Tampilkan postingan dengan label masjid di afrika selatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label masjid di afrika selatan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 10 Juli 2021

Central Jami Mosque Chipata, Zambia

Chipata Jami' Mosque, Zambia

Central Jami’ Mosque Chipata atau Masjid Jami’ Chipata atau kadangkala juga diebut Masjid Jum’at Chipata, adalah sebuah masjid Jami’ yang berada di kota Chipata di North Eastern Province (provinsi timur laut) Republik Zambia. Kota Chipata sendiri berbatasan langsung dengan wilayah Negara Malawi. 

Zambia adalah sebuah negara yang terkurung daratan di Afrika bagian selatan. Negara yang tidak memiliki garis pantai ini berbatasan dengan Republik Demokratik Kongo di sebelah utara; Tanzania di timur laut, Malawi di timur, Mozambik, Zimbabwe, Botswana, dan Namibia di selatan serta Angola di barat. Zambia dahulu bernama Zambezia Utara dan kemudian menjadi Rhodesia Utara. 

Namanya kini berdasarkan sungai Zambezi.Bahasa resmi Zambia adalah Inggris, yang digunakan dalam urusan resmi, bisnis, dan dalam pengajaran di sekolah-sekolah. Selain itu ada delapan bahasa daerah utama yang digunakan, yaitu : Cibemba, Chinyanja, Lunda, Chitonga, Kaonde, Silozi, Nkoya and Luvale. Chipata Juma Mosque   

   

Kota Chipata tempat masjid ini berada, secara administratif merupakan ibukota dari Morth Eastern Province, letaknya yang berbatasan langsung dengan Malawi menjadikan kota ini sebagai salah satu gerbang keluar masuk dari dan ke Zambia dari Malawi. 

Dulu nya kota ini dikenal dengan nama Fort Jameson dan merupakan ibukota dari Rhodesia Timur Laut (Nort Eastern Rhodesia) sampai dengan tahun 1911, pada saat dibentuknya Negara Rhodesia Utara (Northern Rhodesia) oleh Inggris. 

Saat ini populasi kota Chipata mencapai 320 ribu jiwa tinggal di sebuah kota yang memiliki lahan pertahian yang subur dan cocok untuk pertanian meskipun baru sebagian kecil saja lahannya yang dikembangkan menjadi lahan pertanian. 

Chipata Jami' Mosque, Zambia

Pembangunan Masjid Jami’ Chipata 

Masjid Chipata dibangun pada tahun 1963 oleh masyarakat muslim Chipata. Kebanyakan muslim disini merupakan muslim keturunan India yang didatangkan ke Zambia pada masa kolonial Inggris sebagai pekerja tambang dan perkebunan. 

Saat ini mereka menjadi bagian terbesar dari para pengusaha di pusat kota Chipata dan sekitarnya, mulai dari pengusaha rumah makan, toko pakaian, toko elektonik, stasioneri dan sebagainya. Sehingga mereka yang hidup dikelas ekonomi menengah dan kelas atas di kota ini biasa disebut dengan the Little Bombay. 

Chipata Jami' Mosque, Zambia

Pertokoan di Chipata kebanyakan memang di miliki oleh muslim keturuanan India hingga kawasan tersebut pun terkenal dengan sebutan Indian Shop. Kota Sepeda Sepeda merupakan alat transportasi pavorit di kota Chipata, penduduk disana terbisa menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi pribadi hingga transportasi publik selayaknya ojek sepeda di Indonesia. 

Hal itu terjadi karena salah satu kawasan industri di Chipata yang disebut Luangwa Industri, merupakan pusat industri perakitan sepeda. Sehingga sepeda begitu merakyat di kota ini. Penyewaan sepeda hingga ojek sepeda hal yang umum di kota ini, menjadi salah satu wisata tersendiri yang khas. 

Masjid Jami’ Chipata ini juga menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang berkunjung kesana, karena arsitektur nya yang unik menjadikan nya sebagai salah satu obejk foto bagi wisatawan. 

Chipata memiliki tradisi budaya tahunan termasuk festivals Ncwala yang diselenggarakan pada tiap bulan February dan festival Kulamba pada tiap bulan Agustus yang menarik perhatian wisatawan. (dirangkum dari berbagai sumber) 

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga

Masjid Sultan Abdulhamid II Djibouti ; Terbesar di Afrika Timur
Masjid Jamia Cape Town
Masjid Agung Bangui - Republik Afrika Tengah
Masjid Nizamiye Johannesburg – Afrika Selatan (bagian 1)
Masjid Larabanga - Masjid Pertama di Ghana dan Afrika Barat

Sabtu, 18 November 2017

Masjid Jamia Cape Town

Masjid Jamia atau Jamia Mosque atau juga seringkali disebut Masjid Ratu Victoria di Cape Town, Afrika Selatan 

Masjid Jamia atau Jamia Mosque atau juga disebut dengan Masjid Ratu Victoria adalah salah satu masjid tua di Afrika Selatan, dan merupakan bangunan kedua yang dibangun dari awal dengan peruntukan sebagai masjid setelah Masjid Awwal, serta merupakan masjid ke-empat di Boo Kap, Cape Town dan Afrika Selatan setelah Masjid Auwal (1794-1798), Masjid Palm Tree (1825) dan Masjid Nurul Islam (1844). 

Pembangunan masjid ini tak lepas dari angina kebebasan dari perbudakan yang semakin berhembus kencang di wilayah Capetown sejak wilayah itu diambil alih oleh Inggris dari tangan Belanda. Hal tersebut berdampak positif bagi perkembangan Islam dan masjid di seluruh wilayah Cape Town. Termasuk kemudian berdirinya Masjid Jamia ini dipertigaan jalan  Chiappini Street dan Castle Streets. Pembangunan masjid ini diperkirakan sudah dilaksanakan sebelum tahun 1850 dan sudah selesai dan digunakan sejak tahun tersebut.

Jamia Masjid
0A Chiappini St, Schotsche Kloof
Cape Town, 8001, Afrika Selatan



Hal ini berdasarkan kepada fakta bahwa ada beberapa laporan tertulis dari para pengelana Eropa yang menuliskan catatan perjalanan mereka mengunjungi masjid ini, salah satunya adalah kunjungan dari Mayson di tahun 1854 yang menerangkan bahwa masjid tersebut sudah berdiri sebagai sebuah masjid besar dengan menara dibangun dengan persetujuan dan dukungan yang baik dari pemerintah kota.

Dia juga menyatakan bahwa pembangunan masjid itu ditujukan bagi semua ummat Islam tanpa memandang perbedaan pandangan diantara kaum muslimin. Sebelumnya ditempat tersebut juga sudah ada masjid dengan ukuran lebih kecil. Dia juga menambahkan bahwa pada saat itu di Cape Town sudah terdapat 12 tempat yang difungsikan sebagai masjid, baik yang berlokasi di rumah para ulama maupun bangunan masjid sebenarnya.

Dan disetiap tempat yang difungsikan sebagai masjid tersebut dilengkapi dengan satu tempat yang disebut mihrab yang menandakan arah ke Mekah dan semuanya sangat bersih, imbuhnya. Masjid ini juga yang dikunjungi oleh Lady Duff Gordon pada hari Jum’at 21 Maret 1862. Catatannya menceritakan tentang indahnya masjid ini dan keramahan pengurus masjid menyambut kedatangannya menjelang pelaksanaan sholat Jum’at, serta menceritakan pengalamannya menyaksikan pelaksanaan sholat Jum’at di masjid ini.

Masjid Jamia Cape Town berada di persimpangan jalan Chiappini Street dan Castle Streets. (foto dari IG @rumin0) 

Hadiah Ratu Victoria

Lahan tempat masjid ini berdiri merupakan pemberian dari pemerintah Inggris di Afrika Selatan sebagai imbalan dari dukungan muslim Cape Town dalam perang perbatasan tahun 1846 melawan pasukan Xhosas. Ratu Victoria menunaikan janjinya memberikan lahan kepada kaum muslimin untuk membangun masjid termasuk juga ha katas lahan di Faure dekat dengan makam Sheikh Yusuf (Al-Makasari).

Lahan tersebut tadinya merupakan lahan milik pemerintah kota Cape Town dan diserahkan secara resmi kepemilikannya kepada Imam Abdul Wahab mewakili muslim Cape Town di tahun 1857. Dua bidang lahan tersebut diserahkan kepada Komunitas Muslim dan dipercayakan melalui Imam Abdul Wahab.

Karena lahan masjid ini merupakan hadiah dari pemerintah Inggris, tak heran bila di masjid ini ada lambang kebesaran kerajaan Inggris yang ditempatkan di atas mihrab masjid, dan ini merupakan masjid satu satunya masjid di dunia yang memiliki lambang kebesaran Prince of Wales di atas mimbar nya.

Tahun pembangunan dan renovasi masjid 

Itu sebabnya masjid ini juga seringkali disebut dengan Masjid Ratu Victoria (Queen Victoria Mosque). Imam pertama masjid ini dijabat oleh Imam Abdulbazier, namun beliau memgang jabatan tersebut hanya beberapa bulan saja dan kemudian diserahkan kepada Imam Abdul Wahab di tahun 1852.

Imam M. Nacerodien selaku imam masjid ini di tahun 1976 menjelaskan bahwa beberapa bagian dari masjid ini masih asli sejak masjid dibangun, termasuk mimbar dan mihrabnya. Beliua juga menjelaskan bahwa masjid ini diresmikan pada tanggal 9 Nopember 1857. Menurut beliau hal tersebut sesuai dengan salah satu pasal di dalam Cape Argus bertanggal 9 November 1957 pada saat perayaan ke 100 tahun berdirinya masjid tersebut.

Mirip Gereja

Masjid masjid di Cape Town dibangun dengan bentuk yang tak jauh berbeda dengan masjid masjid di negara negara Islam di seluruh bagian dunia lainnya. Meskipun memang ada sedikit kemiripan dengan bentuk bangunan gereja. Belanda sendiri bahkan seringkali menyebut bangunan masjid dengan istilah ‘Islamsche Kerk’ (gereja orang Islam).

Perhatikan bentuk bangunannya dengan seksama, denah bangunannya memanjang dengan satu pintu akses di bagian depan ditambah satu beranda seperti layaknya sebuah gereja.

Beberapa sejarawan memberikan penjelasan sederhana untuk hal tersebut adalah karena memang para arsitek pembangun masjid tersebut atau para paenggambar rancangan masjid masjid tersebut kemunginan adalah orang orang non muslim yang bisa jadi bahkan belum pernah melihat masjid seumur hidup mereka, dan mereka merancang bangunan utama masjid seperti bangunan yang biasa mereka buat dengan penyesuaian segala sesuatunya sebagai sebuah masjid.

Masjid Untuk Semua Muslim

Seperti sudah disebutkan di awal tulisan ini, bahwa masjid Jamia ini dibangun dengan penekanan “untuk semua muslim” tanpa memandang mazhab dan perbedaan pandangan diantara kaum muslimin. Hal tersebut terjadi karena memang pada masa itu sedang terjadi semacam perselisihan diantara kaum muslimin disana terutama tentang perbedaan mazhab.

Jemaah muslim di Cape Town yang notabene merupakan muslim dari dan keturunan Indonesia menganut Mazhab Syafi’i dan kemudian terjadi ketidaksepahaman dengan para penganut mazhab Hanafi. Perselisihan tersebut mereda, konon setelah ditengahi oleh Ratu Victoria, salah satunya dengan membangun Masjid Jamia ini.

Dikemudian hari muslim bermazhab Hanafi membangun masjid mereka sendiri di sekitar tahun 1855 di Claremont, yang kini dikenal dengan nama Masjid Hanafi. Yang Insya Allah akan kita bahas pada tulisan berikutnya.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Jumat, 05 Juli 2013

Islam di Bolivia (Bagian 2)

Masjid As-Salam di Kota La Paz, satu dari dua masjid besar di Bolivia

Dakwah Dan Organisasi Islam di Bolivia

Meski Bolivia hanya memiliki komunitas kecil ummat Islam, namun memiliki tingkat aktivitas yang cukup tinggi dan berkembang secara berkelanjutan. Sebagian besar dari komunitas yang sudah ada ini merupakan anggota komunitas kelahiran Bolivia dan mereka yang baru masuk Islam atau merupakan keturunan dari imigran Palestina atau Lebanon yang sudah menetap di Bolivia selama beberapa dekade.  Setidaknya ada delapan organisasi Islam di Bolivia dan masing masing memiliki masjid sebagai pusat aktivitas mereka.

