Tampilkan postingan dengan label Masjid Turki. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid Turki. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 Agustus 2019

Masjid Sultan Abdulhamid II Djibouti; Terbesar di Afrika Timur

Masjid Sultan Abdul Hamid II, dibangun oleh pemerintah Turki di Djibouti sebagai hadiah dari Turki untuk Djibouti.

Hadiah Turki Untuk Djibouti

Pemerintah Turki melalui yayasan Diyanet telah membangun sebuah masjid bergaya Usmani kota Djobouti, ibukota Djibouti. Masjid berkapasitas hingga 5000 jemaah itu disebut sebut sebagai masjid terbesar di Djibouti dan terbesar di kawasan Afrika Timur. Masjid tersebut merupakan hadiah dari rakyat Turki untuk rakyat Djibouti. Masjid tersebut diberi nama Masjid Sultan Sultan Abdülhamid II.

Masjid megah itu dibangun kawasan super elite di kota Djibouti, kawasan pusat bisnis dan pemerintahan yang dibangun diatas lahan reklamasi di tepian pantai barat semenanjung Djibouti menghadap ke Teluk Tadjoura, Samudera Hindia. Masjid ini dibangun tak jauh dari komplek Istana kepresidenan Djibouti yang berada di sebelah utaranya terpisah oleh sebuah kanal buatan, dan berseberangan dengan komplek Djibouti Tower yang berada di sisi baratnya.


Pembangunan masjid ini dimulai tahun 2017 dan diresmikan pada bulan Februari 2019. Pembangunannya bermula dari pidato presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, di dewan nasional Djibouti pada 24 Januari 2015 dan beliau menjanjikan akan membangun sebuah masjid untuk rakyat Djibouti sebagai hadiah dari rakyat Turki.

Dibangun dalam gaya masjid Usmani (ottoman), meniru bentuk dari Masjid Sultan Ahmad atau Masjid Biru di Istanbul, dilengkapi dengan sepasang menara lancip yang mejulang mengapit bangunan masjid, kubah kubah besar bertengger di atap masjid, serta pelataran tengah yang dikelilingi oleh selasar sebagaimana layaknya masjid masjid klasik khas Usmaniah.

Berlatar belakang Samudera Hindia, Masjid Sultan Hamid II Djibouti dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung termasuk komplek sekolah Islam.

Bangunan masjid ini tampak begitu megah berdiri diatas lahan seluas 10 hektar berlatar belakang pemandangan laut Samudera Hindia, sedangkan bangunan masjidnya sendiri seluas 2,360 m². Masjid ini juga dilengkapi dengan area hijau, komplek sekolah dan fasilitas penunjangnya, gedung serbaguna, perpustakaan, pancuran air, tempat wudhu serta fasilitas sosial.

Sepaang menara masjid ini masing masing setinggi 45 meter, kubah besar di atap masjid diapit oleh delapan kubah berukuran lebih kecil dengan warna putih khas masjid Usmaniah memancarkan kemegahan masjid ini. Selasar yang mengitara pelataran tengah juga dilengkapi dengan kubah kubah berukuran kecil sebanyak 18 kubah, sedangkan di ke-empat penjuru bangunan utama masjid juga ditempatkan masing masing satu kubah berukuran lebih kecil dari kubah utama.

Eksterior Masjid Sultan Hamid II Djibouti.

Interior masjid ini di dominasi oleh ruang besar dibawah kubah, pilar pilar masjid penopang struktur atap yang kokoh. Lampu gantung melingkar menjuntai dari kubah utama ditambah dengan lampu lampu gantung berukuran lebih kecil di setiap bagian bawah kubah kubah lainnya. Mihrab nya dibangun dari kayu berukir, berupa mimbar yang cukup tinggi dengan atap lancip. Ornament hias termasuk ornament dibagian dalam kubah dan dinding dinding masjid seluruhnya merupakan lukisan tangan.

Hampir seluruh bahan bangunan untuk masjid ini di datangkan langsung dari Turki termasuk batu batu alam yang digunakan untuk ornamen masjid khas masjid Usmaniah. Bangunan masjid ini secara utuh seolah menghadirkan Turki di Djibouti. Kehadiran masjid ini menjadi menjadi nuansa baru di kawasan pusat pemerintahan Djibouti dan merupakan masjid pertama dan satu satunya di Djibouti yang dibangun dalam gaya Usmaniyah. Tak jauh dari masjid ini sekitar 500 meter di sebelah timurnya, berdiri Masjid Al-Hamoudi yang begitu terkenal di pusat keramaian kota Djibouti.

