Tampilkan postingan dengan label masjid di cyprus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label masjid di cyprus. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 November 2016

Masjid Selimiye Nicosia Cyprus Utara

Masjid Selimiye atau Selimiye Camii / Τέμενος Σελιμιγιέ di Cyprus Utara

Masjid Selimiye di merupakan masjid tua di kota Nicosia pada bagian kota yang masuk ke dalam wilayah Negara Republik Turki Cyprus Utara (Turkish Republic of Northern Cyprus). Masjid ini merupakan masjid utama di Republik Turki Cyprus Utara. Bangunan ini memang sudah berumur sangat tua dan menjadi salah satu bangunan cagar budaya di negara tersebut. Sebelumnya Masjid ini merupakan sebuah Katedral Katholik Roma yang di bangun di atas bekas Gereja Ortodok yang lebih kecil.

Katedral St. Shopia

Di lokasi tempat masjid Selimiye ini berdiri pada awalnya merupakan sebuah Gereja Ortodok bernama Gereja St Shopia, yang dibangun tahun 1193 dengan ukuran lebih kecil dari bangunan yang sekarang, pembangunan gereja tersebut merupakan bagian dari penobatan King Amaury yang dilaksanakan pada tahun 1197. Sisa sisa reruntuhan bangunan gereja ini ditemukan tahun 1979 di sisi selatan bangunan masjid Selimiye.

Masjid Selimiye
Selimiye Sk, Lefkoşa
selimiyemosque.org


Di tahun 1209 di masa kekuasaan Dinasti Lusignan, King Henry I, di lokasi gereja tersebut dibangun Katedral St. Shopia untuk ummat Katholik Roma, kemudian dilanjutkan tahun 1228. Di rancang dalam gaya gotik Prancis abad ke 13, beberapa sumber bahkan menyebutkan bahwa para pembangun masjid ini adalah para ahli bangunan batu dari Prancis yang turut menyertai pasukan salib.

Pembangunan Katedral tersebut juga memanfaatkan bagian bagian bangunan dari gereja ortodok yang berdiri disana sebelumnya. Batu batu pualam sisa bangunan gereja tersebut kini masih dapat dilihat sebagai bagian dari area pintu masuk utama sebelah utara. Pada masanya Katedral St. Shopia merupakan tempat penobatan raja raja Cyprus sampai kemudian pulau Cyprus dikuasai oleh Venesia di tahun 1489.

Masjid Selimiye di tahun 1878 pada saat inggris mengambil alih kota Nicosia

Bangunan ini sempat mengalami kerusakan parah akibat gempa bumi tahun 1491, 1547 dan 1735 namun masih bertahan hingga kini. Sederhana-nya bangunan ini sudah runtuh dihantam oleh beberapa kali gempa bumi dasyat tersebut mengingat bangunannya yang memang dibangun cukup tinggi, namun semua bangunan dengan dinding tembok yang cukup tinggi di Cyprus selalu dilengkapi dengan tiang beton penyangga tembok dinding dibagian luar bangunan untuk menahan struk tembok dinding yang tinggi dari keruntuhan.

Katedral St Shopia pun dibangun demikian dilengkapi dengan begitu banyak tiang tiang beton penopang dinding yang ditempatkan disekeliling luar bangunan sehingga terlihat sangat masif. Sama seperti halnya Masjid Selimiye di Istanbul, Turki. Tiang tiang penopang ini dibangun hingga setinggi tembok bangunan dan seringkali disebut dengan istilah Flying Butteris hingga terlihat seperti pilar pilar besar yang menempel ke tembok bangunan, kadangkala dibuat hingga melampaui tinggi tembok. Pembangunan Katedral ini memang memakan waktu yang cukup lama bahkan sampai terjadi beberapa kali peralihan kekuasaan di wilayah tersebut menara bangunan ini tidak pernah selesai hingga hari ini.

Interior Masjid Selimiye saat ini

Diubah menjadi Masjid

Tahun 1570, Katedral St Shopia di alih fungsi menjadi Masjid seiring dengan jatuhnya pulau tersebut dibawah kekuasaan Turki Usmani yang berpusat di Istanbul di masa kekuasaan Sultan Selim II. Saat perubahan fungsi bangunan ini menjadi masjid, dilakukan ubah-suai terhadap bangunan ini. Orientasi bangunan yang semula mengarah ke Jerusalem di Palestina di ubah ke arah Ka’bah di kota Mekah. Nama Selimiye sendiri bari digunakan untuk menyebut masjid ini sejak tahun 1954 sebagai penghormatan kepada Sultan Selim II, sang penakluk Cyprus.

Hampir seluruh bangunan ini merupakan bangunan asli dari Katedral St. Shopia namun dengan begitu banyak ubah suai termasuk dua menaranya yang tak pernah selesai dibangun kemudian diselesaikan pembangunannya sebagai dua menara masjid bergaya Turki Usmani, tempat muazin mengumandangkan azan. Sampai tahun 1959, muazin yang akan mengumandangkan azan, akan memanjat ke menara ini melalui 170 anak tangga baru kemudian mengumandangkan azan dari balkon menara. Kini hal tersebut sudah digantikan dengan pengeras suara yang dipasang di menara masjid.

Sisi sebelah barat Masjid Selimiye

Bangunan masjid ini begitu mudah dikenali dengan dua menara tingginya yang terlihat dari kejauhan dan sudah seperti landmark bagi kota Nicosia secara keseluruhan. Menaranya bakan terlihat dari ketinggian di daerah Kyrenia road dan sudah dapat langsung mengenali masjid ini dari kejauhan.

Interior masjid ini diterangi dengan lampu gantung bewarna putih merah dan kuning. Beberapa pilar granit di masjid ini ditengarai berasal dari sebuah bangunan Romawi kemungkinan dari era Salami atau berasal dari era Bizantum sebelum tahun 1200-an.

