Tampilkan postingan dengan label islam di kaukasus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label islam di kaukasus. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 November 2017

Masjid Juma Derbent Tertua di Rusia

Masjid Juma Derbent di Republik Dagestan, merupakan masjid tertua di Rusia

Masjid Juma Derbent | Derbent Juma Mosque | Derbentskaya Dzhuma Mechet' | Дербентская Джума Мечеть adalah masjid tua di kota Derbent di wilayah otonomi Republik Dagestan, Federasi Rusia. Masjid Derbent juga merupakan masjid tertua di wilayah Dagestan sekaligus tertua di wilayah pegunungan kaukasus utara dan Rusia. Pertama kali dibangun tahun 733 (115 Hijriah) pada saat kota Derbent berada di bawah kekuasaan Islam.

Selain masjid Juma, kota Derbent juga memiliki beberapa masjid masjid tua lainnya seperti Masjid Kyrhlyar dari abad ke 17, Masjid Bala dan Masjid Chertebe yang dibangun di abad ke 18, termasuk juga bangunan madrasah yang berasal dari abad ke 15.

Masjid Juma terletak di tengah tengah wilayah kota lama Derbent, yang telah menjadi ikon dari arsitektur kota kuno ini. Di dalam komplek masjid ini juga terdapat bangunan madrasah dan beberapa rumah rumah tua yang dulunya merupakan rumah para ulama tinggal.

Derbentskaya Dzhuma Mechet' | Дербентская Джума Мечеть
7 магал, д. 10, Derbent, Dagestan Republits, Rusia, 368600
djumamechet.ru
+7 872 404-63-68


Tentang Kota Derbent

Derbent adalah salah satu kota tertua di wilayah Republik Dagestan, Rusia. Kota yang memiliki sejarah panjang Islam di pegunungan Kaukasus. Sejarah panjang kota Derbent berkaitan dengan misi Islam yang berhasil menaklukkan Iran pada abad ke-7 masehi.

Derbent merupakan kota terbesar kedua di Republik Dagestan, lokasi kota ini berada di tepian laut Kaspia dan berbatasan langsung dengan republic Azerbaijan disebelah selatan. wilayah kota ini merupakan gerbang antara laut Kaspia dengan pegunungan Kaukasus menjadikan kota ini sebagai laluan selama berabad abad.

Kota Derbent juga disebut sebut sebagai kota tertua di Rusia berdasarkan temuan temuan terdokumentasi dari abad ke 8 sebelum masehi. Dan karena lokasi strategisnya sejarah kota ini penuh dengan pergantian kekuasaan diantara Persia, Arab, Mongol, Timurid, Shirvan dan kerajaan kerajaan Iran dan berahir di tangan Rusia melalui perjanjian Gulistan  antara Iran dan Rusia di tahun 1813.

Pelataran depan masjid Juma Derbent, pohon pohon di depan masjid ini konon bahkan lebih tua dari bangunan masjidnya sendiri karena sudah tumbuh dan berdiri disana sejak masa areal ini masih berupa kuil pemujaan dimasa pra Islam.

Sejarah Masjid Juma Derbent

Kekuatan Islam dimasa khulafaurrasyidin berhasil menguasai kota Derbent di tahun 654 dibawah komando Arab military leader Maslama Ibn Abd-al-Malik dan menyebut kota ini sebagai Bab al-Abwab seiring dengan keberhasil pasukan islam menaklukkan seluruh wilayah Persia.

Segera setelah itu, kota Derbent berubah menjadi kota penting di wilayah tersebut dan agama Islam mulai berkembang dikota ini dan wilayah sekitarnya. Dari sini wilayah Islam meluas hingga ke wilayah Kaukasus timur laut termasuk Turki, Azerbaijan dan Rusia.

Pada tahun 733, tujuh masjid dibangun di wilayah ini. Salah satunya adalah Masjid Juma, masjid tertua yang hingga saat ini masih berdiri kokoh. Masjid Juma yang dibangun pada 115 Hijriah atau 733-734 masehi dan merupakan masjid terbesar dan berfungsi sebagai masjid utama sekaligus merupakan bangunan terbesar di wilayah tersebut pada saat itu.

Bangunannya yang kokoh dan besar dan banyak ruangan, membuat masjid ini sempat di ubah menjadi penjara di masa Uni Soviet berkuasa.

Bangunan masjid ini berukuran panjang 68 m (timur – barat) dan lebar 28 m (utara-selatan) sedangkan tinggi kubah utamanya mencapai 17 m. dilengkapi dengan gedung madrasah dan bangunan bangunan rumah tempat tinggal para ulama di sekitar masjid.

Khalifah Harun Ar-Rasyid dari Dinasti Abasiyah (763-809) pernah tinggal di Derbent dan menjadikan kota ini memiliki reputasi yang sangat disegani sebagai pusat budaya dan perdagagangan. merujuk kepada sejarawan arab saat itu penduduk kota ini melampaui 50 ribu jiwa dan merupakan kota terbesar di Kaukasus di abad ke 9 masehi.

Kekuasaan khalifah Islam bertahan di wilayah ini hingga lebih dari dua abad dan mulai melemah di penghujung abad ke 9. Kota Derbent menjadi pusat kekuasaan Ke-Emiran yang kemudian kekuasaan atas wilayah ini silih berganti sampai ahirnya menjadi wilayah Rusia di tahun 1813.

Mihrab dan mimbar masjid juma derbent

Masjid Juma Derben pernah mengalami restorasi ditahun 1368-1369 untuk memulihkan kondisinya akibat kerusakan karena gempa bumi oleh Baku Tazhuddin. kemudian perluasan dilaksanakan dan perbaikan keseluruhan komplek masjid ini pernah dilaksanakan tahun 1815.