Add caption

Hadiah Turki Untuk Djibouti

Pembangunan komplek masjid ini merupakan hadiah dari rakyat Turki untuk rakyat Djibouti mengingat hubungan antara kedua Negara ini memang telah terjalin erat sejak masa kuno. Selain membangun masjid dan fasilitas pendidikan, pemerintah Turki juga menjalin kerjasama dibidang sosio ekonomi yang saling menguntungkan.

Disamping itu dalam kerjasama dengan Djibouti, pemerintah Turki lebih menakankan kepada pengembangan dan dukungan proyek kemanusiaan. Pemerintah Turki juga tengah menyelesaikan pembangunan Rumah Sakit khusus pediatric dan bendungan air.

Aerial view Masjid Sultan Abdul Hamid II Djibouti.

Djibouti adalah sebuah Negara kecil di kawasan tanduk benua Afrika bertetangga dengan Eritrea dan Ethiopia disebelah utara, disebelah baratnya bertetangga dengan Ethiopia, diselatannya juga bertetangga dengan Ethiopia dan Sudan, sedangkan sisi sebelah timurnya menghadap ke Samudera Hindia. Secara geografis, Djibouti berada persis diseberang Negara Yaman di Jazirah arab, bersama sama dengan Yaman, Dibouti menjadi “pintu masuk” ke laut merah dari Samudera Hindia.

Djibouti juga merupakan salah satu Negara dengan wilayah paling kecil di benua Afrika dan paling kecil di kawasan Afrika Barat, penduduknya bahkan kurang dari satu juta jiwa. Namun memiliki posisi yang sangat strategis membuatnya menjadi begitu penting bagi bagi berbagai kepentingan.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga

Masjid Hala Sultan Tekke - Cyprus

Sabtu, 08 Juni 2019

Masjid Eyup Sultan Bamako, Mali


Masjid Eyup Sultan Bamako, masjid pertama dan satu satunya dibangun dengan sentuhan arsitektur Usmani di Republik Mali dan Afrika Barat.

Mali adalah sebuah Negara republic di benua Afrika bagian barat, wilayahnya terkurung di daratan tak memiliki akses ke laut. Ibukotanya berada di Bamako dan memiliki berbagai macam bahasa dari beberapa suku bangsa besar di Negara itu, mereka tidak menjadikan bahasa Prancis sebagai bahasa nasional meskipun pernah dijajah Prancis hingga tahun 1960.

Mali merupakan Negara dengan wilayah terluas kedua di Afrika Barat, berbatasan dengan Aljazair di sebelah utara, Niger di timur, Burkina Faso dan Pantai Gading di selatan, Guinea di barat daya, serta Mauritania di barat. Perbatasannya di sebelah utara memanjang ke tengah gurun Sahara. Mayoritas penduduknya tinggal di wilayah selatan, di mana terdapat Sungai Niger dan Senegal. Negara yang dahulunya bernama Sudan Prancis ini mengambil namanya dari Kekaisaran Mali yang pernah Berjaya di wilayah itu hingga ke wilayah Negara Negara tetangganya saat ini.


Mali juga begitu terkenal dalam sejarah dunia dan sejarah Islam. Suku Tuareg dan suku suku besar lainnya di Mali terkenal dalam sejarah sebagai para penguasa gurun yang tangguh, mereka juga dikenal sebagai para penyebar Islam di wilayah Afrika Barat. Kekaisaran Islam Mali dicatat dalam sejarah sebagai kerajaan dengan raja yang terkenal “Mansa Musa” dicatat dalam sejarah sebagai raja terkaya di dunia.

Timbuktu yang merupakan wilayah provinsi terluas di sebelah utara Mali sangat terkenal dalam sejarah dunia sebagai wilayah yang memiliki “masjid dan madrasah Sanakore” yang terkenal sebagai “bangunan madrasah tertua di dunia” dan masih berdiri dan berfungsi hingga saat ini. Negara ini juga terkenal dengan keindahan bangunan bangunan masjidnya yang dibangun dari lumpur, salah satunya adalah “Masjid Agung Djene” salah satu masjid agung yang dibangun dari lumpur terbesar di dunia.

