Tampilkan postingan dengan label Masjid di Belanda. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid di Belanda. Tampilkan semua postingan

Minggu, 07 Mei 2017

Masjid an-Nashr Rotterdam, Belanda

Penampilan Masjid An-Nashr Rotterdam, negeri Belanda ini sama sekali tidak mirip dengan bangunan masjid yang umumnya kita kenal, lebih mirip dengan sebuah bangunan biasa di tengah kota Rotterdam.

Masjid An-Nashr adalah salah satu masjid besar di kota Rotterdam yang dikelola oleh muslim Maroko di Negeri Belanda. Masjid ini bukanlah satu satunya di kota terbesar kedua di Belanda itu. Rotterdam memang dikenal sebagai kota paling ramah terhadap muslim di Eropa, bahkan walikotanya pun dijabat oleh seorang muslim. Rotterdam juga dikenal sebagai kota dengan penduduk imigrannya yang sangat tinggi, sekitar 47% penduduk kota Rotterdam merupakan para imigran, sekaligus juga menjadikan Rotterdam sebagai kota dengan imigran muslim terbesar di Belanda, bahkan mungkin juga di Eropa.

Kurang lebih 13%, sumber lain bahkan menyebut angka 25% warga Rotterdam beragama Islam, labih fantastis lagi bahkan beberapa media menyebut bahwa di tahun 2020 muslim merupakan mayoritas di Rotterdam. Tidak sulit untuk menemukan makanan halal disana. Walikota Rotterdam saat ini beragama Islam. Beliau adalah Ahmed Aboutaleb, warga Belanda yang memiliki garis keturunan Maroko yang menjadi walikota Rotterdam sejak bulan Januari 2009. Beliau adalah satu–satunya walikota muslim di negeri Belanda.

Di Rotterdam, kita dengan mudah menemukan masjid yang banyak tersebar di seluruh penjuru kota. Namun, banyak masjid yang tidak tampak sebagai masjid, karena bangunannya berupa apartemen yang menyatu dengan rumah-rumah, apartemen, atau kantor di sekelilingnya. Hanya satu dua masjid saja yang tampak sebagai masjid, seperti adanya menara dan kubah khas masjid. Pendatang baru mungkin akan kesulitan mencari lokasi-lokasi masjid tersebut, meskipun sebenarnya ada di mana-mana.

Moskee An-Nasr
Van Cittersstraat 55a, 3022 LH Rotterdam, Belanda
Telepon: +31 10 478 1253
Directions:       From Rotterdam Central Station take bus no 38. Stop at beukelsdijk bus stop. take a walk about 4 bloks to the west.




Masjid-masjid tersebut dikelola oleh warga keturunan Turki, Maroko, Pakistan, Somalia, Boznia atau Indonesia. Uniknya, sebagian masjid di Rotterdam dulunya adalah bangunan bekas gereja yang kemudian beralih fungsi menjadi masjid. Oleh karena itu, banyak bangunan masjid di Rotterdam dari luar tampak seperti bangunan gereja, gedung, atau rumah biasa, salah satunya adalah Masjid An-Nashr yang sebelumnya juga merupakan sebuah gereja.

Berawal dari Sebuah Gereja

Masjid An-Nashr dulunya adalah sebuah gereja “Reformed Church yang kemudian dibeli oleh komunitas muslim Rotterdam ditahun 1982 seharga setengah juta Euro dan kemudian direnovasi dan di-ubah-suaikan sebagai masjid. Ditahun 2010 sebuah proyek renovasi besar besaran di umumkan oleh pengelola masjid di dukung oleh sejumlah LSM untuk saling membantu dan bekerja sama dengan yayasan masjid dalam renovasi dan perluasan yang akan memakan biaya lebih dari sepuluh juta Euro. Upaya tersebut merupakan usaha untuk mewujudkan Masjid an-Nashr di kota Rotterdam dalam penampilan barunya.