Hingga 1300 tahun setelah berdirinya masyarakat masih bisa menikmati struktur asli dari masjid ini. sayangnya, perubahan politik menjadi sejarah kelam fungsi masjid sebagai tempat ibadah, pada tahun 1930 ketika Uni Soviet (USSR) menguasai wilayah ini.

Pemerintah Soviet yang komunis menjalankan kampanye anti agama. Pada tahun 1938, polisi rahasia Soviet (NKVD) menanggalkan semua atribut keislaman di Masjid Juma dan menjadikan masjid sebagai penjara kota hingga tahun 1943.

Salah satu ruang diantara lorong lorong di dalam masjid juma Derbent

Namun, pada 1943 pemerintah Soviet mulai membuat keputusan lunak, dengan mengembalikan masjid tersebut kepada ummat Islam dan membolehkan umat Islam menjadikan kembali Masjid Juma sebagaimana mestinya.

Saat ini, Masjid Djuma tetap berdiri dengan arsitektur aslinya dengan taman dan pohon rindang di lokasi masjid. Empat pohon besar berada disamping bangunan bermenara dan kubah ini. Jasa Masjid ini luar biasa besar dalam melahirkan ulama-ulama muslim yang mendakwahkan Islam ke wilayah Rusia dan Kaukasia.

Restorasi

Keseluruhan komplek masjid ini beserta kawasan kota tua derbent telah direstorasi oleh pemerintah federal Rusia di tahun 2015 yang lalu. restorasi terhadap masjid tertua di Kaukasus utara ini selesai pada tanggal 15 Juli 2015. Proses restorasi tesebut dilakukan untuk memulihkan kondisi masjid ini dan bangunan disekitarnya dengan tetap menjada ke asliannya. proyek restorasi tersebut dilakukan dalam rangkaian peringatan hari jadi kota Derbent yang ke 2000 tahun.

Tempat wudhu nya yang unik

Tidak hanya Komplek Masjid Juma Derbent yang di restorasi namun termasuk juga benteng Naryn-Kala dan kawasan disekitarnya termasuk jaringan jalan raya tua di sekitarnya sepanjang sekitar 20 Km. Restorasi tersebut melibatkan para ahli dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia (Russian Academy of Sciences) para arkeolog serta sejarawan terkemuka.

Pemerintah Rusia menganggarkan 616.3 juta rubles dari anggaran belanja federal untuk proses restorasi kawasan bersejarah ini, dengan tujuan utamanya tentu saja adalah untuk mengkonservasi bangunan bangunan dan pendukungnya yang telah menjadi cagar budaya nasional Rusia.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Sabtu, 14 Oktober 2017

Masjid Mukhtarov Vladikavkaz

Masjid Mukhtarov berdiri di pusat kota Vladikavkaz di tepian sungai Terek dan berlatar belakang punggung pegungungan Kaukasus, memberikan pemandangan yang menawan.

Pada saat tulisan ini di Upload Masjid Mukhtarov ini tepat berusia 109 tahun sejak masjid ini diresmikan pada tanggal 14 Oktober 1908. Masjid Mukhtarov adalah masjid bersejarah di tepian sungai Terek di pusat kota Vladikavkaz.

Peresmian masjid ini dilaksanakan pada tanggal 14 Oktober 1908, pembangunannya menghabiskan dana sebesar ro ribu rubel Rusia dan semuanya ditanggung oleh Murtuza Mukhtarov seorang milioner ternama dari kota Baku, Azerbaijan. Proses pembangunanya telah dimulai sejak tahun 1900.

Vladikavkaz Central Mosque | Мечеть Мухтарова
ul. Kotsoyeva, 62, Vladikavkaz
Resp. Severnaya Osetiya-Alaniya, Rusia, 362008


Sebagai Tanda Cinta

Murtuza Mukhtarov membangun masjid ini sebagai bentuk rasa cinta Muslim Azerbaizan kepada Muslim Osetia, secara pribadi Murtuza Mukhtarov sendiri memutuskan untuk membangun masjid di kota itu, kota yang telah mempertemukan dengan wanita pujaannya yang dikemudian hari menjadi istrinya.

Murtuza-aga Mukhtarov menikah dengan Lisa Tuganova, putri dari Jenderal Hamby Tuganova dan pesta pernikahannya dilaksanakan di Vladikavkaz. Setelah menikah beliau membotong istrinya tinggal di kota Baku, Azerbaizan.

Arsitek Józef Plośko yang dipercaya membangun masjid ini merancangnya terinspirasi dari masjid Al-Azhar dan gaya masjid masjid di Kairo, Mesir. Józef Plośko juga yang mengarsiteki Istana Mukhtarov di kota Baku, Azerbaijan.

Masjid Mukhtarov dari seberang Sungai Terek

Masjid Mukhtarov sangat terkenal karena lokasinya yang menjadikan posisi masjid memiliki background nya yang dramatis dengan jejeran pegunungan Kaukasus di latar belakangnya dengan bentang alam dan aliran air sungai Terek disebelahnya.

Masjid ini merupakan masjid bagi muslim suni di kota tersebut termasuk bagi komunitas muslim Ingushetia yang tinggal di Vladikavkaz sebelum kemudian mereka terusir dari kota tersebut dan dari wilayah Ossetia Utara di tahun 1990-an.

Dimasa kedudukan Uni Soviet masjid ini sempat dialihfungsikan sebagai Musium Adat dan baru di tahun 1996 bangunan masjid ini dikembalikan lagi kepada Lembaga Spiritual Muslim Osetia Utara dan beberapa kali telah mengalami restorasi, untuk memulihkan kondisinya termasuk akibat kerusakan parah oleh ledakan bom di tahun 1996.