Garis waktu sejarah Cyprus dan Nusantara

Islam berkembang di Cyprus di masa kekuasaan Dinasti Usmaniyah (Otoman) yang bila disejajarkan dengan garis waktu sejarah Nusantara, sejarah Islam di Cyprus ini kira kira sezaman dengan masa Majapahit dengan Rajanya Prabu Brawijaya V dan masa Pajajaran di barat pulau Jawa dibawah kekuasaan Prabu Siliwangi.


Dan 5-6 tahun setelah itu Kesultanan Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara dengan Raden Fatah (Putra dari Brawijaya V) sebagai raja pertamanya. menyusul kemudian berdiri pula kesultanan Cirebon, Jayakarta, Banten dan seterusnya.*** 

Minggu, 30 Oktober 2016

Masjid Arab Ahmet Lefkosa Cyprus Utara

Arab Ahmet Pasha adalah salah satu komandan pasukan dalam penyerbuan ke pulau Cyprus, nama beliau kemudian di abadikan sebagai nama masjid ini sekaligus nama lingkungan tempat masjid ini berada.

Masjid Arab Ahmet merupakan salah satu masjid tua di kota wilayah Arabahmet, kota Nicosia Utara / Lefkosa, Cyprus Utara. Lokasinya berada di ujung ruang alan Victoria Street, tidak jauh dari Ataturk Square. Nama masjid ini merupakan penghormatan kepada Jendral Arab Ahmad Pasha salah satu Jenderal dari dinasti Turki Usmani yang memimpin pasukan menaklukkan pulau Cyprus di tahun 1571 dan juga merupakan Gubernur Jendral pulau Rhodes (kini menjadi wilayah Yunani).

Arabahmet Mosque
Şht. Salahi Şevket Sk, Lefkoşa


Bangunan masjid ini dibangun oleh pemerintah Turki di abad ke 18 dilokasi bekas reruntuhan gereja Latin tua, dan menjadi salah satu bangunan masjid yang dibangun oleh pemerintah Turki yang paling dikenal di Nicosia. Rancangannya sederhana dengan merujuk kepada bangunan masjid klasik Turki. Hanya ada dua bangunan masjid dengan gaya seperti ini di Nicosia, satunya lagi ada di Lapta.

Restorasi pertama terhadap masjid ini dilakukan tahun 1845 dan restorasi secara extensif dilakukan tahun 1990-an. Beberapa sumber menyebutkan bahwa material bangunan masjid ini beberapa diantara nya menggunakan material bekas reruntuhan gereja latin yang berserakan ditempat tersebut termasuk material dari bekas bekas batu pemakaman para Ksatria Prancis yang kemudian dipoles dan digunakan untuk lantai masjid, salah satunya di duga dari batu makam Louis de Nores (wafat tahun 1369).

Bangunan yang sederhana, tidak terlalu besar namun tampak kokoh dengan dindingnya yang masif 

Arsitektural Masjid Arab Ahmed

Bangunan utamanya berdenah segi empat dengan satu kubah utama dibagian tengah ditambah dengan beberapa kubah berukuran lebih kecil. Satu bangunan menara bundar khas Turki dibangun terpisah dari bangunan utama. Dan dihalaman masjid dibangun satu tempat wudhu dengan bentuk layaknya sebuah pancuran dibawah sebuah bangunan pendopo. Di halaman masjid ini sengaja ditanam berbagai macam pohon khas mediterania, aneka tanaman hias dan mawar sehingga menghadirkan suasana yang tentram dan damai.

Di halaman masjid ini juga terdapat beberapa makam makam tua dengan nisan dari batu berpahatkan bahasa Turki dengan aksara Arab, yang memang lazim digunakan semasa kekuasaan Turki Usmani. Makam makam tersebut terawat dengan baik di sudut taman masjid.

Beberapa Makam dihalaman masjid Arab Ahmet Pasha

Salah satu yang dimakamkan disana adalah Kamil Pasa, beliau lahir di Lefkosa pada tahun 1832. Semasa hidup nya menjadi satu satunya warga Cyprus yang pernah menduduki jabatan Grand Vizer di dinasti Turki Usmani yang berpusat di Istanbul, beliau wafat di Lefkosa / Nicosia tahun 1913 dan dimakamkan disamping masjid ini. Makam beliau dibangun tahun 1927 atas perintah Sir Ronald Torss yang menjabat Gubernur Cyprus antara tahun 1926-1931 dilengkapi dengan keterangan dalam bahasa Turki dan Bahasa Inggris.

Selain itu ada dua makam lagi yang merupakan makam dari dua orang yang pernah menjabat sebagai Gubernur Cyprus dimasa kekuasaan Turki Usmani yakni, , Ishak pasha and Hafiz Hasan. Konon masjid ini juga menjadi tempat penyimpanan selembar jenggot Nabi Muhammad S.A.W dan hanya diperlihatkan kepada publik sekali dalam setahun.***

Baca juga


Minggu, 23 Oktober 2016

Masjid Lala Mustafa Paşa Famagusta Cyprus

Berada cukup jauh dari ibukota negara di Nicosia, Masjid Lala Pasha di Famagusta ini terlihat menawan berdiri kokoh ditengah kota berlatar laut mediterania.

Cyprus adalah sebuah pulau yang berada di laut mediterania, laut yang memisahkan benua Afrika di selatan dengan benua Eropa di sebelah utara. Pertikaian politik masa lalu telah membagi wilayah pulau Cyprus menjadi empat wilayah yakni dua entitas negara, masing masing adalah Republik Cyprus di bagian selatan dan Republuk Cyprus Turki di sisi utara pulau tersebut. Diantara dua entitas negara tersebut dipisahkan oleh satu zona netral yang di kontrol oleh PBB dan sebagian kecil lagi wilayahnya yang berada disisi Cyprus selatan menjadi wilayah enclave militer Inggris yang mendapatkan mandat dari PBB untuk menjaga wilayah zona netral diantara kedua negara tersebut.

Secara administratif kedua negara tersebut sama sama beribukota di Nicosia, kota tua yang juga terbagi dua ke dalam dua entitas negara tersebut, diantara dua bagian kota yang terbelah tersebut juga membentang wilayah zona netral yang dikontrol oleh PBB. Karena masa lalunya juga, Cyprus di selatan kadangkala juga disebut sebagai Cyprus Yunani untuk membedakannya dengan negara Cyprus disebelah utara.

sebelum menjadi masjid bangunan ini sebelumnya adalah Katedral Santo Nikolas

Berawal sebagai Katedral St Nicholas

Di Famagusta sejak tahun 1298 sudah berdiri sebuah bangunan tua yang kini dikenal dengan nama Masjid Lala Mustafa Paşa. Bangunan ini sebelumnya merupakan sebuah Katedral, yang bernama Katedral Santo Nicholas. Bangunan tersebut kemudian di-ubah-suai-kan menjadi masjid. Bangunan ini memiliki sejarah yang kuat terkait dengan kerajaan Cyprus di masa lalu, di ruangan utama masjid ini saat masih menjadi Katedral disebut ruang Nave merupakan tempat penobatan dinasti Lusignans sebagai raja Cyprus.

Cerita tutur menyebutkan gereja ini juga merupakan tempat penobatan Dinasti Lusignan dari Prancis sebagai Raja Jerusalem di pengasingan, meskipun hal tersebut hanyalah seremonial belaka karena faktanya pasukan tentara Salib (Crusader) gagal menaklukkan pasukan Islam, dalam upaya mereka merebut Jerussalem di Palestina di tahun 1291, kemudian para bangsawan Prancis melarikan diri ke Cyprus untuk membentuk Kerajaan Jerusalem di pengasingan.

Lala Mustafa Paşa Camisi
Mahmut Celaleddin Sk, Gazimağusa



Gaya gotik yang kental pada bangunan ini sangat mirip dengan Katedral Agung Rheims di kota Paris, Prancis terutama menara kembarnya. Mirip dengan Katedral St. Sophia di Nicosia (kini menjadi Masjid Selimiye) dan Bellapais Abbey, semuanya terlihat seperti sebuah karya agung dari Arsitek Prancis, hal tersebut dapat difahami manakala satu realita bahwa Raja dari Cyprus dari tahun 1190 hingga 1489 dimana semuanya berasal dari dinasti Lusignan Prancis, setidaknya gereja mereka merupakan Cyprus yang sudah ter-Prancisi-sasi.

Di Konversi Menjadi Masjid

Bagian atas menara masjid ini mengalami rusak parak akibat bombardir pasukan dinasti Usmani yang menyerbu Cyprus tahun 1571 dan ketika pasukan Turki Usmani mengambil alih kota Famagusta dari kekuasaan Venesia yang berkuasa di Cyprus sejak tahun 1489. Sejak saat itu wilayah Cyprus menjadi bagian dari wilayah dinasti Turki Usmani. Di tahun yang sama bangunan Katedral Santo Nikolas di-ubahsuai-kan menjadi Masjid, semua pernik kristiani berganti Islami. Konon dulunya disekitar bangunan ini ada begitu banyak makam makam kuno yang kemudian di bongkar di tahun yang sama menyisakan hanya beberapa.

Interior Masjid yang sudah di ubah suai

Beberapa diantaranya adalah makam para bangsawan termasuk James II the Bastard dan Bayi laki-laki-nya, James III, dan dua penguasa terahir dinasti Lusignan tahun 1473 dan 1474, dan kini menjadi bagian dari masjid tersebut. Gempa telah beberapa kali merusak bangunan ini salah satunya gempat tahun 1735 sehingga ahirnya ditambahkan tiang tiang penopang untuk menahan beban struktur atap dan dinding bangunan. Bangunan ini juga memiliki pernik bersejarah diantaranya adalah Jendela James II yang berisi pernyataan hak keningratannya menyerahkan Cyprus kepada Dinasti Doge dari Vanisia tahun 1489.

Sebuah bangunan menara kemudian ditambahkan yang merupakan penyesuaian dari bangunan menara asli di sisi utara, sementara menara yang lain hanya tersisa bagian bawahnya saja. Nama lengkap bangunan itu kini  berubah menjadi Masjid Lala Mustafa Pasha. Beberapa bagian bangunan telah diubahsuaikan sebagai masjid, semua bentuk gambaran manusia termasuk patung, ukiran dinding maupun mozaik kaca jendela disingkirkan dari masjid atau ditutup dengan plester semen, namun demikian semua aspek jejak jejak gaya Gotik tetap terjaga pada bangunan ini hingga kini, termasuk pintu masuk berkanopi di sisi timur bangunan yang berkarakter Katetdral Prancis. Interior bangunan berubah total sebagaimana layak nya ruang sholat, dengan hamparan karpet sajadah, lengkap dengan mimbar dan mihrab. Ruang dalam masjid ini berukuran panjang 55m dan lebar 23m.

Pohon tertua di Cyprus ada di depan masjid Lala Mustafa Pasha ini.

Sebagaimana kebanyakan bangunan tua di mediterania, bangunan masjid ini dibangun dengan atap yang rat. Fasad nya terdiri dari batu batu bewarna madu tua, membuatnya tampak begitu impresif diantara jalanan kota Famagusta yang sempit. Muka sisi baratnya dilengkapi dengan tiga bentuk beranda, salah satunya dibuat lebih lebar dibandingkan dengan dua lainnya.

Pohon Tertua di Cyprus

Salah satu pernik menarik lainnya dri Masjid Lala Mustafa Pasha ini adalah sebatang pohon yang berada di halaman depan masjid. Menurut penuturan para ahli botani, pohon tersebut ditanam di tempat tersebut berbarengan dengan pembangunan masjid tersebut sebagai Katedral di tahun 1298 yang berarti pohon tersebut sudah berumur lebih dari 700 tahun sebagaimana bangunan masjidnya. Ukurannya sangat besar dan menjadi peneduh bagi siapa saja yang sedang berada disana.

Masih menurut ahli botani, pohon tersebut masuk katagori Fig Tree yang merupakan tanaman tropis dari Afrika Timur, nama Ilmiahnya dalah “Ficus Sycomorus”. Uniknya pohon ini akan kehilangan semua daunnya di bulan Februari dan memberikan kesan bahwa pohon tersebut sudah mati, namun sebulan kemudian perlahan lahan bermunculan daun daun baru dan pohon tersebut kembali menghijau royo royo. Karena sejarahnya, pohon tersebut didastarkan sebagai cagar budaya oleh Department of Culture's National Heritage dan berada dibawah pengawasan Department of Forestry Famagusta Office.***

Baca juga


Minggu, 06 Januari 2013

Masjid Hala Sultan Tekke, Cyprus (bagian-3)

Masjid Hala Sultan Tekke ditepian danau Air Asin Larnaca, di bagian selatan pulau Cyprus dilihat dari seberang danau, tampak begitu indah dengan latar depan hamparan air asin danau tersebut.

Sejarah Pembangunan Masjid Hala Sultan Tekke

Masjid Hala Sultan Tekke atau Masjid Ummu Haram berada tanah semenanjung di sisi bagian barat danau air asin di kota Larnaca, Cyprus bagian selatan. Dibangun untuk mengenang dan menghormati Ummu Haram binti Milhan yang merupakan Istri dari Ubaidah Bin Syamit. Mereka berdua adalah sahabat Rosulullah Muhammad S.A.W.

Ummu Haram Wafat dalam ekspedisi militer pasukan Islam ke pulau Cyprus tahun ke 28 hijrah atau sekitar tahun 647M atas perintah Gubernur Muawiyah Bin Abu Sufyan selaku gubernur Syria berkedudukan di kota Damaskus, atas izin dari Khalifah Usman bin Affan di Madinah.

Jenazah Ummu Haram dimakamkan persis di lokasi kematiannya. Makam tersebut dikemudian hari ditemukan dan dibangun oleh seorang darwis atau pengikut aliran sufi yang bernama Sheikh Hasan.  Beliau yang kemudian pertama kali mendirikan bangunan yang melindungi makam Ummu Haram setelah mendapatkan izin dari otoritas setempat pada tahun 1760. Bangunan tersebut juga diperindah dengan ukiran dekorasi di bagian dalam.

Makam Ummu Haram berada di bagian sisi kiblat Masjid Hala Sultan Tekke. Makam beliau berada di dalam bangunan berkubah seperti terlihat pada bagian depan foto di atas.

Selanjutnya di abad ke 19, Gubernur Cyprus, Seyyid Elhac Mehmed Agha membangun pagar sekeliling bangunan makam menggunakan pagar kayu. Pagar pagar kayu tersebut kemudian diganti dengan pagar dari kuningan pada masa pemerintahan gubernur Acem Ali Agha, penerus dari Seyyid Elhac Mehmed Agha. Sedangkan bangunan Masjid nya sendiri dibangun pada era kekuasaan dinasti Usmaniyah yang berpusat di Istambul, Turki.

Dalam catatan Giovanni Mariti disebutkan bahwa saat dia mengunjungi Cyprus antara tahun 1760-1767 dijelaskan bahwa Masjid Hala Sultan Tekke dibangun pada masa gubernur Cyprus dijabat oleh Ali Agha. Menurut Mariti, pembangunan masjid ini turut menggunakan batu batu dari sebuah bangunan bekas gereja terbengkalai di antara reruntuhan kampung di sekitar lokasi masjid ini.

Sumber lain menyebutkan bahwa pembangunan masjid tersebut digagas oleh Gubernur Cyprus Seyyid Mehmed Emin Efendi dalam bentuk bangunan klasik dinasti Usmani dan selesai dibangun pada bulan November tahun 1817. Kedua sumber tersebut sepertinya sama sama valid, hanya saja sepertinya sumber pertama tak pernah lagi mengikuti perkembangan selanjutnya dari yang pernah dicatatnya sedangkan sumber kedua tidak melihat ke masa sebelum tahun 1817.

Bangunan tambahan di masjid ini diperbaiki tahun 2004. Sedangkan bangunan masjid dan menaranya juga baru saja selesai di restorasi. Program perbaikan dan restorasi tersebut dilaksanakan dengan dukungan penuh dari program “Bi-communal Development Programme” yang dibentuk oleh USAID dan UNDP dan dijalankan melalui UNOPS.

Masjid Hala Sultan Tekke dibangun dengan gaya masjid tradisional dinasti Usmaniyah, pada masa kejyaaanya di Cyprus. Konon disebutkan bahwa batu batuan yang dipakai untuk membangun masjid ini diambil dari sebuah reruntuhan bangunan gereja diantara puing puing desa yang sudah tak berpenghuni disekitar lokasi tersebut.

Menjadi Sasaran Serangan

Masjid Hala Sultan Tekke telah beberapa kali menjadi sasaran Vandalisme hingga pelemparan bom molotov. Seperti yang terjadi pada tanggal 24 Juli 2010 lalu masjid ini diserang dengan bom molotov mengakibatkan kerusakan ringan, dan pernah juga dilempari dengan batu oleh orang tak dikenal hingga aksi pengurukan pasir di pintu masuk masjid juga pernah dilakukan oleh pihak yang tak bertanggung jawab.

Denah Bangunan Hala Sultan Tekke

Di atas gerbang menuju taman masjid ini terdapat tulisan dari masa Usmaniyah bertanggal 4 Maret 1813 berbunyi “Hala Sultan Teke dibangun oleh Gubernur Cyprus yang di Rahmati Allah”, tulisan ini di apit oleh monogram Sultan Mahmud II. Taman di masjid ini dirancang oleh Pasha dan itu sebabnya taman di masjid ini dikenal dengan nama “Pasha Garden”.

Bangunan pendudukung di komplek ini juga terhubung Masjid disebut sebagai “Gulzen Feys” atau “Taman Mawar yang mendapat pencerahan”. Di sisi utara atau disebelah kiri dan kanan pintu masuk merupakan bangunan guest house untuk jemaah pria (Selamlik). Sedangkan untuk jemaah wanita (Haremlik) guest housenya berada lebih ke dalam komplek. Menara masjid ini di perbaiki pada tahun 1959

Interior Masjid Hala Sultan Tekke. Sebagaimana masjid masjid dinasti Usmaniyah lainnya bagian dalam masjid Hala Sultan Tekke ini juga dibangun dengan atap tinggi, ruang utamanya berada dibawah kubah utamanya yang mendominasi bangunan masjid. di dalam masjid ini juga dilengkapi dengan mezanin tempat wakil imam menyuarakan ulang suara imam kepada jemaah.

Makam Ummu Haram berada didalam maosoleum yang berada di sisi kiblat masjid ini, arah menuju Kiblat dari pulau Cyprus adalah mengarah ke selatan. Di maosoleum ini terdapat inscripsi bertuliskan tahun 1760.  Selain makam Ummu Harram, ditempat tersebut juga terdapat empat makam lainnya, dua diantaranya merupakan Sheik.

Makam lainnya telah dibangun menggunakan batu pualam dua tingkatan, makam ini bertanggal 12 Juli 1929, makam tersebut merupakan makam Adile Huseyin Ali, istri dari Hussein bin Ali, Sharif kota Mecca dari keluarga Hasyimi, cucu dari Wazir Agung Usmaniyah, Koca Mustafa Reşid Pasha yang juga keturunan dari Nabi Muhammad S.A.W.

Di sudut timur komplek masjid Hala Sultan Tekke terdapat komplek pemakam tua yang sudah ditutup untuk aktivitas pemakaman sejak tahun 1899. Di pemakaman ini dimakamkan beberapa pejabat tinggi dari dinasti Usmaniyah, dinasti Islam terahir yang pernah berkuasa di pulau Cyprus.

Bangunan berbentuk oktagonal yang berada di depan masjid ini merupakan bangunan tempat berwudhu, bangunan ini dibangun pada tahun 1796-1797 oleh Gubernur dinasti Usmaniyah di Cyprus, Silahtar Kaptanbaşı Mustafa Agha. Tarikh penting terkait sejarah Komplek masjid ini ditemukan di taman Masjid ditulis di atas batu pualam bertarikh tahun 1895 yang merupakan tahun dibangunnya infrastruktur sistem pengairan ke masjid ini pada masa pemerintahan Sultan Abdülhamid II.

Di masa kekuasaan dinasti Usmaniyah ada suatu tradisi dimana semua kapal dari dinasti Usmani yang akan lego jangkar di pelabuhan Larnaca akan mengibarkan benderanya setengah tiang dan menembakkan meriam salfo sebagai bentuk penghormatan kepada para pejabat tinggi Usmaniyah yang dimakamkan di komplek masjid Hala Sultan Tekke ini. (selesai - dikumpulkan dari berbagai sumber).

Masjid Hala Sultan Tekke, Cyprus (bagian-2)

Masjid Hala Sultan Tekke berada di sisi barat danau air asin di kota Larnaca, dibangun untuk mengenang dan menghormati Ummu Haram Binti Milhan, istri dari Ubaidah Bin Syamit, Sahabat Rosulullah S.A.W yang wafat dalam perang penaklukan Cyprus ke dalam kekuasaan Islam. Beliau menjadi muslim pertama yang dimakamkan di Cyprus. 

Peristirahatan Terahir Sahabat Nabi Muhammad S.A.W

Hala Sultan Tekke adalah nama yang diberikan oleh orang Turki bagi komplek Masjid Ummu Haram di tepian danau air asin (Salt Lake) di kota Larnaca ini. Tekke dalam bahasa Turki berarti sebuah tempat berkumpulnya para pengikut aliran tariqat sufi, semacam Khanqah dalam bahasa Parsi. Dulunya masjid ini memang menjadi salah satu tempat berkumpulnya para pengikut aliran sufi di pulau Cyprus. Itu sebabnya di dalam komplek masjid ini dilengkapi dengan bangunan guest house sebagai tempat menginap bagi pengikut tariqat yang datang dari berbagai daerah.

Sedangkan Ummu Haram yang digunakan sebagai nama masjid ini dikarenakan masjid ini dibangun berdekatan dengan makam Ummu Haram binti Milhan dan untuk mengenang Almarhumah yang tak lain adalah salah satu Sohibah Nabi Muhammad S.A.W. Beliau wafat di Cyprus pada saat perang penaklukan Cyprus dari kekuasaan Romawi Timur (Bizantium) oleh pasukan Islam semasa Muawiyah Bin Abu Sufyan menjabat sebagai gubernur di Damaskus (ibukota Syria) dibawah Khalifah Usman Bin Affan.

Ummu Haram, Menyeberang Laut Menjemput Syahid

Masjid Hala Sultan Tekke dilihat dari sisi selatan, Bangunan berkubah pada bagian depan foto adalah Maosoleum Ummu Haram yang di dalamnya terdapat Makam dari Ummu Haram. 

Nama lengkapnya adalah Ummu Haram Binti Milhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir, adalah saudari dari Ummu Sulaim binti Milhan, beliau juga merupakan istri dari ‘Ubaidah bin Syamit. Sedangkan Ummu Sulaim Binti Milhan adalah istri dari Abu Tholhah, ibunda dari Malik Bin Anas, pembantu setia Rosulullah. Maka Ummu Haram adalah bibi dari Anas Bin Malik.  

Berkata An Nawawi di dalam Syarh Shohih Muslim: "Ulama sepakat bahwa Ummu Haram dan Ummu Sulaim termasuk mahram Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam. Dan Berkata Wahab: "Ummu Haram adalah salah seorang bibi Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam dari susuan".

Keluarga Milhan merupakan keluarga yang sangat dihormati di Madinah. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa baginda Rosul pun begitu menghormati keluarga Ummu Haram dan keluarga besarnya, beliau seringkali singgah ke kediaman keluarga Milhan.

Gerbang maosoleum Ummu Haram 
di Masjid Hala Sultan Tekke
Ummu Haram maupun Ummu Sulaim dikenal dalam sejarah Islam sebagai muslimah sejati yang menyerahkan seluruh hidupnya untuk membela kepentingan Islam. Tak hanya mengorbankan harta benda, mereka bahkan turut bergabung bersama kaum muslimin mengangkat senjata terjun ke berbagai medan Jihad. Wajar bila kemudian Baginda Rosul menggelari dua Muslimah tangguh ini sebagai “Saudari yang terpercaya”.