Panitia pembaharuan masjid berkeinginan untuk menjadikan masjid tersebut sebagai masjid terbesar di benua Eropa, serta ingin menambahkan bangunan-bangunan lain untuk  penyempurnaan fungsi masjid sebagai lembaga sosial dan kebudayaan di samping fungsinya sebagai tempat peribadatan. Ali At-Tasyi, Direktur Yayasan Masjid An-Nashr menjelaskan bahwa masjid mengalami pembaharuan dalam penampilan dan pelebarannya setelah beberapa pihak tertentu pada tahun-tahun terakhir ini menutup sebagian lokasi masjid karena rapuh dan hampir runtuh.

Papan nama masjid Rotterdam ini satu satunya petunjuk bahwa gedung dipertigaan jalan ini adalah bangunan masjid. itupun bagi mereka yang bisa membaca aksara Arab gundul.

Masjid Terbuka

Masjid An-Nashr dan masjid masjid di Rotterdam membuka diri bagi kunjungan dari pihak manapun termasuk dari para mahasiswa non muslim. Seperti yang terjadi pada 1 April 2005 ketika 30 mahasiswa Katholik melakukan kunjungan ke Masjid An-Nahsr. Dalam kunjungan tersebut mereka diterima dan dipandu langsung oleh Imam masjid.

Masjid An-Nashr dan Gaya Belanda Menghargai Ulama

Namanya Khalil el-Moumni, beliau adalah imam Masjid An-Nasr. Beliau dikenal dengan sikap dan pernyataannya yang keras menolak Homoseksual, yang disampaikan dalam setiap kesempatan termasuk dalam acara wawancara di saluran televisi.

Sikap tersebut menuai kontroversi mengingat di Negeri Belanda, Homoseksual itu diperbolehkan oleh negara, tak pelak beliau mendapatkan kecaman dan protes dari berbagai pihak. Sampai ahirnya beliau di jerat dengan Undang undang anti diskriminasi dan dihadapkan ke meja hijau pada bulan Desember 2001.

Di dalam Masjid An-Nashr, sangat lega.

Namun yang terjadi kemudian justru sesuatu yang sangat mengejutkan banyak pihak. Pada tanggal 4 April 2002, pengadilan Rotterdam mengumumkan keputusannya dan menyatakan bahwa meskipun pernyataan Khalil-el-Mournmni melakukan tindakan diskriminasi namun hal tersebut diperkenankan dengan dasar kebebasan mengekspresikan ke-agamaan, karena (sikap beliau) tersebut di dasarkan kepada Al-Qur’an dan Kitab lainnya.

Kemenkumham Belanda tak terima keputusan tersebut dan kembali mengajukan gugatan dan lagi lagi ditolak oleh pengadilan Rotterdam pada tanggal 18 November 2002. Yah. Begitulah Gaya Belanda Menghormati Ajaran Agama meskipun harus menabrak undang undangnya sendiri.***


Jumat, 02 Agustus 2013

Masjid Al-Aksa, Bekas Sinagog Kota Den Haag

[foto] Masjid Al-Aksa atau Al-Aksa Mecida di kota Den Haag, Belanda, awalnya merupakan sebuah Sinagog Abad ke 19 yang kemudian di ubah menjadi masjid oleh komunitas muslim Turki di Den Haag.

Perkembangan Islam di Belanda memang cukup pesat. Komunitas Indonesia dan muslim dari beberapa Negara yang pernah menjadi wilayah jajahan negeri kincir angin tersebut turut meramaikan komunitas muslim disana sejak lama. Masjid masjid telah bertaburan di berbagai kota disana, berbagai organisasi Islam juga telah berdiri menjadi motor penggerak dakwah Islam disana. Begitupun dalam bidang pendidikan, Tahun 2010 lalu, Universitas Islam Belanda telah mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah setempat menjadikannya sebagai Universitas Islam terkemuka di Eropa.

Khusus di kota Den Hag yang merupakan ibukota Negara, Komunitas muslim Indonesia telah sejak lama mengukir sejarah disana dengan membeli sebuah bangunan Gereja Immanuel yang telah lama sepi jemaah terpakai dan mengubahnya menjadi Masjid Al-Hikmah yang dikelola oleh Muslim Indonesia. Keseluruhan dana pembelian dan alih fungsi bangunan tersebut di danai oleh Bapak H. Probosutejo.

terselip diantara gedung gedung di sekitarnya.

Di kota Den Hag juga ada sebuah masjid dengan gaya arsitektur yang cukup unik karena memang sebelumnya merupakan sebuah Sinagog Yahudi yang kemudian di alih fungsi menjadi Masjid oleh komunitas muslim Turki disana. Sampai tahun 1974 bangunan tersebut masih berfungsi sebagaimana peruntukannya sebagai tempat ibadah bagi Kaum Yahudi di Den Hag sampai kemudian dijual tahun 1979 karena sepi jemaah.

Bangunan Sinagog Agung Yahudi tersebut yang kini berada di Wagenstraat dibangun tahun 1844 merupakan salah satu bangunan bersejarah terkait dengan deportasi warga Yahudi di Belanda. Tak jauh dari tempat tersebut terdapat berbagai gedung dan monument terkait dengan sejarah Yahudi di Den Hag termasuk titik berkumpulnya 14 ribu hingga 17 ribu warga Yahudi sebelum dikirim ke Kamp Konsentrasi Jerman.

Mescidi-Aksa‎
Wagenstraat 103
2512 AS Den Haag, Nederland


Komunitas Muslim Turki kota Den Hag membeli bangunan tersebut dan kemudian mengubahnya menjadi sebuah masjid yang cukup megah namun tetap mempertahankan arsitektur aslinya. Maka jadilah sebuah masjid dengan tampilan luar tetap dalam bentuk aslinya. Sebuah menara tinggi khas Turki kemudian ditambahkan tahun 1985 di bagian masjid tersebut untuk menegaskan bahwa bangunan tersebut adalah sebuah masjid bukan lagi Sinagog.

Lokasi masjidnya yang tidak tepat berada di tepian jalan raya namun agak masuk ke dalam diantara jejeran bangunan pusat bisnis disekitarnya membuat bangunan masjid ini kadang luput dari pandangan. Menara tingginya yang dibangun belakangan itu cukup membantu untuk memudahkan menemukan masjid ini seakan memberi tahu siapa saja tentang keberadaaannya.

Mimbar dan mihrab masjid Al-Aksa Den Haag.

Seperti kebanyakan masjid di Belanda, Masjid Al-Aksa ini juga terbuka bagi siapa saja yang berkenan untuk berkunjung termasuk kunjungan dari non muslim yang sekedar ingin berkunjung melihat keindahan interiornya yang sudah berubah total ke dalam rancangan masjid khas Turki apalagi berkunjung untuk mendapatkan informasi ke-Islaman, pengurus masjid ini dengan ramah akan menemui para pengunjungnya.

Bangunan masjid ini dibagi ke dalam dua area. Masing masing adala area sholat utama untuk jemaah pria ada di lantai dasar sedangkan area khusus untuk jemaah wanita ditempatkan di lantai mezanin. Masuk ke dalam masjid ini sama sekali tak ada lagi bekas pernak pernik sebuah Sinagog selain dari bentuk luarnya yang masih dipertahankan. Hamparan sajadah merah mendominasi suasana di dalam masjid ini.

Interior Masjid Al-Aksa.

Mihrab dengan rancangan khas Turki penuh dengan ornamen dalam warna biru berdiri bersebelahan dengan dua mimbar di sisi kiri dan sisi kanan. Mihrab utama dibangun cukup tinggi dari bahan kayu berukir sedangkan mimbar yang lebih kecil diletakkan di sisi kiri mihrab sebagai tempat muazin melantunkan azan dan ikomah. Kemegahan interior masjid masjid Turki cukup terasa di dalam masjid ini meski tak seramai dan semegah masjid masjid Istambul yang memang sejak awal dibangun sebagai masjid.***

Baca Juga


Senin, 07 Februari 2011

Masjid Essalam, Rotterdam, terbesar di Belanda

Masjid Essalam Rotterdam

Masjid Essalam atau Assalam di kota Rotterdam, Belanda ahirnya selesai dibangun dan diresmikan penggunaannya pada hari Jum’at 17 Desember 2010 lalu setelah melalui sebuah perjalanan teramat panjang dalam pembangunannya. Proses pembangunan masjid ini sempat terbengkalai akibat pertikaian internal panitia pembangunan, pertentangan dari kelompok yang anti pembangunan masjid disana, hingga ke masalah finansial. Kini setelah masjid tersebut selesai dibangun dan diresmikan, menjadi masjid terbesar di kawasan benua Eropa bagian barat.

Rotterdam, merupakan salah satu kota di Eropa yang paling ramah bagi muslim. Dengan jumlah presentase 40% dari 585,000 penduduk Rotterdam (data tahun 2009), Rotterdam bukan hanya dipimpin oleh Ahmed Aboutaleb, walikota muslim pertama di Rottherdam, beliau merupakan warga Belanda keturunan Maroko, tetapi telah menjadi kota imigran muslim terbesar di Belanda. Inilah salah satu keuntungan seorang muslim di Rotterdam, di kota ini, terdapat cukup banyak kios daging halal, masjid, dan organisasi keIslaman setempat.

Alamat dan Lokasi Masjid Essalam Rotterdam

Vredesplein, 3074 Rotterdam, Belanda

 

Sejarah Pembangunan Masjid Essalam Rotterdam

Pembangunan dimulai tahun 2003 dan direncanakan berlangsung selama dua tahun untuk diresmikan dan digunakan tahun 2005, tapi panitia pembangunan mengatakan bahwa pihak oposisi sayap kanan-jauh telah menunda proyek tersebut. Setelah lima tahun ditunda karena menemui hambatan dari politisi sayap kanan, permasalahan internal pengurus hingga masalah pendanaan, ahirnya diresmikan tanggal pada hari Jum’at 17 Desember 2010

 

Masjid yang dibangun dengan dua buah menara yang menjulang setinggi 50 meter (164-kaki) ini dapat menampung 3.000 jama'ah dan akan menjadi masjid dan Islamic centre terbesar di negeri Belanda, kata kepala administrator masjid, Abdelrazak Boutaher. Pembangunan masjid Essalam secara keseluruhan menghabiskan dana sebesar 4 juta Euro.


Masjid Essalam Rotterdam

Penyelesaian pembangunan Masjid As-Salam Rotterdam ini tak terlepas dari bantuan Yayasan Amal Al-Maktoum, sebuah yayasan amal milik Sheik Dubai, Sheikh Hamad bin Rashid Al-Maktoum, yang kemudian menempatkan satu orang dari yayasannya masuk dalam jajaran kepengurusan masjid tersebut. Al-Maktoum mengambil alih pembiayaan penyelesaian pembangunan masjid ini setelah sekian lama terbengkalai karena beberapa permasalahan yang disebut di awal, termasuk ancaman dari dewan kota yang meminta masjid tersebut agar segera diseleaikan atau dihancurkan.

Sengketa, kurang dana, dan mundur 6  tahun dari rencana

Pembangunan masjid besar ini sempat memicu ketegangan antara komunitas muslim yang hampir mencapai satu juta orang di Belanda dengan penduduk pribumi Belanda. Pembangunan masjid ini memang bersamaan dengan rencana pembangunan masjid di Amsterdam, yang kemudian memicu penolakan.

Masjid Essalam Rotterdam

Beragam alasan penolakan mulai dari arsitektur masjid yang dinilai tidak homogen dengan arsitektur lokal dan tidak tidak sejalan dengan semangat integrasi, menara masjid yang dianggap terlalu tinggi, ketakutan dengan isu Islamisasi Belanda, hinga ketakutan akan meningkatnya tindakan radikal sebagai akibat dari pendirian masjid tersebut. Pertentangan sangat keras memang datang dari kubu pihak oposisi sayap kanan-jauh, yang mengklaim diri sebagai mewakili mayoritas masyarakat Rotterdam.

Meski demikian dengan segala pertimbangan dewan kota Rotterdam mengijinkan pembangunan masjid tersebut meski gelombang protes dari kelompok penentang tak pernah berhenti. Angka penduduk imigran di Belanda ditengarai sudah mencapai angka 25% dari keseluruhan populasi Belanda. Dan kenyataan bahwa sebagian besar imigran terebut adalah muslim menjadi salah satu pemicu ketakutan akan berubahnya negeri kincir angin itu menjadi sebuah negeri menara.

Masjid Essalam Rotterdam

Pihak lain menyebut bahwa penolakan yang datang dari penentang pembangunan masjid tersebut terlebih pada kesalahpengertian pada bangunan masjid. menurut mereka semestinya bangunan masjid tidaklah harus selalu dengan design masjid pada umumnya yang mengedepankan simbol simbol Islam, dengan kubah dan menara yang sangat mencolok seakan ingin mengubah pemandangan seluruh kota, dan dianggap tidak cocok dengan kota Rotterdam.

Sementara pihak lain nya menyebut bahwa, muslim Belanda juga memiliki hak untuk menunjukkan jati diri mereka, menunjukkan identitas dari negeri mana mereka berasal meski kini mereka sudah menjadi bagian dari Belanda. Pemberi dana masjid Es-salam sendiri, pernah mengatakan bahwa masjid yang mereka danai sangat cocok dengan pemandangan di Rotterdam, karena kalau Anda tidak melihat kubah dan menara-menaranya, maka akan sangat mirip dengan gedung Kotapraja Rotterdam. 

Masjid Essalam Rotterdam

Permasalahan pembangunan masjid ini memuncak di awal tahun 2010 lalu ketika dewan kota Rotterdam mengingatkan kepada panitia pembangunan masjid bahwa batas ijin akan segera berahir,  dan bila tidak segera diselesaikan dengan sendirinya ijin untuk masjid tersebut pun akan di cabut, artinya bangunan yang belum selesai tersebut harus dihancurkan. Tekanan hebat datang terutama dari Liveable Rotterdam, partai terbesar di kalangan kulit putih Rotterdam.

Permasalahan menjadi lebih pelik ketika jemaah pun mulai mempertanyakan perihal begitu lambannya penyelesaian pembangunan masjid terebut dan kecewa dengan ketidak terbukaan para pengurus kepada jemaah. Abdelrazak Boutaher selaku ketua eksekutif pelaksana pembangunan ketika itu mengatakan bahwa pembangunan masjid tersebut masih membutuhkan dana sebesar 2.6 juta euro lagi.

Masjid Essalam ketika dalam tahap ahir penyelesaian

Dan dana tersebut akan ditanggung oleh yayasan Al-Maktoum, namun beliau menolak berkomentar lebih jauh ketika ditanya apakah dana tersebut sudah mengalir ke kas masjid atau belum mengingat kontraktor pembangunan masjid pun sudah melayangkan protes keras atas ketidaktersediaan dana untuk melanjutkan pembangunan masjid tersebut.

Perselisihan antara panitia pembangunan masjid dengan jemaah nya ini berujung ke pengadilan. J.C. Debije mewakili pengurus masjid melaporkan lima jemaah masjid tersebut yang melakukan kritik pedas dan meminta penjelasan tentang pembangunan masjid dan menolak bantuan dana dari Almaktoum Dubai.

Masjid Essalam Rotterdam

Pengadilan Rotterdam mengabulkan permohonan pihak panitia untuk melarang lima jemaah masjid tersebut mendekati areal pembangunan setidaknya selama 6 bulan sejak keputusan itu dibuat di bulan April 2010 lalu.  Mohamed Ebrayimi, salah satu dari lima jemaah yang terkena larangan tersebut mengaku sangat kecewa dengan keputusan tersebut.

Pembangunan masjid Essalam ini diprakarsai dan di laksanakan oleh komunitas Islam keturuanan Maroko di Rotterdam. Sangat dimengerti bila kemudian diantara jemaah ada yang menolak intervensi dari Dubai. Lima jemaah yang menolak dana dari Almaktoum tersebut mengatakan bahwa mereka dan muslim maroko mampu menanggung keseluruhan dana pembangunan tersebut dengan keterbukaan dari panita tanpa harus meminta bantuan dari Al-Maktoum dari Dubai. Namun untuk kali pertama pengadilan Rotterdam melarang jemaah mendekati tempat ibadah mereka dalam kurun waktu tertentu.

Peresmian Masjid  Assalam

Permasalahan berahir ketika dana bantuan dari Dubai benar benar mengalir, pembangunan masjid berlanjut hingga selesai dan ahirnya diresmikan tanggal 17 Desember 2010 oleh Walikota Walikota Rotterdam Ahmed Aboutaleb dan Alderman Hamit Karakus, perencana kota dan perumahan kotapraja Rotterrdam. Ahmed Aboutaleb adalah muslim keturuan Maroko dan menjadi muslim pertama yang menjadi walikota Rotterdam, sementara Alderman Hamit Karakus adalah muslim Rotterdam keturunan Turki.

Masjid Essalam Rotterdam

Peresmian tersebut juga dihadiri oleh Ali Thani Al Suwaidi - duta besar UEA untuk Belanda, Duta Besar Maroko untuk Belanda, Mirza Al Sayegh - direktur kantor Sheikh Hamdan dan anggota pengurus yayasan Al Maktoum, pemimpin komunitas Muslim, serta kaum muslimin Rotterdam.

Dr Hussein Halawa, penceramah Islamic Centre di Dublin, memberikan khotbah Jumat pertama di Masjid baru itu, mendesak kaum Muslim untuk mengikuti aliran Islam moderat dan menjauhkan diri dari perbedaan. Masjid itu sekarang menjadi monumen budaya paling terkenal kedua di Rotterdam setelah Balai Kota Dewan. Masjid seluas 3.200 meter persegi itu mampu menampung 3000 jamaah dan mendedikasikan satu lantai penuh dari tiga lantai yang ada untuk jamaah wanita.

Masjid Essalam Rotterdam

Arsitektur Masjid Masjid Essalam

Masjid Essalam dibangun dengan luas 2500 meter persegi diperkirakan mampu menampung jemaah hingga 3000 orang. Dibangun empat lantai di atas tanah seluas 800 kaki persegi. Lantai dasar dipakai untuk keperluan aktivitas non relijius termasuk toko, dapur dan ruang umum untuk segala aktiivitas pengurus termasuk tempat wudhlu untuk laki laki. Termasuk ruang untuk kantor ruang kelas, ruang imam, serta ruang makan.
Dibagian tengah ruang balkon lantai satu dan lantai dua digunakan sebagai ruang sholat jemaah laki laki sedangkan lantai paling atas dipakai untuk ruang sholat bagi jemaah wanita. Masing masing ruang sholat di interkoneksi dengan void untuk memberikan penerangan alami dari kubah yang berukuran 25 meter di atas masjid, di topang dengan 4 tiang utama.

ekterior masjid dirancang dengan gaya masjid Nabi di Madinah dipadu dengan gaya mamluk mesir abad ke 15. keseluruhan gedung di ditutup dengan batu alam dengan aksen warna warni batu abu abu kebiruan. Sedangkan lengkungan jendela dibuat dari batu buatan. Pintu utama masjid diletkkan di sebelah barat, ruang mihrab di sisi tenggara masjid. 
Rancangan masjid ini dibuat oleh arsitek Wilfried van Winden, dibawah nama Molenaar & Van Winden architects.  Van Winden sendiri berprakterk kearsitekturan dengan nama WAM architects.

Foto Foto Masjid Essalam Rotterdam

Masjid Essalam Rotterdam
Masjid Essalam Rotterdam 
Masjid Essalam Rotterdam
Masjid Essalam Rotterdam

------------------------oooOOOooo--------------------------


Minggu, 09 Januari 2011

Masjid Al-Hikmah Komunitas Muslim Indonesia di Den Haag, Belanda (Bagian I)

Masjid Al-Hikmah Komunitas Muslim Indonesia di Den Haag.

Resminya masjid ini bernama Masjid Al-Hikmah terletak di Heeswijkpein, Moerwijk kota Den Haag, Negeri Belanda. Berdirinya Masjid Al-Hikmah memperpanjang deretan jumlah masjid di Belanda. Pada 1990 saja, jumlah masjid sudah mencapai 300 di seluruh Belanda. 

Masjid Al-Hikmah ini juga bukan masjid pertama yang didirikan oleh Muslim Indonesia atau muslim yang memiliki keterikatan dengan Indonesia di Belanda. Sebelumnya sudah ada Mushola Al-Ittihad di Daguerrestr No 2 Den Haag, dan Masjid Maluku An-Nur di Balk yang didirikan oleh muslim mantan pasukan KNIL di tahun 1950-an. 

Menjadi cukup menarik karena sebelumnya di blog ini juga di postingan sebelumnya kita telah mengulas masjid Indonesia di New York City, Amerika Serikat yang memiliki nama yang sama dengan masjid Indonesia di Den Haag ini. Sama sama bernama Masjid Al-Hikmah. Masjid Al-Hikmah di Den Haag ini dikelola oleh PPME berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag. 

Masjid Al-Hikmah tak hanya di ramaikan oleh warga Indonesia tapi juga turut diramaikan oleh kaum muslimin dari berbagai warga negara di Den Haag termasuk dari Turki, Maroko, dan muslim Belanda, terutama di sholat jum’at dan dua sholat hari raya. 

Masjid Al-Hikmah PS Indonesia 
Medlerstraat 4, 2531 HA Den Haag, Netherlands 

   

Sejarah Masjid Al-Hikmah, Den Haag 

Masjid Bekas Gereja Immanuel. Wakaf H. Probosutedjo 

Dari luar, bangunan itu tidak mirip dengan masjid umumnya. Rumah panjang bertingkat dua, tanpa kubah. Suasana masjid baru terlihat ketika masuk ke dalam. Ada mihrab dan bentangan sajadah. Masjid Al-Hikmah di Heeswijkpein, Moerwijk kota Den Haag itu awalnya adalah gereja Immanuel. 

Pada akhir 1995, di saat umat Islam Indonesia berupaya keras mengumpulkan dana untuk mendirikan masjid, setelah musholah Al-Ittihad tidak dapat lagi menampung jamaah yang terus bertambah. Adalah Bapak H. Probosutedjo, pengusaha Indonesia, yang membeli gereja tersebut seharga sekitar 1.350.000 golden dan mewakafkannya atas nama kakaknya RH Haris Sutjipto, yang wafat di Leiden, Desember 1995 setelah dirawat di kota itu. 

Masjid itu diserahterimakan Pak Probo untuk umat Islam pada 1 Juli 1996 atau 15 Safar 1417 H. Awal mulanya masjid ini akan diberi nama Al-Ikhlas, tapi kemudian oleh Probosutedjo nama itu diubah dengan nama Al Hikmah. Pemilihan nama ini langsung disampaikan oleh Pak Probo saat meresmikan masjid ini. 

Masjid Al-Hikmah Komunitas Muslim Indonesia di Den Haag.

Dipilihnya bekas bangunan gereja untuk masjid ini tak lepas dari permasalahan tidak mudahnya mendirikan bangunan baru di Belanda, sementara ketika itu banyak gereja yang tidak lagi difungsikan dan dijual kepada umum. Menurut Ahmad Nafan Sulchan, salah seorang pendiri PPME, masyarakat sekitar gereja lebih senang gereja itu dijadikan masjid daripada digunakan untuk kepentingan lain, diskotik misalnya. 

Gereja Immanuel itu kini menjadi masjid. Lantai bawah digunakan untuk pengajian dan kegiatan remaja Islam. Lantai atas untuk shalat. Pada Ramadhan, masjid Al-Hikmah dipenuhi warga Indonesia, yang diperkirakan lebih 5.000 orang. 

Interior Masjid Al-Hikmah.

Masjid Al-Hikmah Den Haag ini merupakan berkah sendiri bagi muslim Indonesia di Den Haag, mengingat sekarang kini tersiar kabar bahwa pemerintah Belanda sudah mengeluarkan aturan yang melarang penjualan gereja tak terpakai untuk di ubah menjadi masjid. Gereja gereja tak terpakai di arahkan untuk di alih fungsi menjadi perkantoran ataupun tempat tinggal. Lagipula bila pembelian gedung dilaksanakan saat ini, sudah pasti harganya sudah jauh melambung tinggi. 

Proses renovasi gereja menjadi masjid 

Karena bangunan awalnya adalah sebuah gereja yang dilengkapi dengan mimbar gereja serta balkon, maka terlebih dulu dilakukan beberapa renovasi. Bahkan lantainya dulu tidak rata karena dibuat miring untuk jemaah gereja. Seperti gedung teater. Karena itulah dilakukan renovasi. 

Lantai dua yang kini biasa digunakan untuk salat Jumat, Tarawih, sekaligus Idulfitri, diratakan dengan cara ditutup gabus khusus. Bahkan pemanas ruangan berada di bawah lantai sehingga saat winter (musim dingin), suhu ruangan tetap hangat bagi jemaah. 

Masjid Al-Hikmah Komunitas Muslim Indonesia di Den Haag.

Selain merenovasi lantai, Masjid Al Hikmah juga berbenah agar terlihat lebih Islami sebagai tempat ibadah umat muslim. Pendirian bangunan di Belanda memang tak mudah, jangankan untuk mendirikan bangunan baru ataupun mendirikan masjid, untuk sekedar membuat lukisan kubah disetiap jendela masjid Al-Hikmah ketika dalam renovasi untuk mengubahnya dari sebuah gereja menjadi bangunan yang layak untuk sebuah masjid, takmir masjid harus meminta izin kepada pihak pemerintah kota atau Gementee. Bahkan gambar kubah yang akan dipakai juga harus disetujui terlebih dahulu. 

Tidak boleh sembarangan menambah apa pun yang terlihat di luar bangunan masjid. Selain itu, bila di kampung-kampung di Indonesia, sering terdengar lantunan ayat-ayat suci Alquran dari pengeras suara di surau-surau dan masjid masjid, maka di Belanda, kita tidak akan pernah mendengarnya. Masjid memang tidak diperkenankan memasang pengeras suara di luar. Pengeras suara hanya ada di dalam ruangan. 

Di tahun 2009, interior masjid Al-Hikmah diperindah dengan lukisan kaligrafi karya kaligrafer Indonesia KH Ali Mahfudz Suyat MA yang sengaja di datangkan ke Den Haag Belanda untuk memperindah Masjid tersebut. Beliau juga yang kemudian menjadi imam dan khatip sholat Idul Fitri di Masjid Al-Hikmah tahun 2009.  Lanjutkan membaca ke bagian II

-------------------------oooOOOooo--------------------------