Sisi depan Masjid Mukhtarov

Restorasi pertama setelah serah terima, dilaksanakan pada tahun 1997, kemudian di tahun 2006 dan 2008. Masjid Mukhtarov ini telah dimasukkan ke dalam daftar bangunan bersejarah yang dilindungi sejak tahun 1934.

Beberapa penulis setempat menumpahkan rasa kecewa mereka yang merasa terganggu dengan pembangunan gedung berlantai 12 di belakang masjid ini yang mereka sebut sebagai sesuatu yang telah merusak pemandangan keindahan latar belakang masjid ini yang langsung berpanorama pegunungan Kaukasus.

Apa dan Dimanakah Vladikavkaz

Vladikavkaz adalah kota terbesar sekaligus ibukota dari Republik Ossetia Utara-Alania yang merupakan bagian dari Federasi Russia. Letaknya berada di barat daya wilayah Ossetia Utara di kaki pegunungan Kaukasus, kota ini dilalui oleh Sungai Terek, dihuni oleh sekitar 300 ribu jiwa.

Di musim salju yang membeku

Kota Vladikavkaz pertama kali dibangun tahun 1784 sebagai benteng pertahanan selama penaklukan oleh Russia ke wilayah Kaukasus dan cukup lama menjadi pangkalan militer utama Russia untuk kawasan Kaukasus. Kota ini kemudian berkembang menjadi pusat peleburan logam, pemurnian minyak hingga bahan kimia dan industri manufaktur.

Nama kota ini sempat beberapa kali berganti nama, tahun 1931-1944 dan tahun 1954-1990 baik orang Rusia maupun orang Ossetia menyebutnya Ordzhonikidze (Орджоники́дзе) diambil dari nama Sergo Ordzhonikidze, tokoh gerakan Bolshevik Georgia.

Sempat berganti nama menjadi Dzaudzhikau (Дзауджика́у) dalam bahada Russia dan Dzæwdžyqæw (Дзæуджыхъæу) dalam bahasa Ossetia. Sedangkan nama Vladikavkaz adalah nama kota ini dalam bahasa Russia yang digunakan kembali di tahun 1990 beberapa saat sebelum keruntuhan Uni Soviet sedangkan dalam bahasa Ossetia nya kembali menjadi Dzæwdžyqæw.

Vladikavkaz sempat mengalami pahit getir kancah perang sipil Russia maupun perang dunia kedua. Bulan Februari 1919 kota ini sempat diserbu oleh pasukan General Anton Denikin yang merupakan tokoh anti komunis Ossetia namun berhasil dikalahkan pasukan merah di bulan maret 1920.

Interior Masjid Mukhtarov

Di bulan November 1942 Vladikavkaz kembali menjadi ajang perang tatkala Nazi Jerman menyerbu kota ini namun lagi lagi digagalkan oleh pasukan merah. Kerusakan parah melanda kota ini saat menjadi target pengeboman dalam perang sipil di tahun 1999, 2008 dan 2010.

Bahkan walikota Vitaly Karayev tewas ditembak oleh penembak tak dikenal pada tanggal 26 November 2008. Begitupun dengan penggantinya, walikota Kazbek Pagiyev 31 December 2008, juga mengalami nasib tragis yang sama, terbunuh oleh penembak tak dikenal.

Etnik dan Agama

Penduduk kota Vladikavkaz terdiri dari beberapa kelompok etnis, Etnis Ossetia merupakan etnis terbesar di kota ini ( (59.51%) disusul oleh etnis rusia (27.59%), Etnis Armenia (3.89%) dan Etnis Georgia (2.32%). Islam menjadi agama terbesar kedua yang di anut penduduk kota ini setelah penganut agama Kristen Ortodok.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Minggu, 10 Juli 2016

Masjid Nur- Astana, Kazakhstan

PRESIDEN DAN IBUKOTA. Masjid Nur Astana, merupakan masjid terbesar kedua di Kazakhstan setelah masjid Hasrat Sultan yang juga berada di Astana. Nur adalah nama depan presiden Nursultan Nazarbayev. dan Astana adalah nama kota baru yang dibangun Presiden Nursultan sebagai Ibukota Negara. Paduan dua nama yang cukup selaras.

Astana yang dimaksud disini adalah Kota Astana yang merupakan ibukota Republik Kazakhstan. Dalam Bahasa Kazakh Astana berarti “Ibukota”, sesuai dengan status nya sebagai ibukota negara. Astana merupakan kawasan kota baru yang sengaja di buka dan dikembangkan oleh Presiden Nursultan Nazarbayev Sebagai Ibukota baru Republik Kazakhstan menggantikan kota Almaty. secara resmi ibukota negara Kazakhstan pindah ke Astana di tahun 1998. Di pilihnya nama Astana bagi nama Ibukota negara dengan pertimbangan bahwa kata “Astana” mudah di ucapkan dalam berbagai Bahasa dunia.

Merujuk kepada data dari Spiritual Division of Moslems of Kazakhstan (SDMK), 9 juta jiwa atau setara dengan 67% dari penduduk Kazakhstan adalah pemeluk agama Islam yang tergabung dalam 2337 komunitas Islam. 2334 merupakan komunitas muslim Suni sedangkan 3 komunitas lainnya merupakan komunitas Syi’ah.

GLAMOR dengan kubah berlapis emas di jantung kota Astana

Sejak merdeka sebagai sebuah negara independen lepas dari Uni Soviet, perkembangan Islam di negara ini demikian pesat seiring dengan pencapaian tingkat ekonominya yang menjadikan Kazakhstan sebagai negara paling makmur di kawasan Asia Tengah. Islam di Kazakhstan dibawah kendali Spiritual Division of Moslems of Kazakhstan (SDMK), lembaga ini yang menjadi induk organisasi Islam di Negara tersebut.

