Minggu, 16 Juli 2023

Masjid Candikuning Bedugul Bali

Masjid Besar Al-Hidayah Candikuning atau lebih dikenal sebagai Masjid Candikuning Bedugul di desa Candikuning, kecamatan Baturiti kabupaten Tabanan, dengan komplek Pura Ulun Danu dilatar depan. Hanya di Bali kamu kan menemukan pemandangan seperti ini. [foto: Yon Aidil]
  
Nama resminya adalah Masjid Besar Al-Hidayah namun lebih dikenal sebagai Masjid Candikuning merujuk kepada desa tempatnya berada, di desa yang sama juga terkenal dengan kawasan wisata Bedugul dengan danau Bratan dan Pura Ulun Danu nya. Pura bersejarah yang pernah menghias uang kertas Rp. 50.000 rupiah.
 
Bila Pura Ulun Danu berada di danau Bratan, sehingga bila dilihat dari kejauhan tampak pesonanya yang seolah terapung dipermukaan air danau yang jernih, maka Masjid Candikuning atau masjid besar Al Hidayah justru berada dilereng bukit diseberang jalan dari Danau Bratan.
 
Masjid Besar Al Hidayah
Jalan Denpasar – Singaraja, Desa Candikuning
Kec. Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali 82191
https://goo.gl/maps/jwFrgoPucC6JVzKN6
 

 
Dari Kota Denpasar, Ibukota provinsi Bali, Masjid Besar Al Hidayah ini dapat dicapai dengan kendaraan darat sekitar 3-4 jam perjalanan. Lokasinya yang memang berdekatan dengan Pura Ulun Danu di tepian danau Braran, sehingga disarankan kepada para pengunjung masjid ini untuk memarkir kendaraannya di area parkir objek wisata ulun danu. Lalu berjalan kaki menuju ke masjid.
 
Hal itu mengingat tidak ada area parkir memadai di sekitar gerbang menuju masjid yang lokasinya berada ditepian ruas jalan raya Denpasar – Singaraja, memaksakan parkir disana berpotensi akan mengganggu arus lalu lintas. Lokasi masjid ini dari tempat parkir Ulun Danu memang cukup dekat, Menara masjid ini bahkan sudah terlihat dari area parkir dimaksud.


Masjid Besar Al Hidayah dibangun dilereng bukit, sehingga untuk mencapai masjid ini dari jalan raya, harus melewati jejeran anak tangga dimulai dari gerbang hingga ke pelataran masjid. Sesampai dipelataran masjid, pengunjung akan langsung disuguhi dengan pemandangan bentang alam Bedugul yang menawan.
 
Masjid Besar Al-Hidayah Candikuning atau Masjid Candikuning Bedugul [raw photo: Rashmi Vadia]
 
Sepanjang jalan dari tempat parkir Ulun Danu hingga ke Masjid Besar Al Hidayah, terdapat jejeran kios kios yang menawarkan berbagai souvenir menarik khas Bali yang bernuansa Islami, seperti mukena, sarung khas Bali, sejadah khas Bali, buku-buku dan berbagai souvenir lain-nya yang tak ditemukan di objek wisata lainnya.
 
Arsitektur Masjid Besar Al Hidayah
 
Masjid Besar Al Hidayah terdiri satu bangunan utama dua lantai ditambah dengan dua Menara kembar mengapit bangunan masjid disisi kiri dan kanan. Balutan warna kuning menjadi ciri khas warna masjid ini. Satu kubah tunggal diatap masjid dan masing masing menara juga dilengkapi dengan kubah bewarna biru senada dengan warna kubah masjid.
 
Ornamen ukiran berwana emas begitu mencolok di fasad depan masjid, menjadi ciri khas utama masjid ini, sentuhan seni ukir Bali sangat terasa di bagian beranda, jendela, pintu hingga ke interior masjid, semua ukiran-nya bertema floral untuk menyesuaikan nya dengan syariat Islam.
 
Masjid Candikuning dari arah Jalan Raya Denpasar - Singaraja, tampak gerbang dan jejeran anak tangga akses menuju ke masjid dari jalan raya. [foto: mukawijaya muhammad]
 
Pelataran (halaman) masjid ini cukup luas, seluruhnya sudah ditutup dengan tegel, ada beberapa gazebo disana yang dapat digunakan pengunjung untuk duduk duduk santai. Tersedia tempat wudhu di luar ruang di dekat tangga masjid. Tempat wudhu utama ada didalam bangunan dan terpisah tempat wudhu pria dan Wanita. Karena faktor alamnya, jangan kaget bila air wudhu di masjid ini terasa cukup dingin.
 
Ruangan dalam masjid terdiri dari dua lantai, lantai dasar digunakan sehari hari dengan penyekat antara Jemaah pria dan Wanita. Mihrab dan mimbar berada di lantai dasar. Masjid ini juga memiliki sebuah beduk yang ditempatkan didekat pintu utama.
 
Pengurus masjid juga menyediakan sarung dan mukena yang dapat digunakan oleh pengunjung yang membututuhkan saat akan menunaikan sholat disana. Namun jangan lupa untuk dirapi-kan dan dikembalikan ke tempatnya semula ya setelah selesai digunakan.
 