Suami Ummu Haram, Ubaidah bin Syamit adalah salah satu dari 12 Sahabat pertama Rosulullah dari kaum Ansor. Ubaidah merupakan salah satu dari 12 (dua belas) laki laki dari Kaum Ansor yang turut mengambil bagian dalam Bai’at Aqobah Pertama. Mereka semua bersumpah setia kepada Nabi Muhammad S.A.W. lalu kembali ke Madinah ditemani oleh Mushab bin Umair yang diutus Rasulullah agar mengajarkan Al-Quran kepada penduduk Madinah. Itu sebabnya dikemudian hari Mushab dikenal dengan nama Muqri’ul (sang nara sumber).

Semasa hidupnya baginda Rosul sangat dekat dengan keluarga Milhan, beliau seringkali singgah ke kediaman keluarga ini. Dalam salah satu kesempatan ketika beliau singgah, Ummu Haram menyambut beliau dengan gembira dan menyediakan aneka makanan kesukaan beliau. Sesaat kemudian Rosulullah menyempatkan tidur siang namun sesaat kemudian beliau terbangun dan dengan wajah senyum memandang ke arah Ummu Haram.

Dengan heran Ummu Haram bertanya, “Ya Rosulullah, kenapa baginda tersenyum kepadaku ?”. Lalu Rosulullah menjawab “Sesungguhnya aku melihat beberapa sahabatku sedang berkendara menyeberangi lautan laksana para raja diatas singgasananya”. Tanpa menyianyiakan kesempatan Ummu Haram langsung mengajukan permintaan, “Ya Rosulallah, mohonkan kepada Allah agar aku bersama mereka”, dan betapa gembiranya Ummu Haram ketika Rosulullah menjawab “Sesungguhnya kamu bersama kelompok yang pertama”. (sebagaimana dijelaskan dalam hadist riwayat Anas bin Malik).

Ummu Haram bersama suaminya Ubidah Bin Syamit tak pernah menyia nyiakan kesempatan untuk bergabung dalam jihad di medan perang demi menegakkah kalimah Allah. Terutama sejak beliau bergabung dalam pasukan Islam Syria dibawah kendali Abu Ubaydah dan Amar Bin Abdullah Bin Jarrah, mereka berdua terlibat dalam keseluruhan perang sampai seluruh wilayah Syria masuk ke dalam wilayah Islam.

makam Ummu Haram di dalam Maosoleum 
di kompleks Masjid Hala Sultan Tekke 
Sepanjang hidup nya Ummu Haram Binti Milhan bersama suaminya didedikasikan untuk kepentingan Islam. Beliau berpindah dari berbagai tempat mengikuti suaminya bersama sama berjihad. Mulai dari Quba, Madinah, Syria, hingga ke Palestina mengikuti suaminya yang ditugaskan sebagai hakim disana semasa khalifah Umar bin Khattab.

Sampai suatu hari Amru Bin Ash membutuhkan tambahan pasukan dalam perang merebut wilayah Mesir dari kekuasaan Romawi, Khalifah Umar memerintahkan Ubaidah membawa pasukan tambahan membantu Amru bin Ash menyerbu Mesir. Ummu Haram menyertai suaminya dalam perang tersebut yang berahir indah. Mesir takluk, Amru Bin Ash diangkat sebagai Gubernur Mesir pertama mendirikan peradaban Islam baru disana termasuk mendirikan Masjid Amru Bin Ash sebagai Masjid pertama di tanah Mesir dan Afrika.

Paksa kemenangan tersebut, Ubaidah bersama istrinya Ummu Haram justru memilih untuk pindah ke Damaskus yang sudah lebih dulu ditaklukkan dan dibawah kendali gubernur Mu’aawiyah bin Abu Sufiyan, dan bermukim disana karena kekhawatiran beliau atas keselamatan kota tersebut yang seringkali diganggu oleh serbuan balik pasukan Romawi.

Penaklukan Cyprus dan Permohonan Yang Terkabul

Gubernur Syria, Mu’aawiyah bin Abu Sufyan tahu persis bahwa pulau Cyprus merupakan pangkalan perbekalan angkatan laut Romawi dalam setiap penyerbuan mereka ke kota kota pelabuhan di Syria. Karenanya kemudian beliau memohon izin kepada khalifah Umar Bin Khattab untuk menyerbu ke Cyprus. Namun permintaan tersebut ditolak oleh Khalifah Umar yang mengkhawatirkan keselamatan pasukan Islam dalam perang laut melawan Romawi, dan Muawiyah mengurungkan niatnya menyerbu Cyprus mematuhi titah Khalifah Umar.

Masjid Hala Sultan Tekke atau Masjid Ummu Haram di Larnaca ini masuk dalam daftar bangunan bersejarah Unesco dan telah direnovasi oleh Aga Khan bersama pemerintah Cyprus selatan dan utara. 

Dimasa pemerintahan Khalifah Usman Bin Affan, Muawiyah kembali mengajukan permohonan untuk menyerbu Cyprus dan kali ini Khalifah mengabulkan permintaan tersebut dengan syarat agar tidak memaksa siapapun untuk turut serta dalam penyerbuan tak biasa tersebut. Mengingat pasukan Islam tidak terbiasa dalam perang laut. Nyatanya seruan Muawiyah disambut gegap gempita oleh muslim Damaskus yang siap berjihad, termasuk Ummu Haram dan Suaminya Ubaidah Bin Syamit dan para sahabat lainnya.

Bagi Ummu Haram penyerbuan ke Cyprus (tahun 647 atau 649M) ini benar benar menggembirakan. Sebuah permohonan yang terkabul. Sebagaimana pernah disampaikannya kepada Baginda Rosulullah untuk bergabung dalam pasukan Islam yang menyeberangi lautan laksana para raja diatas singgasananya, sebagaimana digambarkan dalam mimpi Beliau.