Secara tradisional komunitas Islam disana mayoritas adalah muslim suni dengan karakter menyerap gaya dan tradisi setempat termasuk cara mereka berpakaian. Mereka sama sekali tak mempraktekkan Islam fundamentalis ataupun secara aktif melakukan dakwah Islam. Namun demikian ada sebagian muslim Pakistan dan Iran yang melakukan dakwah secara aktif dengan melakukan perekrutan terhadap anak anak muda dan wanita Bolivia untuk bergabung dan ini sedikit menimbulkan gesekan diantara komunitas muslim disana. Berikut beberapa komunitas muslim disana beserta kiprahnya.

CIB – Centro Islamico Boliviano (Islamic Center Bolivia)

Centro Islámico Boliviano (CIB)
San Joaquin 2815, Santa Cruz de la Sierra, Bolivia

Dakwah Islam di Bolivia dimulai sekitar tahun 1974 ketika Mahmud Amer Abusharar tiba dari Palestina. Segera setelah kedatangannya dia mulai mengumpulkan muslim dari berbagai daerah di Bolivia dan mengundang mereka untuk menghadiri sholat berjamaah di kediamannya. Dengan cepat beliau menjadi pemimpin dari kelompok kecil komunitas muslim Bolivia terutama di kota Santa Cruz. 

Tahun 1986 beliau mendaftarkan organisasi Islam-nya ke pemerintah Bolivia dan di-akui oleh pemerintah melalui kantor urusan agama di kementrian Luar Negeri Bolivia, tiga tahun kemudian atau di tahun 1989. Organisasi Islam yang didirikannya tersebut diberi nama CIB – Centro Islamico Boliviano atau Islamic Center Bolivia yang berpusat di ibukota komersil Bolivia, Santa Cruz.

Organisasi ini mengaku sebagai organisasi Islam pertama di Bolivia yang mengoperasikan masjid secara penuh di tahun 1994 dengan sekitar 300 jemaah tetap. Masjid yang dimiliki dan dikelola oleh CIB dikenal sebagai Masjid Santa Cruz. Mereka menyatakan diri mendukung keterbukaan dan perdamaian dan menjalin kerjasama yang erat dengan pemerintah Bolivia yang berpandangan politik anti Amerika. 

Mahmud Amer Abusharar wafat pada tanggal 14 Mei 2011, atas wasiatnya posisi beliau digantikan oleh Isa Amer Quevedo yang bertindak sebagai Direktur CIB yang baru. Isa Amer Quevedo merupakan sarjana hukum Islam lulusan Universitas Madinah – Saudi Arabia dan sebelumnya menjabat sebagai direktur administrasi dan penterjemah di CB.

Isa Amer Quevedo meneruskan kebijakan organisasi yang anti Amerika dan dengan tegas mengkritisi Amerika segera setelah peristiwa pengeboman menara kembar WTC New York 11 September, melalui situs resmi CIB. Organisasi ini memang berkembang sangat pesat menjadi organisasi Islam Bolivia terbesar dan mendapatkan dukungan kuat dari organisasi Islam Saudi Arabia untuk Amerika Latin dan Liga Muslim Dinia / World Muslim League / Rabita al-Alam al-Islami. 

Pembangunan masjid pertama CIB turut dibantu oleh kedutaan besar Mesir di Bolivia serta Dewan Kerjasama Teluk. Lebih lanjut CIB juga menjalin afiliasi dengan Dewan Dunia Pemuda Muslim (World Assembly of Muslim Youth) sekaligus bertindak sebagai kantor pusat organisasi tersebut di Bolivia. Di bulan maret 2009 CIB membuka kantor cabang di lokasi yang tak disebutkan dengan jelas di kota Sucre dibawah pimpinan Hasan Tawafshah dan Cochabamba dipimpin oleh Daud Abujder.

Asociacion Cultural Boliviana Musulmana (ACBM)

Wold muslim leage juga berhubungan dengan organisasi Asociacion Cultural Boliviana Musulmana --
ACBM (ACBM) yang berlokasi di kota Sucre, ibukota Konstitusional Bolivia. Seorang Dokter Palestina sekaligus seorang pengacara bernama Fayez Rajab Khedeer Kannan, yang menjalankan organisasi ini. Tokoh satu ini menunjukkan sikap yang cukup ekstrim dengan cara terbuka mendoakan mendiang Muammar Khadafi saat tokoh sentral Libya tersebut tewas.

Di tahun 1998 beliau mendapatkan hak guna lahan selama 30 tahun dari dewan kota atas sebidang tanah seluas lima hektar di kawasan Los Libertadores neighborhood untuk membangun lembaga pendidikan dan klinik kesehatan. Dengan bantuan dana dari Liga Muslim Dunia dan Bank Pembangunan Islam yang berpusat di Jedah, tahun 2003 ACBM membangun sekolah Islam di lokasi tersebut.

Asociacion de la Comunidad Islamica de Bolivia - ACIB

590 Calle Corrales, La Paz, PO Box 12492
Registry ID: RAP 393 (2/9/04)

ACIB bermarkas di La Paz dibawah pimpinan Gerardo Cutipa Trigo, seorang mualaf Bolivia yang kemudian berganti nama menjadi Ahmad Ali, bertindak sebagai presiden dari organisasi Islam beraliran suni ini. Cutipa merupakan seorang Engineer sebelumnya merupakan penganut atheis sampai kemudian menjadi pemimpin gerakan mahasiswa sayap kiri. Perkenalannya dengan Islam terjadi saat dia bekerja di Spanyol. Saat ini organisasi yang dipimpinnya beranggotakan 300 muslim yang 70 diantaranya hadir secara rutin di Masjidum Jbelannur.