Masjid Candikuning tampak megah diketinggian bukit [foto: Ralph W. Sonntag]
 
Masjid Besar Al Hidayah Bedugul selain mengelola pondok pesantren, sekolah madrasah hingga ke jenjang Aliyah, juga mengelola agrowisata Strawberry dan Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) yang cukup populer sebagai lokasi edukasi pertanian bagi siswa siswa berbagai sekolah di Bali.
 
Sejarah Masjid Al-Hidayah Bedugul
 
Cukup menarik bahwa disekitar Kawasan Bedugul ini terdapat kampung kampung komunitas muslim, Kampung Candi Kuning tempat masjid ini berada adalah salah satunya dengan jumlah warga muslimnya diperkirakan mencapai 3000-an orang.
 
Mereka berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang sudah menjadi warga disana sejak masa kerajaan Gelgel, mengingat bahwa wilayah Lombok dimasa lalu pernah menjadi wilayah kekuasaan kerajaan Gelgel sebelum kemudian menjadi wilayah kerajaan Karangasem sebagai pecahan dari Kerajaan Gelgel.

Masjid Candikuning dari masa ke masa.
 
Masjid Al-Hidayah Bedugul dibangun sejak 1927, berdiri di atas tanah wakaf dari Kumpi Awal dan Kumpi Nurdinah, ikrar wakaf dilakukan dihadapan Guru Alimun, seorang pemuka Muslim setempat kala itu. Semula, bangunan masjid-nya sangat sederhana. Ukurannya sekitar 5x5 meter persegi. Karena itu, kebanyakan orang menyebutnya Langgar Candikuning. Sejak dibangun, tidak hanya difungsikan sebagai tempat shalat berjamaah, tetapi juga sarana pendidikan Islam, khususnya bagi anak-anak dan pemuda.
 
Langgar Candikuning pertama kali direnovasi ditahun 1948 seiring dengan kian bertambahnya muslim disana. Peletakan batu pertama pembangunananya dilakukan oleh Guru Nuruddin Keramat Sindu dari Karangasem. Proses pembangunannya dilakukan secara bergotong royong oleh masyarakat setempat.
 
Renovasi selanjutnya dilakukan ditahun 1978, menyusul kemudian tiga kali perbaikan skala kecil dilakukan agar mampu menampung jamaah yang semakin bertambah. Yayasan Sosial al-Hidayah kemudian dibentuk oleh para tokoh pemuda yang salah satu tujuannya untuk menggalang dana dari para donatur yang hendak mewujudkan renovasi besar-besaran masjid tersebut.
 
Masjid Candikuning [foto: republika]

Dari sekian banyak penyumbang, terdapat nama presiden
Suharto yang memberikan sumbangan sebesar Rp 7 juta rupiah kepada yayasan ini. Hingga akhirnya, terwujudlah masjid yang lebih megah dan bernama Masjid Besar al-Hidayah. Adapun bangunan masjid Besar Al-Hidayah yang tampak saat ini merupakan hasil renovasi pada tahun 2009.
 
Kerukunan Yang Mengagumkan
 
Satu hal yang patut dicatat dalam perjalanan panjang Masjid Besar Al-Hidayah Bedugul ini adalah begitu kuatnya kerukunan antara Muslim dan Hindu di Bedugul khususnya dan Bali pada Umumnya. Pembangunan masjid ini merupakan kolaborasi antara umat Islam dengan Hindu. Sebagaimana dituturkan oleh Takmir masjid, ornamen-ornamen atau ukiran di sisi luar masjid ini dibuat oleh para pengrajin Hindu, takmir yang memberi khat Arabnya untuk diukir.
 
Muslim di Candikuning berada di tengah mayoritas Hindu, namun komunitas Muslim selalu hidup damai dan rukun bersama ummat Hindu. Masing-masing umat memang menjunjung tinggi semangat toleransi dan kebersamaan. Di Bali, terdapat istilah nyama beraya yang merujuk pada ikhtiar menjaga keharmonisan masyarakat. Secara harfiah, terminologi itu berarti ‘saudara semua'.
 
Interior Masjid Candikuning.

Sebagai contoh sederhana, pada
tiap perayaan Maulid Nabi pihak takmir Masjid Besar al-Hidayah selalu mengundang ummat Hindu untuk makan bersama dan sebagainya. Contoh lainnya diketahui bahwa di kampung tersebut juga dikenal luas terdapat dua makam kuno yang dipercaya masyarakat setempat sebagai makam tokoh Islam di masa lalu.
 
Di puncak pegunungan, terdapat makam Syekh Hasan dan di bagian lereng terdapat makam kuno Syekh Husein.  Kedua makam tokoh Muslim tersebut, tidak hanya dirawat dan dihormati umat Islam saja. Tapi juga oleh umat Hindu di wilayah itu. Di desa tersebut, juga terdapat makam ulama besar, Habib Umar bin Yusuf al-Magribi. Tokoh tersebut dikenal luas sebagai salah satu wali pitu, perintis dakwah Islam di Pulau Dewata.***
 
Rujukan
 
https://bali.jpnn.com/destinasi/18761/masjid-al-hidayah-candikuning-rujukan-wisatawan-saat-berlibur-ke-bedugul?page=2
https://www.republika.id/posts/34294/masjid-besar-al-hidayah-cermin-toleransi-di-pulau-dewata
http://www.balimuslim.com/tabanan-area/masjid-besar-al-hidayah-bedugul
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/15/06/02/npb77o-indahnya-masjid-candi-kuning-bedugul-habis
http://bundakheiza.com/blog/masjid-al-hidayah-bedugul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA