Tampilkan postingan dengan label Masjid di Malang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid di Malang. Tampilkan semua postingan

Rabu, 27 Oktober 2010

Masjid Agung Jami Malang

Masjid Agung Jami' Malang.

Mendengar nama Malang, para pencinta sepakbola di tanah air pasti akan langsung teringat dengan klub sepakbola Persema dan Arema Indonesia, klub yang disebut terahir ini adalah jawara Liga Super Idonesia musim lalu (2009-2010). Di kota nya Aremania ini terdapat masjid agung tua yang bernama Masjid Agung Jami Malang. Masjid tua yang anggun penuh kharisma, menenangkan hati siapapun yang beribadah disana.

Masjid ini dipercaya sebagai satu dari 3 masjid tua di propinsi Jawa Timur yang di anggap sebagai tempat Mustajabah, atau tempat dimana doa doa dari hamba hamba yang beriman akan dikabulkan oleh Allah Subhanahuwata’ala. Dua masjid lain nya adalah Masjid Ampel Surabaya, Masjid Jami’ Pasuruan

Lokasi Masjid Agung Jami Malang

Masjid Agung Jami’ berada di Jalan Merdeka Barat No 3 Malang, provinsi Jawa Timur. Letaknya cukup strategis dipusat kota. di sebelah barat alun-alun pusat kota Malang. Di sebelah selatan masjid terdapat gedung Bank Mandiri (eks. Bank Bumi Daya) dan di sebelah utara terdapat bangunan kantor Asuransi Jiwasraya.

 

Sejarah Masjid Agung Jami' Malang

Malang pada awal berdirinya Masjid Agung Jami’ Malang masih bernama Masjid  Jami’ Malang. Sebagai masjid utama di Kota Malang, Masjid Agung Jami’ menjadi institusi yang amat penting dalam kehidupan umat Islam. Selain itu, masjid merupakan sarana keagamaan yang memiliki makna strategis bagi umat Islam, tidak saja dalam masalah ritual keagamaan tapi juga berkaitan dengan persoalan-persoalan kemasyarakatan, sosial dan budaya dalam arti luas.

Ta'mir Masjid Agung Jami' Malang

Masjid Agung Jami’ Malang didirikan pada tahun 1890 M di atas tanah Goepernemen atau tanah negara sekitar 3.000 m2. Menurut prasasti yang ada, Masjid Agung Jami’ dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama dibangun tahun 1890 M, kemudian tahap kedua dimulai pada 15 Maret 1903, dan selesai pada 13 September 1903. Bangunan masjid ini berbentuk bujursangkar, berstruktur baja dengan atap tajug tumpang dua, dan sampai saat ini bangunan asli itu masih dipertahankan keberadaannya.

Arsitektur Masjid Agung Jami Malang

Dari bentuknya, Masjid Agung Jami’ Malang mempunyai dua gaya arsitektur, yaitu arsitektur Jawa dan Arsitektur Arab. Gaya arsitektur Jawa terlihat dari bentuk atap masjid bangunan lama yang berbentuk tajug. Sedangkan gaya arsitektur Arab terlihat dari bentuk kubah pada menara masjid dan juga konstruksi lengkung pada bidang-bidang bukaan pintu dan jendela.

Presiden SBY di Masjid Agung Jami' Malang
Pada dasarnya seluruh bagian bangunan Masjid Agung Jami’ Malang mulai batas suci adalah sakral. Hal ini tersirat dengan adanya perbedaan ketinggian lantai yang terlihat mencolok, dimana bagian lantai bangunan yang sakral kurang lebih 105 cm dari muka tanah bangunan di sekitarnya. Di bagian mihrab (tempat imam) lebih sakral lagi, hal ini tersirat dengan peninggian lantai pada bagian tersebut. Bahkan sampai sekarang di belakang mihrab masih ada beberapa makam leluhur pendiri masjid.

Bangunan Masjid ini di topang oleh empat sokoguru utama yang terbuat dari kayu jati dan 20 tiang yang bentuknya dibuat  mirip dengan 4 kolom itu, dibangun dengan penuh tirakat dan keihlasan para pendirinya dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Meski Takmir Masjid Agung Jami’ Malang melakukan renovasi terhadap bangunan masjid bangunan asli masjid tetap dilestarikan.