Asociación Islámica de Bolivia- Mezquita As-salam (Shi’ah)

725 Calle Fernando Guachalla, Sopocachi District, La Paz
PO Box: 13632, La Paz, , BOLIVIA
Registry ID: Rap 168/05 (23 March 2005)

Asociación Islámica de Bolivia didirikan tahun 2006 di kota La Paz oleh kelompok muslim Pakistan yang tiba disana sekitar tiga tahun sebelumnya. Mereka mendirikan masjid kecil bernama Masjid As-Salam di kota La Paz. Meski organisasi ini beraliran shiah namun masjid mereka terbuka bagi muslim yang lain, termasuk begitu banyak muslim mualaf kelahiran Bolivia. 

Ali Tehran yang merupakan putra dari ulama Imigran Iran di Bolivia bertindak sebagai imam di masjid ini, Ali Tehran juga menjabat sebagai Imam di Masjid Bab Ul-Islam di Tacna, Peru. Tahun 2008 dia meninggalkan Bolivia untuk memimpin komunitas Islam di Uruguay.

Asociacion de la Comunidad Islamica de Bolivia Ahlul Bait - ACIB Ahlul Bait

ACIB Ahlul Bait merupakan organisasi Islam Shiah yang memiliki nama sama persis dengan organisasi Islam Suni, hanya dengan tambahan kata Ahlul Bait di belakangnya. Perkembangan Islam shiah di Bolivia terutama di ibukota pemerintahan Negara, La Paz tak lepas dari peran kuat Republik Islam Iran yang kedutaannya secara langsung memiliki keterkaitan dengan ACIB Ahlul Bait. Organisasi ini juga merupakan organisasi Islam Shiah tertua di Bolivia.

Memulai aktivitas mereka di sekitar tahun 2000 dengan nama Shi’a Islamic Community of Bolivia dibawah pimpinan Tommy Nelson Salgueiro Criales, sampai kemudian mencuat kepermukaan dengan nama ACIB Ahlul Bait di tahun 2006. ACIB Ahlul Bait dipimpin oleh Roberto Chambi Calle, seorang mualaf Bolivia beprofesi sebagai pengacara yang memutuskan masuk Islam di tahun 1996 dan berganti nama menjadi Yousef, yang kemudian juga menjalankan organisasi Shiah yang lain yakni the Bolivia Islamic Cultural Foundation (FCIB) Comunidad Shia Islamica yang juga berpusat di La Paz, the FCIB didirikan tahun 2007 dengan dukungan kuat dari pemerintah Iran.

ACIB Ahlul Bait dikenal dengan publikasi mereka termasuk mempublikasikan artikel dan buku buku Islam ke dalam bahasa Spanyol dengan percetakan mereka sendiri. Organisasi ini juga menjalin kerjasama dengan organisasi Shiah Amerika latin seperti Argentina dan Brazil. Mereka juga diketahui telah lama menjalin hubungan dengan pimpinan spiritual Shiah Buenos Aires (Argentina) Sheikh Abdul Karim Paz. Tokoh ini dikenal sebagai tokoh sentral di Masid At Tauhid di Boenos Aires.

Terdapat juga komunitas kecil Shiah di kota El Alto di bagian utara La Paz dan komunita kecil lainnya di Cochabamba dan Oruro. Namun aktivitas mereka sangat kecil dibandingkan dengan di kota La Paz atau Santa Cruz. Dalam sebuah laporan rahasia disebutkan juga bahwa terdapat komunitas kecil muslim di daerah terpencil Chapare, yang merupakan rumah bagi produksi kakao dan obat bius di Bolivia.


Baca Juga Masjid dan Islam di Negara Berdekatan


Rabu, 09 Januari 2013

Masjid Nizamiye Johannesburg – Afrika Selatan (bagian-2)

Aroma Turki di Afrika Selatan. Masjid dengan arsitektur Usmaniyah Turki memang tekenal dengan kemegahan bangunannya. Kehadiran Masjid Nizamiye ini di Johanesburg memberikan suasana yang sangat berbeda dengan lingkungannya.

Arsitektural Masjid Nizamiye

Keseluruhan komplek masjid ini memang sangat unik dengan arsitekturnya yang khas Usmaniyah Turki ditengah kota Johanesburg yang dalam sejarahnya tak pernah tersentuh kekuasaan Emperium Usmani. Berbagai rancangan interior yang unik, lantai dari batu pualam, seni rancangan Ebru serta seni lukis yang semua materialnya di datangkan langsung dari Turki, termasuk keramik Blue Iznik yang digunakan pada tembok masjid.

Secara keseluruhan komplek masjid nizamiye di Johanesburg ini dirancang berdasarkan rancangan masjid Selimiye di Edirne, Turkey. Lebih tepat rancangan masjid Nizamiye ini menjiplak masjid Selimiye dengan skala 80%. Rancangan aslinya dibuat di Turki oleh Arsitek Turki, kemudian diterjemahkan oleh arsitek Afrika Selatan untuk menyesuaikannya dengan standar setempat.

Karya Mimar Sinan. Banguan masjid khas Usmaniyah dicirikan dengan kubah besar di atap bangunan utama. Kubah besar yang mendominasi ekterior maupun interior bangunan utamanya. Ciri utama berikutnya adalah menara tinggi yang dibuat seramping dan setinggi mungkin, Mirip pensil yang diraut bagian ujungnya.

Kubah besar di atap masjid menjadi fitur utama bangunannya. Kubah utama tersebut bergaris tengah 24 meter dan tingginya 31 meter. Kubah utamanya dilengkapi dengan empat semi kubah yang menempel ke kubah utama ditambah dengan 21 kubah yang lebih kecil. Keseluruhan kubah kubah masjid ini dilapis dengan timah hingga menghabiskan 48 ton bahan timah. Bagian dalam kubahnya di cat secara manual disesuaikan dengan warna dan pola karpet yang digunakan diruang utama di bawah kubah tersebut.

Empat menaranya menjulang masing masing setinggi 55 meter mendominasi pemandangan ditempatnya berdiri dan terlihat jelas dari ruas jalan bebas hambatan yang menghubungkan Ibukota negara di Pretoria ke pusat kota Johanesburg. Masing masing menara ini dilengkapi dengan tangga untuk menuju puncak menara. Sedangkan bangunan utamanya sendiri dilengkapi dengan 232 jendela yang dihias dengan kaca patri. Pihak berwenang setempat menyebut bahwa masjid ini merupakan masjid terbesar di kawasan southern hemisphere. 

