid ini selesai pada tahun 1656M / 1066H. Masjid Jami’ Delhi ini juga menjadi masjid terahir yang dibangun oleh Sultan Shah Jahan sebelum turun tahta digantikan oleh putranya Aurangzeb yang kemudian membangun Masjid Badshahi di kota Lahore (kini menjadi bagian dari Republik Islam Pakistan).

Pembangunan masjid ini mendapat perhatian khusus dari Sultan dengan mengutus Perdana menterinya Saadullah Khan untuk mengawasi langsung proses pembangunan masjid ini. Ada dua hal yang benar benar menjadi perhatian Sultan adalah pembuatan kaligrafi Al-Qur’an yang menghias masjid ini dan pembuatan mimbar di mihrab, mimbar masjid Jami harus lebih tinggi dari Singgasana Sultan yang terletak di Red Fort.

Sejarah Masjid Jami’ Delhi tidak bisa dilepaskan dari Sejarah para imamnya. Imam pertama masjid ini, Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari merupakan tokoh pilihan yang diminta secara khusus oleh Shah Jehan kepada Sultan Bukhara (kini masuk wilayah Uzbekistan) untuk menempati posisi terhormat sebagai imam kerajaan di masjid Jami’ Delhi. Khusus untuk Jabatan Imam bagi Masjid Jami yang kala itu tiada tandingannya, Shah Jahan menginginkan seorang tokoh dengan kepribadian yang juga tiada tanding. Pilihan beliau jatuh pada wilayah Kesultanan Bukhara yang kala itu merupakan pusat ilmu pengatahuan dan seni. Shah Jahan kemudian berkirim surat kepada sultan Bukhara memohon untuk dikirimkan seorang Imam untuk masjid Jami Delhi.

Masjid Jami Delhi dengan tiga gerbang, gerbang utamanya menghadap ke timur.

Imam yang di inginkan Sultan haruslah keturunan Rosulullah baik dari garis ayah maupun ibunya, memiliki pengetahuan Islam yang tinggi, berintegritas dan berkualitas tinggi. Menyambut permintaan Sultan Shah Jahan, Sultan Bukhara kemudian mengutus Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari ke Shahjahanabad (Delhi), dan sultan Bukhara juga dengan penuh hormat memfasilitasi keberangkatan Shah Bukhari bersama keluarganya ke Delhi. Sesampainya di Delhi Shah Bukhari disambut dengan upacara penyambutan dari Sultan Shah Jahan. kedatangan beliau di Delhi bertepatan dengan selesainya keseluruhan proses pembangunan Masjid Jami’ Delhi. 


Pada tanggal 24 Juli 1656M / 1 Syawal 1066H Shah Jahan bersama seluruh menteri beserta rombongan bersama ummat Islam Delhi menyelenggarakan sholat berjamaah untuk pertama kali dimasjid ini, sholat Idul Fitri 1066H langsung di imami oleh Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari. Setelah itu Sultan Shah Jahan memasangkan Jubah kebesaran kepada Shah Bukhari dan mengumumkan pengangkatannya sebagai Imamat-e-Uzma dengan gelar Shahi Imam. Sejak saat itu jabatan imam masjid Jami’ Delhi dipegang oleh Shah Bukhari dan dilanjutkan oleh keturunannya dari generasi ke generasi.

Di tembok sebelah dalam ruang utama masjid ini terukir sejarah pembangunan masjid ini. disebutkan disana arsitek masjid ini bernama Ustad Khalil. Disebutkan juga bahwa Shah Jehan mengundang Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari langsung dari Bukhara untuk hadir dalam peresmian masjid ini di tanggal 23 Juli 1656M, dan kemudian menjadi Imam Shahi pertama di masjid Jami’ Delhi.

Fitur yang tidak akan kita temukan di masjid masjid modern. Dekka   tempat   khusus   untuk   Muatlawi (imam kedua)  yang mengulangi bacaan imam agar terdengar  oleh  jemaah  yang berada di shaf belakang.


Sebagai masjid kerajaan, Imam Masjid Jami Delhi pun menyandang predikat sebagai imam kerajaan (Shahi Imam). Imam masjid Jami’ Delhi memiliki kehormatan tersendiri Karena seluruh Sultan setelah Shah Jahan di nobatkan di masjid ini oleh Shahi Imam Masjid Jami’ Delhi. Dimulai dari penobatan Sultan Aurangzeb putra Shah Jehan, dilakukan di masjid Jami’ Delhi oleh Shahi Imam pertama Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari. Tradisi tersebut berlangsung hingga ke Shahi Imam ke delapan, Mir Ahmad Ali Shah Bukhari pada hari Ahad 30 September 1837 bertepatan dengan 9 Jumadil Tsani 1253H, ketika menobatkan Sultan Mughal terahir, Sultan Bahadur Shah Zafar.

Arsitektural Masjid Jami Delhi

Masjid Jami Delhi dilengkapi dengan 3 gerbang besar di masing masing sisi timur, utara dan selatan, dulunya gerbang timur masjid ini merupakan gerbang paling utama karena menjadi gerbang masuk dan keluarnya keluarga kerajaan Mughal. Kini gerbang timur hanya dibuka di hari Jum’at. Dua menara setinggi masing masing 41 meter, lima lantai dan salah satu lantainya dilengkapi dengan balkoni. Menara masjid ini diperindah dengan lapisan batu merah dan batu pualam putih. sedangkan di bagian belakang masjid masih terdapat lagi 4 menara kecil sama seperti di bagian depan. Delapan menara kecil dan dua menara tinggi masjid ini semuanya dibangun dalam arsitektural khas Mughal.

Ke tiga gerbang utama masjid ini membawa pengunjung ke pelataran tengah masjid (inner courtyard). Sebuah halaman terbuka berukuran 1200 meter persegi mampu menampung sekitar 100 ribu jemaah. Di pelataran ini juga terdapat kolam penampungan air yang merupakan kolam untuk berwudhu. Di sebelah depan (sebelah barat) kolam ini dibangun sebuah tempat yang sedikit ditinggikan dari permukaan lantai sekitarnya yang disebut Dikka, tempat ini disediakan bagi seorang muatllawi (imam kedua) yang mengulang bacaan yang di baca oleh imam, mengingat masjid ini begitu besar hingga tidak semua bacaan imam terdengar oleh jemaah yang berada di belakang.

Jemaah sholat hari raya di Masjid Jami' Delhi.

Bangunan utama masjid ini di lengkapi dengan tiga kubah besar berlapis batu pualam putih. Tiga kubah ini benar benar dibangun dalam bentuk kubah bawang utuh. Dasar kubahnya berupa bentuk silindris menyerupai drum. Kubah seperti ini yang kemudian menginspirasi arsitektur masjid masjid di penjuru dunia yang dibangun sesudahnya. Masjid Badshahi yang fenomenal di Lahore itu pun di bangun dengan ispirasi dari Masjid ini.

Bangunan utama masjid Jami Delhi ada di sisi barat komplek bangunan ini. Terdapat delapan pintu masuk berlengkung dan dinding sisi dalam masjid ditutup dengan pualam putih hingga setinggi pinggang orang dewasa. Melewati pintu masuk ini terdapat ruang sholat utama berbentuk persegi panjang berukuran 61m x 27.5m dengan sebelas lengkungan.

Ruang sisi barat masjid ini memiliki pilar pilar besar yang keseluruhannya di ukir dengan ukiran dengan pengaruh seni tradisional Hindu dan Jain. Pintu masuk di sisi timur masjid ini akan mengantar jamaah ke ruang lain tempat Maosoleum Sultan Ahmad Shah berada. Di pagi hari sisi timur masjid ini digunakan sebagai pasar burung beserta pakannya. Pada awalnya ada gedung madrasah di sisi selatan masjid ini namun sudah diruntuhkan paska perang kemerdekaan India tahun 1857.

Pelataran Masjid Jami' Delhi.

Masjid yang begitu luas dan besar ini tampak terlalu sempit di dua sholat hari raya ketika jemaah membludak dan meluber dari kawasan masjid hingga ke atap yang tak semestinya digunakan untuk tempat sholat. Tradisi Ramadhan juga hingar bingar di masjid ini, kesibukan tampak jelas mewarnai sebulan penuh pengurus masjid ini untuk menyediakan makanan berbuka puasa bagi jemaah masjid. Sebuah tradisi yang sudah bertahan ratusan tahun secara turun temurun.

Masjid Jami Delhi dibangun diatas pondasi yang ditinggikan dari tanah disekitanya kira kira mencapai 1.5 meter. Dari teras masjid menuju ke bagian dalam masjid dilengkapi dengan 3 anak tangga baik dari sisi timur utara dan selatan. Lantai masjid ini yang dilapis dengan batu pualam dengan ornamen bergaris menyerupai sajadah masing masing berukuran 95 x 45 cm, memudahkan jamaah meluruskan shaf sholat. Setidaknya ada 899 ornamen yang sama di lantai dalam masjid. Bila dilihat dari belakang masjid ini terlihat berdiri kokoh diatas tumpukan batu pondasinya. Landasan tempat masjid ini berdiri sejatinya juga adalah sebuah bukit berbatu. Lokasi nya yang memang berada di atas bukit ditambah bangunannya yang cukup tinggi menjadikan masjid ini dapat terlihat dari berbagai sudut kota Delhi tua.

Insiden Serangan Teroris di Masjid Jami’ Delhi

Polisi di Masjid Jami Delhi.
Tanggal 14 April 2006 sebuah ledakan bom mengguncang Masjid Jami Delhi. Ledakan pertama terjadi pada pukul 17:26 disusul ledakan kedua pada pukul 17:33. Meski tidak menimbulkan kerusakan pada bangunan masjid namun dua ledakan tersebut menciderai setidaknya13 jemaah. Ketika itu tengah berlangsung sholat Jum’at di masjid ini yang merupakan sholat Jum’at pertama setelah peringatan maulid nabi. Jemaah yang hadir di hari Jum’at itu mencapai 1000 orang. 

Dua ledakan tersebut bukan insiden satu satunya yang terjadi di masjid ini. 15 September 2010 terjadi insiden penembakan terhadap turis asal Taiwan yang sedang berkunjung ke masjid ini. Pria bersenjata menggunakan sepeda motor melepaskan tembakan ke arah bis wisatawan Taiwan yang sedang di parkir di dekat gerbang-3 masjid Jami Delhi.

Imam Imam Masjid Jami’ Delhi

1) Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari Shahi Imam
2) Syed Abdul Shakoor Shah Bukhari Shahi Imam
3) Syed Abdul Raheem Shah Bukhari Shahi Imam
4) Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari Thani Shahi Imam
5) Syed Abdul Rehman Shah Bukhari Shahi Imam
6) Syed Abdul Kareem Shah Bukhari Shahi Imam
7) Syed Mir Jeewan Shah Bukhari Shahi Imam
8) Syed Mir Ahmed Ali Shah Bukhari Shahi Imam
9) Syed Mohammed Shah Bukhari Shahi Imam
10) Maulana Syed Ahmed Bukhari Shahi Imam
11) Maulana Syed Hameed Bukhari Shahi Imam
12) Syed Abdullah Bukhari
13) Syed Ahmed Bukari***

[updated 23 Mei 2023]