Lima belas tahun sejak merdeka sudah lebih dari seribu masjid dibangun di seluruh Kazakhstan termasuk di di kota Almaty, Aktau, Aktobe, Karaganda, Pavlodar, Satpayev dan berbagai daerah lainnya di negara tersebut. Termasuk Masjid Nur Astana yang dibangun atas kerjasama pemerintah Kazakhstan dengan Pemerintah Qatar. Pemerintah Kazakhstan memang cukup agresif menjalin kerjasama dengan berbagai negara Islam termasuk Qatar, Turki, Mesir dan Saudi Arabia dalam upaya memajukan Islam disana.

INTERIOR MEWAH masjid Nur Astana

Nur Astana Terbesar kedua di Asia Tengah

Masjid Nur Astana, berada di tepian sungai di kota Astana, Ibukota Kazakhstan, disebut sebut sebagai masjid terbesar tidak saja di Kazakstan tapi juga terbesar kedua di kawasan Asia tengah, dengan luas keseluruhan mencapai 4000 m2 mampu menampung hingga 5000 jemaah termasuk area pelatarannya. Mulai dibangun 22 Maret 2005 dan diresmikan tahun 2008 dan pengelolaannya dilakukan oleh Spiritual Association of Muslims of Kazakhstan.

Masjid megah ini dibangun dengan menggunakan batu granit dan beton dan tak tanggung tanggung untuk kubah utamanya bahkan dilapis dengan emas, hingga kemilaunya benar benar tampak dibawah sorotan sinar matahari. Empat menaranya berdiri menjulang masing masing setinggi 63 meter (207 ft), Kubah utamanya di topang dengan delapan pilar berukuran besar yang di hias begitu indah termasuk dengan ukiran ukiran kaligrafi Al-Qur’an. Bagian lantai duanya dikhususkan untuk jemaah wanita. Landscape masjid ini ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan harmoni dengan kawasan elit di pusat kota Astana diantara bangunan supermodern di kota itu.

Alamat Masjid Nur Astana
Kabanbay-batyr Avenue, 36
Astana - Kazakhstan
Coordinates:   51°7'36"N   71°24'56"E


Simbolisasi

Masjid Nur Astana dibangun setinggi 40 meter menyimbolkan usia Nabi Muhammad s.a.w saat pertama kali menerima wahyu dari Allah swt, sedangkan tinggi masing masing empat menaranya yang setinggi 63 meter menyimbolkan usia nabi Muhammad s.a.w saat beliau wafat. Di masjid ini juga disimpan bagian dari kiswah (kain penutup Ka’bah), disebut sebut juga menyimpan bagian batu dari Ka’bah dan Kitab Suci Al-Qur’an dari Saudi Arabia. Pembangunan masjid ini sendiri merupakan hadiah dari pemerintah Qatar sesuai dengan kesepakatan antara presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev dan Emir Qatar, Hamad bin Khalifa.***

-------------------------

Baca Juga

Sabtu, 09 Juli 2016

Masjid Agung Almaty, Kazakhstan

Kota Apel. Almaty secara harfiah berarti "kota pohon apel" atau "Kota Apel". Masjid terbesar di Kazakhstan dan merupakan masjid utama pada saat Kazakhstan masih ber-ibukota di Almaty. Kota yang indah dengan pemandangan berlatar belakang pegunungan Kaukasus.

Masjid Agung Kota Apel

Almaty adalah ibukota tua Kazakhstan sebelum kemudian dipindahkan ke Astana di tahun 1998. Almaty menjadi ibukota sejak masa Soviet, di mulai pada tahun 1927 setelah sebelumnya pusat pemerintahan berada di kota Kyzyl-orda. Almaty dalam bahasa Kazakh secara harfiah berarti “kota pohon apel”. Satu kota dengan berbagai nama sesuai dengan zamannya, di masa Kekaisaran Rusia (1867 - 1921) kota ini disebut kota Vierny dan di masa Uni Soviet (1921 - 1993) di sebut kota Alma Ata (Bapak nya Apel), dan di masa kemerdekaan menjadi Kota Almaty. Merupakan kota terbesar di Kazakhstan meskipun tak lagi menyandang gelar sebagai ibukota negara. 9% atau sekitar 1,3 juta penduduk Kazakhstan tinggal di kota ini.

Disebut kota pohon apel atau kadang kadang bahkan disebut dengan Apple City, merujuk pada kondisi dimana kota ini disebut sebut sebagai tempat bermulanya pohon apel. Pohon apel merupakan tumbuhan liar di kota ini, tumbuh dimanapun di penjuru kota. Para peneliti menduga pohon apel yang kini tersebar di berbagai penjuru dunia berawal dari kota ini. itu sebabnya hingga kini begitu banyak peneliti yang berdatangan ke kota ini dengan ketertarikan pada pohon apel yang tumbuh liar disana.

Алматы қаласының Орталық Мешiті / The Almaty Central Mosque
ул. Пушкина, 16 (уг.ул. Маметовой), Алматы / Pushkin St,Almaty,Kazakstan



Almaty menjadi Ibukota Kazakstan semasa menjadi bagian dari Uni Soviet antara tahun 1929 hingga tahun 1991. Ketika merdeka pun Kazakhstan masih mempertahankan Almaty sebagai ibukota sampai kemudian dipindahkan ke Astana di tahun 1998. Hingga kini Almaty masih merupakan kota komersial terbesar di Kazakhstan. Kota tua yang berada di ketinggian pegunungan di sebelah selatan Kazakhstan, tak jauh dari perbatasan negara dengan Republik Kyrgystan. Hingga kadangkala Amaty juga disebut sebagai ibukota Kazakhstan di selatan.

Almaty berada di jalur sutra yang populer di abad ke 10 hingga abad ke 14 masehi. Pada masa itu Almaty merupakan salah satu pusat perniagaan, kerajinan dan pertanian serta membuat uang koin resmi di masanya. Kota Almaty muncul pertama kali dalam sejarah tertulis sebagai Almatu di dalam buku dari abad ke 13 masehi.

Tampak Depan. Gerbang besar segi empat tempat pintu masuk utama berada itu biasa disebut Iwan. Masjid Agung Al-maty dibangun dengan empat menara di masing masing sudut bangunan ditambah dengan satu menara utama yang paling tinggi. Di bagian atapnya ada satu kubah Utama ditambah dengan empat kubah yang lebih kecil yang disusun berjejer dari arah iwan hingga ke kubah utama. 

Industrialisasi Kota Almaty mulai terjadi di tahun 1941 ketika pemerintah Uni Soviet melakukan pemindahan masal pabrik pabarik dan pekerja mereka dari wilayah soviet di Eropa ke Kazakhsatan, khusunya ke kota Almaty, menandai perubahan besar besaran wajah kota ini menjadi salah satu kota industri terbesar di seluruh wilayah Uni Soviet. Di masa perang dunia kedua Almaty malah berkembang pesat dengan dipindahkannya berbagai industri dari Moscow ke Almaty termasuk industri militer.

Nama Almaty bagi kota ini secara resmi digunakan pada tahun 1993 menggantikan nama lama Alma Ata yang merupakan nama warisan dari Uni Soviet. Di tahun 1997 ibukota negara Kazakhstan dipindahkan ke Astana berdasarkan dekrit presiden Nursultan Nazarbayev dan pada tanggal 1 Juli 1998 kota Almaty secara resmi menyandang predikat baru dengan status khusus sebagai kota pusat Ilmu pengetahuan, Budaya, Sejarah, Finansial dan Industri.

Masjid Agung Almaty

Central Mosque of Almaty yang kini berdiri megah adalah bangunan masjid yang resmi dibuka pada bulan Juli tahun 1999 dilokasi yang sama dengan masjid sebelumnya yang sudah berdiri sejak tahun 1890. Masjid megah ini merupakan salah satu masjid terbesar di kawasan Asia Tengah dengan daya tampung mencapai 3000 jemaah sekaligus. Pada saat diresmikan Masjid Agung Almaty merupakan masjid terbesar di Kazakhsatan.

INTERIOR Masjid Agung Al-Maty, Megah dan tampak kokoh. Bangunan yang tinggi, dinding tebal, Mihrab penuh dengan ornamen dan Mimbar kayu yang tinggi sangat khas Turki. 

Bangunannya di hias dengan batu pualam lokal diperindah dengan beragam keramik warna warni serta seni mozaik kaca patri yang begitu indah. Motif motif hias di masjid ini menggunakan motif motif tradisional Kazakhstan. Kubah utama masjid ini dibangun setinggi 36 meter dengan diameter 20 meter, bentuk kubah biru toska masjid ini mirip dengan kubah masjid St Petersburg di Rusia. Empat menara mengapir bangunan utama masjid ditambah dengan menara tunggal terpisah yang paling tinggi dengan ketinggian 47 meter.

Bangunan utamanya berdenah segi empat dengan akses masuk melewati iwan menuju ke pekarangan tengah hingga masuk ke masjid yang seluruhnya dibangun di atas pondasi yang ditinggikan dari permukaan tanah disekitarnya.

Pembangunan masjid ini ditangani oleh dua orang arsitek Kazakhstan Baimagambetov dan Sharpiyev, dan selesai tahun 1999. Di tahun 2000, perubahan dilakukan pada bagian kubah masjid dengan mengganti bentuk awalnya yang bewarna emas di ubah dengan bentuk kubah yang khas seperti kubah masjid St. Peterburg, serta ditambahkan Kaligrafi Al-Qur’an oleh Master Kaligrafer dari Turki.

Susasana tarawih dan malam |Ramadhan di masjid Agung Al-Maty

Masjid Agung Almaty merupakan salah satu contoh dari bangunan masjid bergaya Arsitektur Timurid yang ditandai dengan dengan banyaknya pengaruh Arsitektur Persia dengan denah rancangan axial symetry sebagai karakteristik dasar dari struktur bangunan ala Timurid.

Pintu utama masjid ini diletakkan di sebuah iwan yakni sebuah beranda berbentuk gerbang besar berlapis batu pualam dibentuk berupa ceruk tempat dimana pintu utama diletakkan. Sisi depan Iwan dihias dengan dengan kaligrafi Al-Qur’an bewarna purtih diatas warna dasar biru lembut. Disebelah kiri luar pintu masuk dilettakkan lima jam dinding yang masing masing menunjukkan lima waktu sholat wajib.

Dibagian bawah masing masing jam dinding tertulis nama masing masing waktu sholat lima waktu meski semuanya dalam aksara Rusia, namun dibagian paling bawah tertera alamat situ internet masjid ini www.meshet.kz yang jelas menunjukkan statusnya sebagai masjid negara. www. Daun pintu masjid dibuat dari kayu dan dihias dengan ukiran berpola geometris yang sangat rapi bewarna tembaga.

MELAWAN DINGIN. Jemaah sholat di masjid agung Al-Maty yang melakukan sholat di jalan raya harus berjibaku melawan dinginnya salju saat sholat berjamaah.

Masuk ke dalam masjid ini jemaah akan menjumpai ruang besar memanjang menuju ruang sholat utama yang berdenah oktagonal. Hamparan karpet bewarna merah dan hijau mint menutup semua permukaan lantai. Bangunan masjid ini dirancang berlantai dua dengan tipikal bangunan rusia yang megah dan kokoh berbalut batuan pualam alami, berdinding tebal dengan jendea kaca patri motiv warna warni nyaris tanpa bukaan untuk menjaga suhu ruang. Sisi mihrabnya dihias dengan ukiran kayu yang sangat apik demikian juga dengan bebeberapa sudut di dalam ruang masjid ini.

Kota Almaty dan kazakhstan merupakan wilayah empat musim, manakala musim dingin tiba, lapisan salju menyelimuti seluruh kota, muslim disini harus berjibaku melawan dingin untuk menunaikan sholat berjamaah di masjid. Sederet rekaman photo menunjukkan muslim Kazakhstan yang tak kebagian tempat untuk sholat berjamaah di dalam masjid berjuang menahan dingin melaksanakan sholat di atas hamparan salju di luar masjid. Kita yang tinggal di Indonesia dan kawasan yang tak jauh dari garis khatulistiwa memanglah sangat beruntung dengan iklim yang ramah sepanjang tahun. Pantaslah bila para penyair menyebut negeri kita sebagai tanah sorga, negeri impian bagi orang orang Eropa yang sabanhari berkhayal akan indahnya tinggal di sebuah negeri dengan ribuan pulau tropis yang menawan.***

-------------------------

Baca Juga

Masjid Bibi Heybat Baku – Azerbaijan

Islam di Kazakhstan

Muslim Kazakhstan dalam kesibukan menyiapkan domba di hari raya Idul Adha di pekarangan masjid Agung Al-Maty.

Tentang Kazakhstan

Republik Kazakhstan adalah sebuah negara pecahan Uni Soviet yang memproklamirkan kemerdekaannya pada 16 Desember 1991. Secara geografis Kazakhstan berada di kawasan Asia Tengah, wilayahnya terkunci di daratan tanpa akses sama sekali ke lautan. Luas Kazakhstan mencapai 2,724,900 Km2, bahkan lebih luas dari luas gabungan seluruh negara Eropa Barat. Dengan luasnya itu menjadikan negara ini sebagai Negara daratan tanpa lautan dengan wilayah terluas di dunia, sekaligus menjadi negara bekas wilayah Soviet terluas kedua setelah Rusia, dan negara terluas ke 9 di dunia.

Kazakhstan juga merupakan negara lintas benua, sebagian besar wilayahnya masuk dalam kawasan Asia bagian Tengah dan sebagian kecil lainnya masuk kawasan Eropa bagian Timur, sehingga memiliki keuntungan geografis dan secara geopolitik layak diperhitungkan. Wilayahnya yang terbentang dari barisan Pegunungan Altai di timur, hingga Laut Kaspia  di barat. Kazakhstan sering disebut dengan “Virgin Lands” karena beberapa wilayahnya yang belum tersentuh sama sekali. Sebagian besar wilayahnya berbatasan langsung dengan Rusia, terutama di sebelah utara dan barat. Di sebelah timur, berbatasan dengan Provinsi Xinjiang, Tiongkok, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Uzbekistan, Turkmenistan, dan Kirgistan.


Kazakhstan, Al-Farabi & Boikonur

Kazakhstan merupakan tanah kelahiran Al-Farabi (870-950), Ahli filsafat Islam dimasa kekuasaan dinasti Abasiyah, beliau berasal dari Farab dan bernama asli Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi' dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir. ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, ia juga dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik.

Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles, karena kemampuannya dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat. Dia adalah filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu. Pemerintah Kazakhstan memberikan penghormatan kepada Al-Farabi dengan mengabadikan lukisan dirinya di lembaran uang kertas Kazakhstan.

Baikonur adalah sebuah kota di Kazakhstan bagian selatan. Terkenal di dunia internasional dengan kosmodrom-nya atau pusat peluncuran pesawat luar angkasa yang sudah ada sejak masa Uni Soviet. Pesawat luar angkas Uni Soviet, Sputnik, yang melegenda karena keberhasilannya mendarat di bulan, diluncurkan dari tempat ini. Kini Kosmodrom Baikonur di operasikan oleh Pemerintah Rusia dengan status sewa lahan kepada pemerintah Kazakhstan hingga tahun 2050 dengan nilai sewa mencapai US$115,000,000 per tahun. Aidyn Aimbetov adalah astronot Kazakhstan pertama yang meluncur ke angkasa luar dari Kosmodrom Boikonur di tahun 2015.

Al-Farabi di mata uang kertas kazakhstan, Tenge (KZT)

Sejarah Singkat Kazakhstan

Wilayah yang kini menjadi Republik Kazakhstan dalam sejarahnya pada awalnya dihuni oleh suku suku yang hidup nomaden. Selama berabad abad wilayah ini dipengaruhi begitu kuat oleh Turki dan Mongol, pernah juga menjadi bagian dari wilayah dinasti Abasiyah. Di abad ke 13 Gengis Khan dari Mongolia mencaplok wilayah tersebut dan menjadikannya sebagai bagian dari Kekaisaran Mongolia. Wajar bila kini secara genetik Kazakhstan merupakan perpaduan antara etnis Turki dan Mongol.

Kekuasaan Rusia mulai masuk ke wilayah itu di abad ke 18 hingga pertengahan abad ke 19 sampai ahirnya seluruh wilayah tersebut masuk ke dalam kekuasaan Kekaisaran Rusia. Seiring dengan terjadinya revousia Rusia tahun 1917 dan serangkaian perang sipil, wilayah Kazakhstan kemudian menjadi bagian dari Uni Soviet dengan nama Kazakh Soviet Sosialis Republic. Dan ketika Emperium Uni Soviet runtuh di tahun 1991, Kazakhstan menjadi negara terahir yang memproklamirkan kemerdekaan nya lepas dari Uni Soviet.