Radio Masjid Agung Jami’ Malang,  RADIO MADINA FM 99,8

Dalam menjalankan salah satu fungsinya sebagai pusat kegiatan dakwah dan pusat pengembangan budaya, serta juga sebagai pusat informasi sebagai upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan umat Islam, ditengah-tengah meningkatnya serangan faham sekulerisme, pendangkalan agama dari berbagai sudut yang semakin gencar dari mulai media cetak, media elektronik, kegiatan budaya, promosi kenakalan remaja melalui penggunaan narkoba, provokasi pertikaian antar massa dan lain sebagainya.

Untuk merespon serangan serangan pemikiran tersebut dengan bijaksana. Takmir masjid Agung Jami’ Malang terpanggil untuk memberikan satu alternativ informasi dan dakwah Islam dengan mendirikan Radio Madina FM 99.8 dengan harapan menjadi referensi ummat Islam di Malang Raya dan sekitarnya dalam mempelajari dan mendalami ajaran Islam yang dibawa Rasulullah SAW.

Masjid Agung Jami’ Malang menyelenggarakan pengajian umum secara rutin berupa kuliah subuh setiap hari dan pengajian bakada Magrib yang isi oleh para kyai kyai ternama kota Malang. Kegiatan remaja masjid di Masjid Agung Jami’ Malang ini juga cukup semarak.

Sumur Artesis Masjid Agung Jami’ Malang

Fasad Masjid Agung
Jami' Malang
Untuk penyediaan air bersih bagi semua aktivitas masjid, takmir masjid Agung Malang sudah membangun sebuah sumur bor artesis sedalam 205 meter. Sumur artesis tersebut sudah mengeluarkan air sendiri meski tanpa menggunakan pompa dengan debit mencapai 15 liter per detik. Berdasarkan hasil uji oleh PDAM kota Malang, air dari sumur artesis ini memenuhi syarat untuk langsung diminum. Air itu mengandung alkalinitas (Ph) 273.31, kandungan total dissolved water (TDS) mendekati kandungan TDS air zam-zam. TDS air artesis masjid jami sebesar 437 sedangkan air zam-zam 430 TDS.

Pengeboran sumur mulai dilakukan hari Rabu, 27 Januari 2010M /11 Muharram 1431H. Dengan dana sebesar Rp 150 juta ditanggung sepenuhnya oleh seorang dermawan.  Dan air dari sumur artesis tersebut baru keluar dengan sendirinya tanpa pompa di hari ke 41 pekerjaan pengeboran, hari Rabu, 10 Maret 2010M / 24 Rabiul Awwal 1431H Sekitar jam 23.00 WIB justru di saat tidak ada lagi pekerjaan pengeboran.***

Masjid Agung Jami' Malang Tahun 1910
Masjid Agung Jami' Malang Tahun 1914
Masjid Agung Jami' Malang Feb 1948
Masjid Agung Jami' Malang Tahun 1950
Masjid Agung Jami' Malang, Dulu dan Kini
Dipangang dari alun alun

----------------

Selasa, 05 Oktober 2010

Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono RS. UMM

Masjid K.H. Bedjo Darmoleksono di komplek RS. UMM.

Masjid bernuansa Tiongkok yang satu ini benar benar istimewa, karena dibangun bukan oleh komunitas Muslim Tionghoa Indonesia tapi justru dibangun oleh Universitas Muhammadiyah Malang. Ketika Universitas Muhammadiyah Malang berencana membangun sebuah Rumah Sakit lengkap dengan fasilitas Masjid, Rektorat UMM memutuskan untuk memprioritaskan pembangunan masjid agar segera dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, dan setelah beberapa kali berganti design ahirnya diputuskan untuk membangun sebuah masjid dengan arsitektur Tiongkok.
 
Rektor UMM Dr. Muhadjir Effendy, MAP memberi nama masjid itu dengan nama Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono, Nama seorang tokoh pelopor Muhammadiyah di Malang. Pada saat artikel ini dibuat masjid ini belum genap berumur sebulan dan Lantai satu masjid ini sementara waktu masih digunakan sebagai kantor Pengelola Rumah Sakit.
 
Lokasi Masjid
 
Masjid KH M. Bedjo Darmoleksono terletak di dalam Komplek Rumah Sakit Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang di di Jl. Tlogomas, sekitar 500 meter dari kampus III Universitas Muhammadiyah Malang.
 
 

Sejarah Pembangunan
 
Rektor UMM, Dr. Muhadjir Effendy, MAP berharap agar keberadaan masjid ini akan menjadi fasilitas untuk mendekatkan rumah sakit dengan masyarakat. Masjid yang sudah lebih dulu selesai dibangun dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Menurut beliau membangun moral jauh lebih penting sebelum membangun fisik. Itulah hal yang menjadi landasan utama kenapa pihak rektorat UMM lebih memprioritaskan pembangunan masjid daripada pembangunan fisik Rumah Sakit.
 
Dan tentu saja pembangunan fisik Rumah sakit yang ukuran nya jauh lebih besar dengan kompleksitas yang tinggi akan memakan waktu lebih lama sebelum dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya. Seluruh pembiayaan pembangunan Masjid dan Rumah sakit UMM ini ditanggung sendiri oleh UMM meski tak menutup kemungkinan bila ada investor yang berminat untuk menanamkan modal.
 
Masjid K.H. Bedjo Darmoleksono di komplek RS. UMM.

Pembangunan Masjid ini dimulai dengan peletakan batu pertama proyek pembangunan komplek Rumah Sakit Universitar Muhammadiyah Malang pada tanggal 22 Juli 2009 oleh Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Bambang Sudibyo.
 
Penggunaan pertama kali Masjid ini dimulai dengan solat Jumat pada tanggal 24 September 2010 yang lalu. Sholat jum’at tersebut dihadiri ratusan jamaah yang terdiri dari masyarakat sekitar, para pekerja bangunan RS dan sebagian pegawai UMM memenuhi masjid berukuran sekitar 300 meter persegi berlantai tiga itu. Sekretaris BPH UMM, Wakidi, menjadi khotib pertama di masjid itu.
 
Masjid di komplek rumah sakit ini merupakan masjid ketiga yang dibangun oleh UMM. Dua masjid lainnya terletak di kampus II UMM bernama Masjid Ad-Dakwah dan Masjid AR Fahruddin di kampus III UMM. Masjid AR Fahruddin yang memiliki bangunan lima lantai merupakan masjid kampus terbesar di Asia Tenggara.
 
Nama KH M. Bedjo Darmoleksono pelopor Muhammadiyah di Malang ini diambil untuk memberi spirit dakwah agar masjid tersebut memberi manfaat bagi masyarakat sekitar, sebagaimana ketokohan Kyai Bedjo pada masanya.

Terkait dengan perizinan pihak rumah sakit UMM tidak mau mengambil risiko ditolak warga sekitar. Itulah sebabnya, sejak membebaskan lahan sekitar sembilan hektar, jauh hari UMM sudah melakukan pendekatan dengan masyarakat. Respon warga pun sangat positif mendukung.  Semua perijinan dan analisis lingkungan juga sudah dilakukan sebelum pembangunan dimulai.
 
Masjid K.H. Bedjo Darmoleksono saat dalam tahap finishing di tahun 2010.

Komplek rumah sakit tempat dimana Masjid tersebut berada nantinya akan dijadikan pusat pelayanan kesehatan yang menjangkau semua lapisan masyarakat. Dengan sistem subsidi silang, masyarakat kurang mampu akan disubsidi untuk mendapatkan pelayanan yang layak. Selain itu, RS UMM juga diharapkan menjadi pusat riset medis untuk mengembangkan keilmuan kedokteran, keperawatan dan farmasi, pusat rehabilitasi sosial, bahkan tidak menutup kemungkinan ada pusat rehabilitasi ketergantungan narkoba.

Arsitektur Masjid
 
Dipilihnya arsitektur Tiongkok dengan tiga lapis atap masjid, menandakan bahwa UMM bersifat terbuka, plural dan bisa belajar dari mana saja, termasuk ke negeri China. Tiga lapis atap yang mirip masjid Muhammad Cheng Ho Pasuruan itu, menandakan kekuatan Iman, Islam dan Ihsan. 

Masjid Kyai Bedjo memiliki struktur bangunan yang khas. Gaya arsitekturnya meniru gaya Tionghoa, yang mengingatkan kita pada bentuk bangunan masjid Muhammad Cheng Ho di Pasuruan. Filosofi yang hendak dibangun dari bentuk bangunan itu, diambil dari anjuran Islam untuk mencari ilmu hingga ke negeri Cina. Dengan demikian, siapapun yang melihat dan berkunjung di masjid itu diharapkan bisa terinspirasi hadis nabi ‘tuntutan ilmu sampai ke Cina.***
--------------------ooOOOoo-----------------------


Artikel Masjid Bergaya Tiongkok Lain nya