Disepajang pelayaran dari Syria menuju pulau Cyprus, Tak henti hentinya Ummu Haram mengucap syukur dan membayangkan wajah Rosulullah yang sedang tersenyum kepadanya, ketika menyampaikan bahwa Ummu Haram akan menjadi bagian pertama dari perang di laut dalam menegakkah kalimah Allah, dan berujar kepada dirinya sendiri “Yang kau ucapkan adalah benar, ya Rosulullah”.

burung burung flaminggo yang sedang singgah ke danau Larnaca dalam perjalanan migrasi mereka ini memberikan keindahan tersendiri bagi landscap di danau ini dengan latar belakang Masjid Hala Sultan Tekke.

Memulai Dengan Sahadah Berahir Sebagai Sahidah

Perang sudah dimulai sejak masih ditengah laut, kapal perang pasukan Islam berhasil mengalahkan hadangan perang pasukan laut Romawi dan mendarat dengan selamat di pulau Cyprus. Sesampainya disana pasukan Islam bersiap untuk melakukan perang darat dan bergerak ke jantung pulau Cyprus atau Qubrush dalam bahasa Arab.

Di suatu kesempatan ketika Ummu Haram naik ke atas tunggangannya, namun tak dinyana binatang itu mengamuk sejadi jadinya dan melemparkan tubuh beliau begitu keras, Ummu Haram wafat seketika itu juga dengan raut wajah yang tersenyum manis. Jasad beliau kemudian dimakamkan ditempat dimana beliau terjatuh, peristiwa tersebut terjadi di sekitar tahun ke 28 Hijrah.

Makam beliau kini masih dapat ditemui di komplek masjid Hala Sultan Teke, seakan bersaksi kepada dunia, tentang perjalanan hidup dan perjuangan seorang Muslimah tangguh, muslimah sejati, sahabat Rosulullah, istri dari salah seorang Sahabat Ansor yang pertama berbai’at kepada baginda Rosulullah. Menjadi saksi tercapainya cita cita beliau untuk mati sahid, dimulai dengan Sahadah dan berahir sebagai Sahidah.***

Sabtu, 05 Januari 2013

Masjid Hala Sultan Tekke, Cyprus (bagian-1)

Masjid dan Flaminggo. Masjid Hala Sultan Tekke atau Masjid Ummu Haram merupakan masjid tua di pulau Cyprus bagian selatan. Lokasinya yang berada ditepian danau air asin Larnaca (Larnaca Salt Lake) menjadikan masjid ini begitu indah dipandang dari arah atau seberang danau. danau ini secara berkala menjadi tempat persinggahan burung Flaminggo yang sedang bermigrasi. 

Kontroversi Bar di Halaman Masjid di Pulau Sengketa

Tahun 2009 lalu masjid Hala Sultan Tekke atau Masjid Ummu Haram di Larnaca, Cyprus (Selatan) ini sempat menjadi pusat perhatian dunia Islam akibat keputusan aneh dari pemerintah Cyprus (Selatan) akan membangun sebuah bar yang menyajikan minuman keras di halaman masjid bersejarah ini, akibatnya, gelombang protes mengalir deras ke pemerintah Republik Cyprus yang berkuasa di bagian selatan dari pulau sengketa itu. Pemerintah setempat pada ahirnya menghentikan rencana gila itu.

Pemerintah Cyprus berdalih pembangunan bar itu sama sekali tidak bermaksud untuk menghina ummat Islam namun semata mata sebagai fasilitas bagi para pelancong non muslim yang sedang berkunjung ke area tersebut. Sebagai bagian dari destinasi wisata sudah sewajarnya dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung termasuk Bar yang menyediakan aneka minuman termasuk minuman beralkohol.

Lokasi Pulau Cyprus. Cyprus, orang Yunani menyebutnya Kýpros sementara orang Turki menyebut pulau ini sebagai Kıbrıs, adalah sebuah pulau kecil di laut Mediterania, disebelah timur Yunani, di sebelah selatan Turki, di sebelah barat Syria dan Lebanon dan di sebelah barat laut wilayah Palestina yang dicaplok Israel.

Saya sebut Cyprus sebagai pulau sengketa karena memang pulau yang tak lebih luas dari pulau Tidore di Maluku Utara ini secara de fakto dan de jure sejak tahun 1955 terbagi menjadi empat wilayah dengan penguasa yang berbeda, yakni : (1). Republik Cyprus (selatan) di bagian selatan atau dikenal juga sebagai Cyprus Yunani, (2). Cyprus Utara atau juga biasa dikenal sebagai Cyprus Turki di sisi utara pulau Cyprus, (3). Wilayah pangkalan militer serdadu Inggris di Dhekelia & Akrotiri Serta (4). wilayah zona netral atau UN Buffer Zone yang dikuasai oleh PBB membentang diantara kedua negara bersengketa tersebut.

Pulau Cyprus merupakan bekas wilayah jajahan Inggris dan memperoleh kemerdekaan dari Inggris di tahun 1960 namun inggris mendapatkan hak atas wilayah Dhekelia & Akrotiri yang memang merupakan pangkalan militer serdadu Inggris disana. Masalah baru muncul paska kemerdekaan, menyusul ketegangan antara etnis Yunani yang mayoritas dengan etnis Turki yang minoritas.

Ditepian Danau Air Asin Larnaca. Masjid Halla Sultan Tekke berdiri ditepian Larnaca Salt Lake, lokasinya yang tak terlalu jauh dari Bandar Udara Larnaca menjadikan masjid ini sebagai salah objek menarik bagi para penumpang pesawat yang akan mendarat ataupun tinggal landas.

Di bulan Desember 1963 pecah kerusuhan di Ibukota negara, Nicosia. PBB mengirimkan pasukan perdamaian ke Cyprus di tahun 1964 dalam upaya meredakan pertikaian, namun ketegangan dan kekerasan tak mereda. Kekerasan sporadis memaksa Etnis Turki terkepung dalam wilayah wilayah kantong mereka di seantero pulau tersebut.