Kazakhstan pada mulanya beribukota di Almaty hingga tahun 1998 atau tujuh tahun setelah merdeka dari Uni Soviet, ibukota negaranya dipindahkan ke Astana yang merupakan kota baru yang sengaja dibangun sebagai ibukota pemerintahan negara. Hingga kini Astana menjadi kota terbesar ke dua di negara tersebut setelah Almaty.

Agama di Kazakhstan

Jumlah penduduk Kazakhstan sekitar 15.753.460 jiwa, Etnik terbesar Kazakstan merupakan keturunan dari kabilah Turki dan Mongol. Komposisi pemeluk agama di Kazakhstan yaitu 70,2 persen Muslim; 26,6 persen Kristen; 0,1 persen Budha; 0,2 Yahudi dan 2,8 persen Atheis. Sementara 0.5 persen tidak menjawab, kemungkinan Kristen dari campuran Rusia atau Eropa.

Masjid Agung Al-Maty 

Paling Makmur di Asia Tengah

Titik penting Kazakhstan bisa dilihat dari sosok negara ini yang dahulunya tak dikenal karena terpencil di wilayah Asia Tengah, kini menjelma menjadi sebuah negara dengan kekuatan minyak dunia. Ketika masih bergabung dengan Uni Soviet, Kazakhstan hanya dikenal karena masakan khasnya berupa hasil olahan daging kuda. Namun kini, Kazakhstan berubah menjadi negara paling makmur di antara negara-negara Asia Tengah. Dengan cadangan minyak sebesar 29 miliar barel, menjadikan negara ini sebagai pemilik cadangan minyak terbesar di luar kawasan Timur Tengah.

Cadangan tersebut diperkirakan berlipat ganda pada dasawarsa berikutnya, sehingga mendatangkan pebisnis-pebisnis dari luar negeri. Chevron dan Exxon Mobil dari Amerika Serikat, Total dari Perancis, Gazprom dan Lukoil dari Rusia, serta Chinese National Petroleum Company dari Republik Rakyat Tiongkok sudah mengantri untuk mengeksploitasi minyak. Ladang minyak yang dia buka di Tengiz dan Kazhagan banyak menghasilkan keuntungan bagi Kazakhstan. Tiongkok bahkan merancang jalur pipa sepanjang 1.000 km untuk mengalirkan minyak dari Atasu di Kazakhstan ke Daerah Otonomi Xinjiang di Tiongkok.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat melakukan kunjungan kenegaraan ke Kazakhstan

Hubungan Indonesia dan Kazakhstan

Pemerintah Republik Indonesia telah menjalin hubungan diplomatik dengan Republik Kazakhstan sejak 2 Juni 1993. Pembukaan hubungan diplomatik secara resmi tersebut merupakan titik awal hubungan kerja sama kedua negara, setelah sebelumnya Indonesia memberikan pengakuannya bagi proklamasi kemerdekaan negara Republik Kazakhstan, pada 16 Desember 1991. Indonesia telah menempatkan kantor Kedutaan besar Republik Indonesia di kota Astana. Duta Besar Republik Indonesia yang berkedudukan di Astana sekaligus merangkap sebagai duta besar dan berkuasa penuh Republik Indonesia untuk Republik Tajikistan. Kunjungan tingkat kepala negara pernah dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Kazakhstan di Bulan September 2013.

Indonesia dan Kazakhstan memiliki banyak kesamaan, berupa sumber daya alam melimpah, yang membuat keduanya dapat memperoleh pendapatan negara yang signifikan. Mayoritas penduduk kedua negara memeluk agama Islam, dengan keanekaragaman budaya yang melimpah dan dapat hidup berdampingan secara harmonis, serta sama-sama memiliki komitmen di bidang penegakan hak asasi manusia, supremasi hukum dan demokrasi.

Islam di Kazakhstan

Islam mulai masuk ke Kazakhstan di abad ke-8 saat bangsa Arab mulai masuk ke Kazakhstan dan memperkenalkan Islam. Bangsa Arab menguasai Transoxania (Mavarannahr) di bagian selatan Kazakhstan, terletak antara sungai Syr-dar’ya dan Amu-dar’ya dan secara bertahap berkembang hingga wilayah utara. Dinasti Abbasiyah yang berkuasa di Irak menguasai wilayah Kazakhstan hingga abad ke-12. Islamisasi pertama kali terjadi pada masa ini, dimana penduduk Kazakhstan saat itu masih banyak menganut Zoroaster (penyembah api), Kristen, Budha dan pagan masih banyak dianut oleh penduduk Kazakhstan. Namun proses Islamisasi ini berakhir ketika Mongol menguasai Kazakhstan pada tahun 1220-an.

Tradisi Islam. Pakaian tradisional Kazakhstan di abadikan dalam salah satu prangko resmi Kazakhstan. Dari pakaiannya terlihat tradisi Islam memang sudah mengakar dalam tradisi dan budaya Kazakhstan, sejak berabad abad yang lalu.

Gelombang kedua Islamisasi terjadi pada abad ke-18 dan 19, ketika Islam mendominasi di bidang politik saat Kazakhstan berada di bawah kekuasaan Tsar Rusia. Kekaisaran Rusia memberi ruang bagi perkembangan Islam dimasa Kazakhstan berada dibawah kendali Kazan Khanate. Gerakan nasionalisme sempat muncul di tahun 1917 digaungkan oleh kelompok nasionalis sekuler yang dikenal dengan Horde of Alash (nama legendaris bagi bangsa Kazakhs) dan mereka berhasil mewujudkannya, namun hanya berlangsung selama dua tahun (1918-1920).

Pemerintahan ini akhirnya dilindas oleh Uni Soviet, dan Kazakhstan akhirnya dijadikan salah satu republik otonom di lingkungan Uni Soviet. Berkuasanya Uni Soviet di Kazakhstan sekligus juga menghentikan perkembangan Islam periode kedua di wilayah tersebut. Seiring dengan runtuhnya Tsar Rusia dan berganti dengan rezim Uni Soviet yang berhaluan Komunis memberangus Nasionalisme dan Islamisasi di Kazakhstan.

Runtuhnya Uni Soviet

Mikhail S. Gorbachev naik sebagai penguasa Soviet pada tahun 1985-1991 dia menunjuk Gennady Kolbin sebagai penguasa di Kazakhstan, menggantikan Dinmukhamed Kunayev yang dianggap oleh pemerintah Moscow melakukan KKN. Namun kepemimpinan Kolbin tak disukai oleh warga Kazakhstan. Pada akhirnya kedudukan Kolbin digantikan oleh Nursultan Nazarbayev, seorang insinyur, pada tahun 1989.

Masjid Agung Oktobe di kota Oktober, Kazakhstan

Ketika Gorbachev mendeklarasikan perestroika, dan diikuti oleh kemerdekaan negara-negara di bawah payung Uni Soviet, pada tahun 1990, maka pada bulan Maret 1990, Kazakhstan mengadakan pemilu multipartai, dan Nursultan Nazarbayev memenangkan pemilu tersebut. Akhirnya pada tanggal 16 Agustus 1991, Kazakhstan menyatakan kemerdekaannya, dan melepaskan diri dari cengkeraman Uni Soviet, Nursultan A. Nazarbayev terpilih sebagai presiden pertama di era merdeka.

Kemerdekaan negara itu memberikan ruang kepada Islam untuk kembali berkembang di Kazakhstan. Islam tumbuh dengan cepat antara tahun 1990-1995. Pembangunan masjid baru maupun menghidupkan masjid yang terbengkelai ketika komunis Soviet berkuasa dilakukan hampir seluruh kota di seluruh Kazakhstan. Hingga tahun 1991 saja, sudah 170 masjid yang dibuka di negara ini, dan lebih setengahnya adalah masjid masjid baru, dan diperkirakan komunitas Islam saat itu sudah mencapai 230 organisasi yang aktif berdakwah. Edisi al-Qur’an terjemahan pertama dalam bahasa Kazakhs yang didasarkan pada alfabet Cyrillic diterbitkan di Almaty pada tahun 1992.

Perguruan tinggi Islam banyak didirikan, terutama untuk mengkaji literatur-literatur Arab. Dengan ghirah Islam seperti itu, banyak negara-negara Islam yang bersimpati dan akhirnya memberikan bantuan dana demi tegaknya Islam di Kazakhstan, antara lain berasal dari Turki, Mesir dan Saudi Arabia. Mereka memberikan donasi sebesar US $ 10 juta untuk membangun Pusat Kebudayaan Islam (Islamic Cultural Center) di Almaty, dan peletakan batu pertama dilakukan oleh Nursultan Nazarbayev, Presiden Kazakhstan pada tahun 1993.

Masjid Agung Nur Astana di Astana, Ibukota Kazakhstan

Islam dan Negara

Di tahun 1990 Nulsultan Nazarbayev yang berstatus sebagai Sekjen Partai Komunis Kazakhstan di era Soviet, mendirikan lembaga Islam negara yang lepas dari Otoritas Lembaga Islam Asia Tengah bentukan Uni Soviet yang berfungsi sebagai lembaga induk seluruh organisasi Islam di kawasan Asia Tengah. Nazarbayev kemudian membentuk lembaga Islam sendiri (Mufti) bagi muslim Kazakhstan. Pemisahan diri dari lembaga Mufti Asia Tengah tersebut justru menandai dengan tegas pemisahan agama (Islam) dari Negara.

Konstitusi Kazakhstan tahun 1993 dengan jelas melarang parta politik berbasis agama. Disusul kemudian dengan konstitusi tahun 1995 dengan tegas melarang organisasi apapun yang berlabel suku bangsa tertentu baik secara politik ataupun agama, serta memberikan pengawasan yang ketat terhadap lembaga keagamaan negara luar yang beroperasi di Kazakhstan. Konstitusi 1995 tersebut secara tegas menjadikan negara itu sebagai negara sekuler, Sekaligus menjadikan Kazakhstan sebagai satu satunya negara Asia Tengah yang tidak memberikan status khusus apapun kepada Islam dalam konstitusinya, meskipun negara tersebut menjadi bagian dari Organisasi Konfrensi Islam (OKI).

Kazakhstan menjadi sebuah negara berpenduduk mayoritas muslim namun memproklamirkan diri sebagai negara sekuler. Akan tetapi di sisi lain tetap mempertahankan identitas ke-Islaman-nya. Nursultan Nazarbayev berusaha memainkan peran sebagai penghubung dunia Islam di timur dengan dunia Kristen di barat, menjalin hubungan erat dengan negara negara Islam dan dunia barat namun tetap berupaya mendapatkan dukungan dari Rusia, sebagai contoh nyata adalah ketika di tahun 1994 beliau berkunjung ke ke kota suci Mekah, namun di tahun yang sama beliau juga melakukan kunjungan kenegaraan ke Paus Paulus II di Vatikan.***

-----------------

Baca Juga

Masjid Baiken Dibangun di Bekas Tempat Judi 
Masjid Heydar Baku – Azerbaijan