Berdirinya masjid baru dengan gaya Turki secara utuh di Johanesburg ini seakan akan menghadirkan Turki di tanah Afrika Selatan. Wajar bila kemudian menteri Perekonomian Turki, Zafer Caglayan yang turut hadir dalam upacara peresmian, berkata “kita tidak terpisah 1000 kilometer, karena kita sudah memiliki rumah kita disini”.

Inner Court yard Masjid Nizamiye

Nama Nizamiye yang diberikan kepada masjid ini berasal dari Nizam Al-Mulk, seorang pahlawan dari dinasti Seljuk yang hidup di abad ke 11 Masehi. Dengan diresmikannya komplek bangunan masjid ini diharapkan dapat membantu mempererat rasa saling pengertian dan toleransi antar pemeluk agama di Afrika Selatan, sebagaimana disampaikan oleh presiden Afrika Selatan Zuma dalam sambutannya.

Pelataran Tengah

Semua Masjid besar bergaya Turki dan Arabia dilengkapi dengan pelataran Tengah. halaman yang cukup luas yang biasanya dilengkapi dengan pancuran air tempat berwudhu. Sedangkan area pelatarannya sendiri dapat digunakan sebagai area sholat tambahan pada saat jemaah membludak tak tertampung di ruang dalam masjid seperti selama bulan Suci Ramadhan, Sholat Jum'at dan sholat dua hari raya.

Pelataran tengah yang kini dipakai di sebagian besar masjid masjid besar dunia pada awalnya merupakan area terbuka di kediaman para bangsawan Arab hingga Afrika utara yang memiliki tempat tinggal cukup luas, dan halaman tengah ini berfungsi sebagai bukaan ruang yang dilengkapi taman kecil sebagai pemasok udara segar ke dalam ruang rumah. Kemudian fungsi tersebut berkembang lebih luas ketika di aplikasikan ke dalam bangunan masjid.

Ruang Utama Masjid Nizamiye

Interior Masjid Nizamiye

bila anda pernah menyaksikan film Turki berjudul New York 'ta Bes Minare atau Five Minaret in New York, dalam salah satu adegan muncul sekumpulan jemaah yang sedang berzikir di dalam masjid dibawah siraman cahaya lampu yang melingkar di atas ruang utama masjidnya, pastinya anda akan sangat familiar dengan foto di atas. Foto itu adalah ruang utama Masjid Nizamiye di Johannesburg. Seperti telah disebutkan di awal tulisan bahwa bangunan  masjid ini memang menjiplak bangunan Masjid Sultan Selim di Turki dengan Skala yang lebih kecil (80%).

Rancangan interior masjid masjid besar Turki di seluruh dunia nyaris serupa, lengkap dengan lampu gantung melingkat itu, hamparan karpetnya yang selalu merah, bahkan meski tak lagi difungsikan sebagaimana aslinya, bagian dalam masjid yang baru dibangun inipun tetap dilengkapi dengan area mezanin (disebelah kanan foto) yang pada zamannya merupakan tempat khusus untuk seorang wakil imam yang menyuarakan kembali suara imam agar terdengar oleh seluruh jemaah.

Interior Masjid Nizamiye

Dalam foto di atas telihat lebih jelas keindahan dan kemegahan interior Masjid Nizamiye ini. Hamparan karpet merahnya, mezanin, mihrab dan mimbar masjid serta ornamen detil pada setiap bagian di dalam masjid ini dibuat dengan begitu teliti oleh para profesional yang sengaja didatangkan dari Turki. Sebagai sebuah negara, Turki memang memiliki warisan yang tak ternilai dari era kejayaan ke-khalifahan Usmaniyah yang merupakan ke-khalifahan Islam terahir.

Kehadiran bangunan masjid masjid dalam ukuran raksasa di beberapa negara dengan penduduk muslimnya yang minoritas kadangkala dianggap sebagai sebuah ancaman oleh berbagai pihak, namun pihak yang lainnya menganggapnya sebagai sebuah keniscayaan dalam sebuah peradaban, dimana keragaman adalah bagian dari sebuah rangkaian yang menhasilkan harmoni.*** selesai



-------------------------------

Baca Juga


Masjid Nizamiye Johannesburg – Afrika Selatan (bagian-1)

Masjid Nizamiye, Johannesburg, Afrika Selatan. menghadirkan pemandangan Istambul di Kota Johanesburg.

Sekilas melihat masjid satu ini orang akan berfikir bahwa ini adalah masjid tua peninggalan Emperium Turki-Usmani. Tapi masjid ini bukan masjid tua, tapi masjid baru dan tidak berdiri di Turki ataupun di bekas wilayah Emperium Turki-Usmani manapun. Masjid megah berukuran besar dalam gaya khas Turki ini berdiri kokoh di MidrandJohannesburg, ibukota Afrika Selatan. Bukan masjid tua tapi masjid yang benar benar baru, dan Afrika Selatan juga bukan bekas wilayah emperium Usmaniah-Turki.

Keberadaannya benar benar menghadirkan pemandangan yang tak biasa bagi kota Johanesburg. Wajar bila sejak menampakkan bentuknya selama proses pembangunan hingga selesai, masjid ini telah menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk dikunjungi oleh turis lokal maupun mancanegara. Masjid baru ini bernama Masjid Nizmiye atau komplek Nizamiye atau dalam bahasa Turki disebut Nizamiye Külliyesi, berkapasitas 6000 jemaah berdiri megah di atas lahan seluas 10 hektar, menjadikannya sebagai masjid terbesar di Johanesburg, Afrika Selatan dan wilayah Sub Sahara lainnya.

Masjid megah dan besar ini diibangun oleh Ali Katırcıoğlu, seorang pengusaha kaya dari Turki yang menjalankan bisnisnya di Afrika dan Amerika. Awalnya dia berencana membangun masjid ini di Amerika namun karena sulitnya mendapatkan lahan yang cocok, dia kemudian membangun masjid ini di Johanesburg atas saran dari Fethullah Gulen.