Ketegangan memuncak di tahun 1974 setelah 11 tahun ketegangan berlangung. Kelompok nasionalis etnis Yunani berupaya melakukan kudeta dalam upaya menggabungkan pulau Cyprus menjadi bagian Yunani, ditambah upaya dari pemerintahan Yunani sendiri yang turut campur dalam kekisruhan tersebut.

Gerah dengan situasi tersebut ditahun yang sama (1974) pemerintah Turki mengirimkan pasukan perang menginvasi pulau Cyprus dan dalam waktu singkat berhasil menduduki lebih dari sepertiga wilayah Cyprus di utara. Tahun 1983 etnis Turki di utara, memproklamirkan negara baru dengan nama "Turkish Republic of Northern Cyprus" ("TRNC") atau Cyprus Utara di dukung penuh dan hanya diakui oleh Turki.

Keindahan masjid Hala Sultan Tekke dipandang dari arah Danau

Berbagai upaya telah dilakukan oleh PBB untuk menyatukan kembali dua pulau yang terpisah ini. Termasuk momen pemilu presiden di tahun 2008 yang lalu yang dijadikan sebagai janin unifikasi Cyprus oleh PBB, dengan berupaya menjadikan momen pemilu tersebut sebagai pemilu bersama bagi dua wilayah negara.

Meski perundingan terus berlangsung dan pemilu presiden pun telah usai, namun hingga ahirnya keseluruhan pulau Cyprus diterima sebagai anggota Uni Eropa pada tanggal 1 Mei 2004 yang lalu namun kedua pemerintahan di pulau tersebut masih bersikukuh dan hingga kini Cyprus masih berdiri sebagai dua negara.

Uni Eropa hanya mau mengakui keanggotaan Cyprus Selatan yang diakui oleh PBB. Sedangkan penduduk Cyprus Utara tetap dapat menikmati fasilitas sebagai warga Uni Eropa dengan mengganti dokumen kewarganegaraan mereka sebagai warga negara Cyprus Selatan. Sebuah keputusan yang memojokkan pemerintahan Cyprus Utara sekaligus pemerintah Turki yang hingga kini pun masih belum di akui sebagai anggota Uni Eropa.

Tentang Larnaca

Kota Larnaca, Larnaca Salt Lake dan Masjid Hala -
Sultan Tekke
Larnaca adalah salah satu distrik di pulau Cyprus. Paska pembagian wilayah tahun 1955 Distric Larnaca terbagi dua, sebagian wilayahnya masuk ke dalam wilayah Cyprus utara sebagian lagi masuk ke dalam Cyprus selatan. Sama halnya dengan distrik Nicosia yang dulunya merupakan ibukota Cyprus (bersatu), dan distrik Famagusta yang kini sebagian besar masuk ke dalam wilayah Cyprus Utara.

Masjid Halla Sultan Tekke, berada di dalam wilayah distrik Larnaca di Cyprus selatan. Tepatnya berdiri tepat berada ditepian Danau Air Asin Larnaca atau Larnaca Salt Lake. Sebagai  danau air asin, pada saat membeku di musim dingin bongkahan yang terjadi sama seperti halnya bongkahan dan butiran garam. Larnaca Salt Lake bukanlah satu satunya Salt Lake di Cyprus masih ada beberapa danau lainnya seperti Akrotiry Salt Lake yang berada di dalam Wilayah pangkalan militer serdadu Inggris di Akrotiri, Cyprus Selatan.
  
Masjid Hala Sultan Tekke atau Masjid Ummu Haram

Masjid Hala Sultan Tekke di Larnaca ini biasa juga disebut sebagai Masjid Ummu Haram, merupakan salah satu masjid bersejarah Islam di Pulau Cyprus. Di Masjid ini merupakan tempat dimakamkannya Ummu Haram yang wafat pada masa penyerbuan pasukan Islam yang pertama ke pulau Cyprus antara tahun 647-649M, yang ahirnya menjadikan Cyprus sebagai bagian dari wilayah Islam.

Ummu Haram tak lain adalah salah satu Sohibah dari baginda Rosulullah S.A.W. Meskipun orang orang Shi’ah menyakini makam beliau bukanlah di Halla Sultan Tekke tapi di pemakaman para sahabat di Jannatul Baqi, Madinah, Saudi Arabia. Namun demikian, muslim setempat percaya bahwa makam di Masjid Halla Sultan Tekke adalah makam dari Ummu Haram dan hal itu sudah berlaku sejak masa Muawiyah Hingga masa Usmaniyah.

Masjid Hala Sultan Tekke setelah renovasi. Bangunan pendo[o dibagian depan adalah bangunan tempat berwudhu.

Ummu Harram adalah saudari dari Ummu Sulaim, beliau juga merupakan istri dari ‘Ubaadah ibnu Saamit yang juga salah satu sahabat Nabi. Ummu Harram bersama suaminya bergabung dalam perang laut menaklukkan pulau Cyprus. Ummu Harram menjemput syahid yang dicita citakannya di tengah kancah perang penaklukan Cyprus, jatuh dari tunggangannya dan dimakamkan di lokasi tersebut, yang dikemudian hari (sekitar tahun 1816) dibangun sebuah masjid dan kini dikenal dengan nama Masjid Halla Sulta Tekke.

Komplek Masjid Halla Sultan Tekke terdiri bangunan masjidnya sendiri, lalu Maosoleum Ummu Haram, Bangunan menara dan komplek pemakaman muslim serta tempat tinggal bagi jemaah muslim dan muslimah. Tekke sendiri berasal dari terminologi bahasa Turki, sebutan bagi sebuah tempat yang digunakan untuk berkumpul bagi anggota jemaah tariqot Sufi.

Meskipun pada awalnya Halla Sultan Tekke digunakan oleh tariqot Sufi namun kini masjid ini terbuka untuk umum dan tidak terkait dengan gerakan tariqot manapun. Sebagai bangunan bersejarah masjid Halla Sultan Tekke juga sudah diakui oleh pemerintah setempat dan Unesco sebagai situs bersejarah. Komplek masjid ini juga mendapat perhatian dari Aga Khan dalam salah satu program rehabilitasi yang mereka selenggarakan.***

Bersambung