Jemaah yang membludak hingga ke pekarangan masjid pada saat upacara peresmian masjid Eyup Sultan di Bamako.
Namun, seiring perjalanan sejarah, Mali tak semegah masa lalunya sebagai sebuah kekaisaran besar. Pemerintah Republik Mali sempat kewalahan menghadapi pemberontakan di wilayah utara di Propinsi Timbuktu. Pada 20 Desember 2012, untuk membantu Mali merebut kembali wilayah utara negeri itu yang kini dikuasai kelompok pemberontak Islam, Dewan Keamanan PBB, menyetujui pengiriman pasukan militer Afrika.

Turki adalah salah satu Negara Eropa yang turut mengirimkan kontingen pasukan perdamaiannya ke Mali untuk menjaga perdamaian di wilayah utara Negara itu. Tak hanya mengirimkan pasukan perdamaian, Turki juga menjalin kerjasama yang intensif dengan pemerintah Mali termasuk diantaranya adalah pembangunan Masjid di ibukota Negara Mali, Bamako sebagai bentuk kepedulian pemerintah dan rakyat Turki kepada saudara sesama muslim di Mali.

Masjid Eyup Sultan dari arah depan.
Pembangunan Masjid Eyup Sultan Bamako.

Masjid Eyup Sultan yang satu ini adalah Masjid yang berada di distrik Hamdalaye Aci, kota Bamako, ibukota Republik Mali, di Benua Afrika Bagian Barat. Di google map ditandai dengan nama Centre Islamique de Hamdallaye. Masjid ini dibangun oleh pemerintah Turki dan dinamai dengan nama Masjid Eyup Sultan sama dengan nama salah satu masjid megah di Instanbul. Pembangunannya dilaksanakan melalui direktorat urusan agama Turki (Diyanet) yang menangani secara langsung pembangunan masjid di ibukota Mali tersebut.

Upacara peletakan batu pertama pembangunan masjid ini dilakukan pada tanggal 8 Desember 2012, dihadiri oleh Direktorat Urusan Agama Turki, kepala proyek sister city project Bamako-Istanbul, mufti Istanbul, Imam masjid Eyup Sultan Istanbul dan perwakilan dari pemerintahan kedua Negara. Pembangunan masjid ini seleasi dalam waktu 10 bulan sebagaimana direncanakan, dan diresmikan setahun setelah peletakan batu pertama.

Majid Eyup Sultan saat dalam proses pembagunan.

Masjid megah ini diresmikan oleh Mehmet Gormez, Kepala Direktorat Urusan Agama Turki bersama dengan Oumar Tatam Ly, Perdana Menteri Mali, pada hari Jum’at tanggal 6 Desember 2013. Peresmian tersebut turut dihadiri oleh Mamoud Dicko selku pimpinan Majelis Tinggi Islam Mali, Rahmi Yaran selaku Mufti Distrik Eyup provinsi Istambul, Kemal Kaygisiz, Duta besar Turki di Mali dan Ahmet Kavas, Duta Besar Turki di Chad. Kedatangan para pejabat Turki ini disambut dengan karangan bunga dan sajian buah kakao sebagai bentuk keramahan rakyat Mali.

Dalam upacara peresmian masjid ini, mufti distrik Eyup, provinsi Istanbul sempat menuliskan kalimat “Sangat berarti untuk membangun masjid di Negara yang lebih dari 70% penduduknya hanya punya mimpi mendapatkan pekerjaan sebagai pembantu di rumah rumah orang kaya. . . mereka, melalui masjid ini, akan bebas dari keterbaian dan perbudakan dan akan mendapatkan semangat religi mereka yang sudah hancur . . . mereka datang ke kehidupan, berdiri diatas kaki mereka sendiri dan Mali akan menjadi Negara yang benar benar merdeka . . . “

Peresmian masjid yang bertepatan di hari Jum’at itu juga ditandai dengan pelaksanaan sholat jum’at berjamaah yang diikuti oleh seluruh pejabat dari kedua Negara yang hadir dan Jemaah muslim yang memadati masjid tersebut mengikuti upacara peresmian yang bersejarah tersebut. 

Pembangunan masjid bergaya Turki di ibukota Mali dan sepenuhnya di danai oleh pemerintah Turki sebagai bagian dari upaya mempererat hubungan kerjasama antara kedua negara di berbagai bidang termasuk di bidang politik, budaya dan pendidikan. Dimulai dari kerjasama dari lembaga Islam kedua negara. Upaya mempererat hubungan antara kedua Negara juga ditandai dengan kerjasama Istanbul dan kota Bamako sebagai sisters city (kota kembar).

Masjid Berarsitektur Usmani Pertama di Afrika Barat

Masjid Eyup Sultan Bamako menjadi masjid Turki pertama di Mali sekaligus juga masjid pertama di Afrika Barat dengan rancangan khas Turki Usmani. Masjid ini dibangun dengan gaya turki usmani yang sangat kental lengkap dengan kubah besar berlapis tembaga di atap masjid dan menara lancip yang menjulang setinggi 33 meter, juga dilengkapi dengan kubah tembaga.

Interior masjid Eyup Sultan Bamako, Mali.
Pembangunan masjid ini diperkirakan menghabiskan dana sebesar 1,9 juta Euro, seluruhnya ditanggung oleh pemerintah Turki melalui Diyanet. Dibangun diatas lahan seluas setengah hektar masjid ini mampu menampung 750 orang. Pembangunannya melibatkan sekitar 50 orang pekerja professional dari Turki dan Mali.

Bangunan masjid dibalut dengan batu pualam, carpet tebal menghampar di dalam masjid lengkap dengan dekorasi keramik Iznik dan pancuran khas Turki, material material tersebut langsung didatangkan dari Turki. Sejak selesai dibangun, masjid Eyup Sultan Bamako ini disebut sebut sebagai masjid paling indah di Mali.

Sepanjang sejarahnya, Mali tidak pernah menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Ke-Khalifahan Usmaniyah Turki (Turki Usmani / Ottoman). Di masa ke-emasannya sekalipun wilayah ke-khalifahan hanya sampai di wilayah utara benua Afrika. Wajar bila tidak ditemukan bekas peninggalannya di wilayah Mali. Dan wajar pula bila pembangunan masjid ini oleh pemerintah Turki selaku penerus kekuasaan Turki Usmani, termat bermakna bagi kedua Negara.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga

Sabtu, 24 Februari 2018

Masjid Camlica Istanbul

Masjid Camlica di puncak Bukit Camlica di kota Istanbul, Turki.

Masjid Camlica adalah Masjid terbesar di Istanbul, Turki dan seluruh kawasan Asia Minor. Disebut dengan nama Masjid Camlica karena memang berada di puncak tertinggi bukit Camlica (Camlica Hill) di kota Istanbul. Rencana pembangunannya diumumkan ke publik pada bulan Mei 2012 oleh perdana menteri Turki Recep Tayyip Erdogan dan disebutnya akan menjadi landmark baru bagi kota Istanbul.

Camlica Hill atau Bukit Camlica berada diperbatasan dengan distrik Üsküdar, di sisi wilayah Anatolia kota Istanbul, dekat dengan jembatan suspensi pertama Istanbul. Bukit Camlica terlihat dari selat Bosphorus dan Laut Marmara, salah satu tempat pavorit di kota Istanbul dan juga merupakan salah satu puncak tertinggi di yang paling menawan diseluruh kota Istanbul.



Bukit Camlica terbadi dua bagian yakni "Büyük Çamlica" dan "Kücük Çamlica", yang berarti “Bukit Besar dan Bukit Kecil. Buyuk Camlica setinggi 267 meter dari permukaaan laut sedangkan Kucuk Camlica setinggi 228 meter dari permukaan laut.

Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia secara harfiah “Camlica” berarti Bukit Cemara (Cam dalam bahasa Turki berarti Cemara). Sejarawan Turki Ismail Hakki Konyali menyebutkan bahwa para pemukim pertama di kawasan itu menanami bukit ini dengan pohon pohon cemara begitu rapat, saking rapatnya pepohonan tersebut, sampai sampai sinar matahari terhalang oleh dedauanan pohon pohon cemara. Selain itu di bukit ini juga tumbuh beraneka macam bunga bunga beraneka warna yang begitu menawan.

Dimasa lalu para Sultan Usmaniyah menaruh perhatian tersendiri kepada bukit Camlica seperti contoh, Sultan Murat IV memerintahkan pembangunan rumah peristirahatan musim panas nya di bukit ini, kemudian Sultan Mehmet IV yang digelari sebagai “sang pemburu” karena kegemarannya berburu, pun, membangun loji perburuannya di bukit ini dan juga memperbaiki tempat pemandian air panas alami di Buyuk Camlica. Dimasa kekuasaan Sultan Selim III bukit Camlica menjadi tempat rekreasi bersama dengan selat Bosphorus dan Kagithane.

Sebelum dibangun masjid Camlica, bukit Camlica tempat masjid ini berada sudah terlebih dahulu memiliki sebuah menara kota yang menjulang, namun kini menara tersebut tampak begitu mungil dibandingkan dengan masjid ini (menara tampak di bagian belakang masjid).

Menariknya lagi, pada masanya, Kaisar Jerman Wilhelm II juga begitu terkesan dengan Bukit ini, sampai sampai beliau menyampaikan keinginannya kepada Sultan Sultan Abdulhamit Han untuk membangun sebuah monumen di bukit tersebut, namun hal itu ditolak dengan halus oleh Sultan mengingat di sana sudah ada makam dari Ivaz Fakih yang sangat dihormati oleh rakyat Turki. Sebagai ganti nya Keiser Wilhelm II kemudian memerintahkan membangun air mancur di pelataran Sultan Ahmet Square sebagai hadiah untuk Sultan.

Gagasan Presiden Erdogan

Berbeda dengan para pendahulunya, Presiden Turki Erdogan membangun masjid dengan ukuran yang tak biasa besarnya di puncak bukit Camlica ini. Sebuah bangunan masjid yang tidak saja menjadi masjid terbesar di kota Istanbul tapi juga masjid terbesar di Turki dan seluruh wilayah Asia kecil.

Bangunan masjid Camlica dibangun dengan gaya arsitektur klasik Turki Usmani dengan ciri utama berupa bangunan tinggi besar, kubah kubah besar di atap masjid dan menara yang menjulang. Dibangun untuk menampung Jemaah sebanyak 37.500 orang sekaligus, dengan ketinggian kubahnya mencapai 72 meter dan tinggi masing masing menaranya mencapai 107.1 meter, masjid Camlica terlihat nyaris dari seluruh bagian kota Istanbul.

Masjid Camlica dan gambar rekaan 3D pada tahapan rancangan. 

Masjid Çamlıca juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas termasuk museum, galeri seni, perpustakaan umum, ruang konfrensi serta area parkir underground. Lebih menariknya lagi masjid yang sebegini megah dirancang oleh dua arsitek perempuan yakni Bahar Mızrak dan Hayriye Gül Totu, dan proyek pembangunannya menghabiskan dana sebesar TL 150 juta Lira Turki atau setara dengan ($66.5 juta dolar).

Pembangunan masjid ini tidak saja sebagai tempat ibadah, namun juga bagian dari upaya pemerintah Turki untuk menunjukkan keagungan Negara itu kepada dunia terutama kekuatan ekonomi dibawah pimpinan Erdogan.***

Baca Juga



Sabtu, 28 Oktober 2017

Masjid Husejnija Gradačac Bosnia (1826)

Masjid Huseiniah atau Husejnija di kota Gradačac, Bosnia & Herzegovina

Masjid Husejnija atau Husejnija DŽamija adalah masjid tua peninggalan Emperium Usmaniyah (Turki Usmani) di kota Gradačac, Bosnia & Herzegovina. Masjid tua ini diabngun oleh Husein-captain Gradaščević pada tahun 1826, dan kini telah dijadikan salah satu monument sejarah nasional Bosnia & Herzegovina .

Masjid Husejnija di Gradačac ini menjadi salah satu masjid dengan gaya arsitektur Usmaniyah yang menawan dan memberikan kontribusi bagi khasanah kekayaan seni bina arsitektur masjid masjid tua emperium Usmaniyah di kawasan Balkan.

Husejnija DŽamija Gradačac
Gradačac, Bosnia dan Herzegowina
mizgradacac.ba


Arsitektur Masjid Hussein Gradačac

Masjid tua ini dibangun dengan satu kubah besar dari bahan metal dengan denah penampang octagonal ditambah dengan tiga kubah lebih kecil dengan masing masing juga berdenah penampang octagonal di bagian atas beranda masjid. Satu batang menara (Minar/ Munar / Minaret) tinggi menjulang 25 meter dibangun disamping masjid.

Menara masjid ini dilengkapi dengan satu balkoni berpagar (Stereophilus / circular porter) di bagian bawah dari puncak tertinggi bangunan menara yang dibangun sebagai tempat muazin mengumandangkan azan. Dan terntu saja ada serangkaian anak tangga dari bagian bawah menara hingga ke bagian balkoni ini.

Dekorasi Islami dapat ditemui sejak dari bagian pintu masjid hingga ke bagian interiornya. Bangunan masjid tua ini juga dilengkapi dengan pagar keliling dari batu yang tidak terlalu tinggi dan sebuah gerbang yang juga dibangun dari batu. Lokasi masjid ini berdiri berada sekitar 40-50 meter diluar tembok tua benteng kota Gradačac .

Fasilitas Masjid Husseiun Gradačac

Bangunan masjid ini juga dilengkapi dengan toilet, tempat wudhu dan perpustakaan. Sementara gerbang masjid ini ada dua, gerbang utamanya berada di sisi barat laut bangunan masjid sedangkan gerbang lainnya berada disebelah timur  laut bangunan masjid yang menjadi gerbang masuk bagi Husein-captain Gradaščević.

Interior Masjid Huseniah

Gerbang utama yang berada di sisi Barat laut bangunan masjid ini langsung menuju ke bagian beranda dan pintu utama masjid, menunjukkan bahwa sisi kiblat dan mihrab masjid ini berada disisi berlawanan yakni disisi tenggara, maknanya bahwa arah kiblat dari masjid ini mengarah ke tenggara, tidak seperti di Indonesia yang mengarah ke barat.

Masing masing gerbang masjid ini beserta pagar keliling masjid dibangun menggunakan bahan darui batu gamping yang disusun dan landasannya sedikit lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya.

Tinggi menara masjid ini sebenarnya adalah 33.89 meter, hanya saja angka 25 meter yang disebutkan tadi merupakan pembulatan dari angka 24.3 meter yang di ukur dari atas bagian landasan menara tanpa memasukkan tinggi dari landasan menaranya sendiri. Sehingga apabila dimasukkan tinggi landasannya hingga ke ujung ornamen bulan sabit di puncak menara maka tinggi menara masjid ini adalah 33.89 meter.

Pintu batu masjid yang mengarah ke halaman depan tidak dilengkapi dengan dekorasi namun dirancang dengan bentuk lengkungan semikular dan dihias dengan ukiran bentuk bentuk bunga, jambangan, lengkungan, serta bentuk bentuk geometris.

Sisi depan Masjid Huseniah

Dibagian atas mihrab masjid ini di ukir dengan bentuk bentuk bunga lili, adanya ukiran bunga lili tersebut mematahkan teori bahwa penggunaan bentuk ukiran tersebut hanya dipegunakan pada masa abad pertengahan saja, namun juga digunakan pada masa kekuasaan Usmaniyah.

Bentuk bentuk tersebut juga menghias beberapa batu nisan dari beberapa makam di pekarangan masjid ini, keseluruhannya hanya ada 9 makam di komplek masjid ini, diantaranya adalah makam  Hussein-captain Gradaščević.dan putranya yang bernama Mesar Muhammad.

Pembangunan Masjid Hussein Gradačac

Dibagian atas pintu masuk utama masjid ini juga terdapat ukiran batu prasasti sebagai pengingat selesainya pembangunan masjid ini di tahun 1826 bertuliskan: 

“Emir yang berbahagia, Kapten dari Benteng Gradačac, dia yang telah diperintahkan Tuhan dan dengan pertolongan Tuhan pula masjid ini dibangun. Kronogram ini dibuat untuk mengingat penyelesaian pembangunan nya. Tertanda The Krkleri, Masjid indah ini adalah rumah bagi orang orang beriman”.***

--------------------oooOOOoo----------------------


Baca Juga