Lokasi dan Alamat Masjid Nizamiye

Nizamiya complex
Midrand, Johanesburg, South Africa
Old Pretoria Rd, Midrand 1685
Corner of K101 and Le Roux Avenue
Gauteng, South Africa
       

Peresmian Masjid Nizamiye

Komplek masjid ini mulai dikerjakan pada bulan Oktober tahun 2009 lalu, dikerjakan oleh sekitar 200 orang pekerja professional. Dan pada hari Kamis 4 Oktober 2012 Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, secara resmi membuka masjid komplek Masjid Nizamiye untuk umum. Upacara peresmian ini turut dihadiri oleh para tokoh penting dan pejabat tinggi Afrika Selatan dan Turki. Dari pemerintah Afrika Selatan hadir Gubernur Propinsi Gauteng, Nomvula Mokonyane, Menteri Pengembangan Ekonomi, Ebrahim Patel dan wakil menteri Pengembangan Ekonomi, Prof. Hlengiwe Mkhize.

para petinggi pemerintahan Turki dan Afsel, hadir
dalam upacara peresmian masjid Nizamiye.
Sementara dari pemerintah Turki hadir diantaranya adalah Menteri Perkembangan Ekonomi Turki, Zafer Caglayan, yang bertemu dengan Presiden Zuma dan Menteri Patel untuk mendiskusikan kenjasama ekonomi Turki dan Afrika Selatan. Selain itu upacara peresmian tersebut turut dihadiri oleh begitu banyak tokoh nasional Afrika selatan dari berbagai kalangan politik, ekonomi, pelaku bisnis dan budaya termasuk para pejabat diplomatik.

Mengahdirkan Arsitektur Usmaniyah di Johanesburg

Pembangunan masjid ini merupakan buah pikiran dari seorang pengusaha Turki, Ali Katricioglu, beliau yang mendanani seluruh proyek pembangunan komplek masjid ini yang dibangun sejak tiga tahun lalu dan kini menjadi land mark baru dan unik bagi kota Johanesburg (JHB). Komplek Nizamiye terdiri dari bangunan masjid, sekolah Islam, dormitory (asrama), bazaar dan pusat perbelanjaan, segera menyusul kemudian akan berdiri disana rumah makan tradisional turki dan Bakery bersama dengan Klinik kesehatan bagi masyarakat sekitar.

Arsitektural Masjid Khas Turki dengan empat menara tinggi dan lancip ini memberikan pemandangan baru bagi langit kota Jonannesburg.

Pembangunan klinik di komplek masjid ini merupakan permintaan khusus dari (mantan) Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela saat beliau ditemui oleh Katricioglu jauh sebelum proses pembangunan dimulai. Sedangkan gedung sekolahnya sudah mulai dibuka sejak 16 Januari 2012 dengan daya tampung hingga 850 siswa. Sedangkan Isakh Turan ditunjuk sebagai kepala sekolahnya.

Nelson Mandela adalah pahlawan anti apartheid Afrika Selatan, beliau juga merupakan peraih pengharaggaan Nobel perdamaian dan juga merupakan Presiden Afrika Selatan pertama dari warga kulit hitam paska runtuhnya rezim rasis apartheid di negara paling selatan benua afrika itu. Beliau menyambut baik pembangunan komplek Masjid Nizamiye tersebut.*** Bersambung...

Aerial View Masjid Nizamiye, Johannesburg.

-------------------------------

Baca Juga


Sabtu, 05 Februari 2011

Masjid Nurul Islam, Cape Town, Afrika Selatan

Masjid Nurul Islam Cape Town merupakan bangunan rumah tinggal semacam ruko yang kemudian dijadikan masjid. bangunan utamanya ada di bagian belakang gedung ini.

Masjid Tertua Ke Tiga di Afrika Selatan, dibangun oleh Ulama keturunan Indonesia

Seperti halnya Palm Tree Mosque di posting sebelumnya, masjid Nurul Iman ini pun masih memiliki pertalian dengan Masjid Auwal yang merupakan masjid pertama di Afrika Selatan. Masjid Nurul Iman menjadi masjid tertua ke tiga di Afrika Selatan, setelah Masjid Auwal di Dorp street dan Masjid Palm Tree (Palm Tree Mosque) di Long street.

Masjid Nurul Islam menjadi masjid tertua ke tiga di Afrika Selatan, bangunan masjid yang lebih mirip sebuah ruko dibandingkan sebuah bangunan masjid. Didirikan tahun 1844 oleh putra bungsu Tuan Guru atau Pangeran Abdullah Kadi Abdus Salam dari Tidore yang juga imam dan pendiri Masjid Auwal di Dorp street. Masjid ini juga merupakan masjid pertama di Afrika Selatan yang didirikan oleh para jemaah dan santri dibawah arahan Imam Achmad Van Bengalen.

Alamat dan Lokasi Masjid Nurul Islam

134 Buitengracht Street, Bo-Kaap
Cape Town, South Africa, 8001




Masjid Nurul Islam berada tak jauh dari masjid Auwal sekitar seratus meter saja,meski berada di ruas jalan yang berbeda. Di foto udara 45 derajat street view google maps berikut dapat terlihat dengan jelas lokasi antara masjid Auwal dan Masjid Nurul Islam.

Sejarah Masjid Nurul Islam

Masjid Nurul Islam didirikan tahun 1834 oleh Imam Abdol Rauf, Putra bungsu Tuan Guru atau Pangeran Abdullah Kadi Abdus Salam dari Tidore yang juga imam dan pendiri Masjid Auwal di Dorp street. Masjid ini juga merupakan masjid pertama di Afrika Selatan yang didirikan oleh para jemaah dan santri dibawah arahan Imam Achmad Van Bengalen. Masjid ini menjadi masjid tertua ke tiga di Afrika Selatan.

Berlokasi di jalan kecil Buitengracht Street, daerah, ketika pertama berdiri mampu menampung 150 jemaah. Setelah di renovasi tahun 2001 masjid terebut kini mampu menampung hingga 700 jemaah. Masjid Nurul Islam terbuka untuk dikunjungi oleh kalangan manapun termasuk kunjungan dari para wisatawan.

Dua masjid tertua di Afrika Selatan, masjid pertama dan ketiga. Didirikan oleh ayah dan anak. 

Perluasan masjid

Sejak tahun 2008 pengurus masjid memutuskan untuk menutup bagian atap beton masjid untuk digunakan sebagai ruang sholat tambahan dan ruang peralatan. Hal tersebut dilakukan karena beberapa alasan. Pertama karena beberapa waktu belakangan atap atap cor tersebut sudah mulai bocor, tiap kali hujan turun air hujan selalu saja merembes ke dalam masjid, meski usaha usaha untuk menambal telah dilakukan namun kebocoran tetap terjadi. Rembesan air hujan tersebut sudah mulai merusak kusen, karpet dan peralatan elektronik.

Ditambah lagi kondisi bahwa daya tampung masjid tersebut sudah tak lagi mampu menampung jemaah pada peringatan peringatan hari besar Islam seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, malam lailatul Qodar, termasuk sholat tarawih. Jamaah yang hadir membentuk shaf sholat hingga ke jalan raya.

Tahun pembangunan masjid ini jelas terpampang di fasad depan nya

Pengerjaan tersebut kini sudah terlihat hasilnya di masjid Nurul Islam. Sedikit perubahan dilakukan dengan penambahan tempat wudhlu kecil dan balkon yang menghadap ke pegungungan. Strutur atap masjid menggunakan rangka baja dengan atap monopitch. Di bagian puncak atap dipasang kubah 4m yang dapat dibuka sebagai ventilasi udara. Sementara atapnya sendiri ditutup dengan lembaran tunggal untuk mencegah terjadinya kebocoran. Dinding di sisi barat dilengkapi dengan jendela yang dapat dibuka untuk mengurangi udara pengap dan panas di dalam masjid.

Dana yang di anggarkan untuk renovasi tersebut sebesar R 1.3 juta. Panitia masjid mengajak seluruh jamaah dan kaum muslimin untuk turut bersama sama membiayai proses renovasi tersebut.  Mengingat satu hadis Rosulullah yang mengatakan “barangsiapa membangun masjid di dunia maka Alloh akan membangun sebuah rumah untuknya di Surga” demikian di katakan oleh koordinator pembangunan masjid Nurul Islam, Tayyib Ogier.

Salah satu kegiatan di Masjid Nurul Islam, pengajian tentang ibadah haji 

Kegiatan Masjid Nurul Islam, Cape Town

Kegiatan remaja dan kepemudaan masjid Nurul Islam ini di arahkan kepada program diskusi Islam yang dipandu oleh Sheikh Serag Johaar dan Mahasiswa mahasiswa muda yang berasal dari Saudi dan Mesir. Program ini sudah dimulai sejak 23 Februari 2004 (2 Muharam 1425H) yang lalu, dan diselenggarakan setiap senin malam.

Forum diskusi tersebut terbuka bagi semua remaja muslim untuk mendiskusikan peran remaja Islam dan idetitas keislaman mereka di dalam masyarakat moderen. Dan dikesempatan tersebut juga diberikan pembekalan kepada para remaja dengan pengetahuan fiqih Islam serta syariat Islam. Waktu diskusi dilakukan setiap senin dengan waktu yang disesuaikan dengan musim di sana. Untuk musim dingin (winter) diskusi diselenggarakan setiap ba’da Isya’, sedangkan di musim panas diselenggarakan setiap ba’da magrib,

Disamping program kepemudaan dan remaja seperti disebutkan diatas, masjid nurul Islam juga menyelenggarakan pendidikan pemahaman Ibadah Haji yang diselenggarakan setiap kamis malam jum’at ba’da magrib sampai tiba waktu sholat isya. Diikuti oleh semua jemaah yang berminat.

 

----------------------oooOOOooo-------------------------

Jumat, 04 Februari 2011

Palm Tree Mosque – Cape Town, Afrika Selatan

Palm tree mosque Cape town, bangunan yang berwarna biru dengan pohon palem didepannya.

Artikel ini bertalian dengan artikel
Masjid Auwaldi posting sebelumnya.

The Palm Tree Mosque atau Masjid Palm Tree bila di Indonesiakan menjadi Masjid Pohon Palem, nama yang cukup aneh bukan ?. Masjid ini adalah masjid kedua yang dibangun di kota Bo Kaap khususnya, dan di Afrika Selatan pada umumnya, setelah Masjid Auwal di 34 Dorp Street yang dibangun oleh Tuan Guru Abdullah Kadi Abdus Salam (Pangeran kesultanan Tidore). Masjid Palm Tree ini pada mulanya adalah sebuah rumah tinggal yang kemudian di ubah menjadi Langgar (orang Bo Kaap, juga menyebutnya langgar) atau mushola/surau sampai ahirnya menjadi masjid.

Nama masjid ini memang sedikit aneh. Karena memang sejak pertama digunakan sebagai Langgar si empunya rumah tak pernah memberi nama resmi langgar tersebut. Para penerusnya yang kemudian memberi nama “Palm Tree mosque” karena ada dua pohon palem di depan rumah yang menjadi masjid tersebut, pohon yang ditanam sendiri oleh si empunya rumah. Maka jadilah hingga kini masjid itu disebut dengan nama Palm Tree Mosque atau masjid Palm Tree.

Foto bersejarah Masjid Palm Tree.

Menjadi lebih menarik lagi bahwa masjid ke dua di negara Afrika Selatan ini masih bertalian dengan Masjid Auwal yang dibangun oleh Tuan Guru
, karena pendiri masjid Palm Tree tak lain adalah para murid dari Tuan Guru sendiri, yang mendirikan masjid Palm Tree tak lama setelah tuan guru wafat.

Alamat dan Lokasi Masjid Palm Tree

185 Long Street, Bo-Kaap
Cape Town, Western Cape
South Africa 8001

 

Layaknya sebuah rumah yang kemudian dijadikan masjid, masjid Palm Tree ini bentuk bangunannya sama sekali tak terlihat seperti masjid seperti yang kita kenal. Hanya berupa bangunan beton berlantai dua ditengah tengah kawasan bisnis yang sangat sibuk di Bo Kaap.

Sejarah Masjid Palm Tree (Palm Tree Mosque)

Sejarah masjid Palm Tree tidak terlepas dari Masjid Auwal yang menjadi masjid pertama di Afrika Selatan didirikan oleh Tuan Guru Abdullah Kadi Abdus Salam (Pangeran kesultanan Tidore) yang kini dianggap sebagai bapak bagi ajaran Islam di Afrika Selatan. Ketika masjid Auwal berdiri, Tuan Guru juga mendirikan madrasah bagi anak anak muslim berbagai bangsa di Cape Town. Tuan guru sendiri yang mengajar disana dibantu oleh jemaah masjid yang juga berguru kepada beliau.

Tuan Guru wafat di tahun 1807, dan beliau mewariskan kepemimpinan Masjid Auwal kepada Abdul Alim. Keputusan yang membuat kecewa dua jemaah Masjid Auwal, Frans van Bengalen dan Jan van Boughies. Dua jemaah tersebut kemudian keluar dari kepengurusan masjid mulai mendirikan Langgar di lantai atas rumah Jan van Boughies di Long Street. Rumah tersebut baru menerima statusnya sebagai masjid pada tahun 1825.

Foto lama Masjid Palm Tree,Bo Kaap
Cape Town.
Ketika menerima statusnya sebagai masjid, masjid ini masih menggunakan nama pemilik rumah Jan van Boughies sebagai nama masjid. Abdul Gamiet / Frans van Bengalen menjadi imam pertama di masjid tersebut. Jan van Boughies sendiri adalah seorang budak yang dibawa oleh Belanda ke Cape Town di abad ke 18, beliau adalah orang yang sangat terdidik, mahir berbahasa Arab, dan menjadi pengajar di Madrasah milik Tuan Guru di Masjid Auwal.

Bangunan yang kini digunakan sebagai Masjid Palm Tree itu sudah berdiri sejak tahun 1780 sebagai sebuah rumah tinggal. Di bangun oleh Carel Lodewijk Schot sebagai kediaman pribadi. Rumah tersebut kemudian dibeli Jan van Boughies, yang kemudian mengubahnya menjadi masjid. maka kemudian beroperasilah sebuah masjid yang bersebelahan dengan toko penjual minuman keras import. Sebuah pemandangan yang sangat ironis tentunya.

Cerita yang berkembang menyebutkan setahun setelah berdirinya masjid, Jan pergi meninggal Afrika Selatan, dan sebagian besar dari jemaah kembali ke masjid Auwal. Lebih dari seabad dan satu dekade kemudian nama masjid Jan van Boughies diganti dengan nama yang lebih ringkas, dengan menyebutnya sebagai masjid Palm Tree merujuk kepada pohon palem di halaman depan masjid yang dulunya ditanam sendiri oleh Jan van Boughies.

Nama yang sekaligus menjadi penanda masjid tersebut, masjid yang di depan nya terdapat pohon palem dan daunnya sudah setinggi jendela lantai dua masjid tersebut. Bangunan masjid ini menjadi sangat signifikan karena menjadi satu satunya bangunan rumah di long street yang masih bertahan sejak abad ke18,

Objek Wisata Religi

Pintu masuk ke masjid palm tree.
Masjid Palm Tree ini menjadi salah satu masjid yang begitu menarik bagi wisatawan bersama sama dengan masjid Auwal, yang merupakan dua masjid yang paling tua di Afrika Selatan. Ketua pengurus masjid Palm Tree Farouk Kamalie mengatakan bahwa kekunoan masjid tersebut yang menarik wisatawan untuk berkunjung.

Ribuan orang datang dari berbagai negara setiap bulan ke masjid ini untuk sekedar berpose mengabadikan masjid tersebut, membuat rekaman video bahkan melakukan interview kepada para pengurus. Masjid masjid di Cape Town memang menjadi ciri dari kota ini yang kaya dengan warisan budaya Islam.

200 tahun Palm Tree Mosque

Masjid tertua ke dua di Afrika Selatan ini, pada tahun 2007 lalu merayakan 200 tahun eksistensinya di Afrika Selatan. 200 tahun sejak pertama kali bangunan di 185 Long Street, Bo-Kaap dijadikan sebagai langgar di tahun 1807 ketika itu pelaksanaan sholat jum’at untuk pertama kali diselenggarakan di masjid Palm Tree.

Setelah 200 tahun berlalu kawasan Long street sudah berubah menjadi distrik bisnis utama yang sangat sibuk. Masjid Pal Tree menjadi salah satu dari dua masjid yang berada di jalan yang sama, memberikan nuansa islami di atmosfir kosmopolitan kota tersebut. Dalam perayaan 200 tahun tersebut masjid Palm Tree mengadakan acara selama 3 hari.

Perayaan dimulai hari Jum’at dengan acara sholat jum’at spesial yang diliput secara langsung oleh stasiun tivi VOC. Berlanjut di hari sabtu dengan zikir oleh pengajian jemaah wanita sebelum dilanjutkan dengan parade di depan masjid menampilkan sejarah perjalanan masjid Palm Tree. Acara puncak peringatan 200 tahun masjid ini diselenggarakan di hari Ahad dengan acara Khatamal Qu’ran yang juga disiarkan langsung oleh stasiun tivi VOC.

Fasad depan masjid Palm tree.
Aktivitas Masjid Palm Tree

Masjid Palm Tree sudah mengalami dua kali renovasi, renovasi pertama dilakukan tahun 1955 kemudian dilanjutkan lagi tahun 2002 lalu. Sejak pertama berdiri masjid Pal Tree sudah 14 imam yang mengabdikan diri di masjid kecil ini. Saat ini masjid ini lebih banyak digunakan oleh muslim yang bekerja di kawasan pusat bisnis tersebut untuk menunaikan sholat lima waktu. Kapasitas masjid ini hanya dapat menampung 350 jemaah laki laki dan 140 jemaah wanita.

Meskipun tidak berada ditengah tengah tengah komunitas muslim, masjid ini mengadakan aktivitas umum seperti madrasah bagi wanita, Qur’an bagi pemula serta pembinaan pemuda. Ada juga pengajian mingguan serta khatamul Qur’an setiap tahun.

Foto foto Masjid Palm Tree – Bo Kaap

Masjid Palm Tree – Bo Kaap, Cape Town.
Masjid Palm Tree – Bo Kaap, Cape Town.
Masjid Palm Tree – Bo Kaap, Cape Town.
Palm tree mosque dalam bayang bayang pohon palm.
Papan nama masjid palm tree.

-------------------------------oooOOOooo------------------------------