Tampilkan postingan dengan label Masjid Di Serbia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid Di Serbia. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 18 Maret 2017

Masjid Hisardžik Dengan Mushaf Al-Qur’an Tertua di Balkan

Berdiri di tempat yang tak biasa, Masjid desa Hizardik ini menarik wisatawan mancanegara sejak ditemukannya Mushaf Al-Qur'an tertua di semenanjung Bankan yang tersimpan di masjid ini. 

Masjid di lokasi tak biasa satu ini hanyalah sebuah masjid di sebuah kampung bernama Hisardžik di dekat kota Prijepolje di wilayah selatan wilayah Sandžak, Republik Serbia. masjid ini pertama kali muncul dalam catatan seorang penjelajah bernama Evlija Celebija, yang merupakan seorang penulis terkemuka di masa ke-emasan dinasti Usmaniyah.

Kini masjid tua ini hadir sebagai sebuah tempat sakral dari masa lalu bagi muslim setempat. Lokasinya berdiri memang tak biasa, sama seperti Kampung tempatnya berdiri, berada di ketinggian sebuah bukit dibawah Benteng kuno Mileševac. Benteng dan kawasan sekitarnya termasuk masjid ini telah menjadi cagar Budaya Nasional Serbia.

Hisardžik mosque
Hisardžik, Serbia


Sejak berdiri hingga kini masjid ini masih berfungsi sebagaimana mestinya, meskipun tidak memiliki sesuatu yang monumental dan bentuknyapun terbilang masjid sederhana untuk ukuran masjid masjid megah di masa kejayaan Emperium Usmaniyah, namun masjid ini menjadi begitu terkenal karena Mushaf Al-Qur’an kuno yang dimilikinya.

Masjid Hisardžik menyimpan artefak sejarah yang sangat berharga, yakni sebuah mushaf Al-Qur’an tulisan tangan yang diperkirakan telah berumur 400 tahun. Sebuah mushaf Al-Qur’an dengan gaya yang tak ada duanya dan sangat langka dandan tak ternilai, baik bagi muslim setempat maupun bagi Sejarah Serbia dan Semenanjung Balkan.

Nama Hizardzik bagi kampung tempat masjid ini berdiri berasal dari bahasa Turki yang berarti Bendteng Kecil, merujuk kepada benteng yang berdiri atas bukit di atas wilayah desa tersebut.

Pada mulanya, Mushaf Al-Qur’an ini diketahui berumur 300 tahun dari inskripsi yang tertulis disana bertuliskan tahun 1116 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1706 Miladiyah. Namun kemudian hasil penelitian dari Perpustakaan Nasional Beograd justru menunjukkan bahwa Mushaf tersebut setidaknya sudah berumur 400 tahun dan kemungkinan merupakan mushaf tertua di kawasan Semenanjung Balkan.

Mushaf Al-Qur’an kuno ini ukurannya cukup besar, dengan berat mencapai 4,9 kg. pada saat ditemukan kondisinya cukup memprihatinkan, beberapa bagian mengalami kerusakan dan halaman terahirnya telah hilang. Dengan bantuan para professional naskah kuno dari Beograd, mushaf tersebut telah dipulihkan kondisinya dari kerusakan, setelah itu selama 10 hari dipamerkan di Musium kota Prijepolje lalu kemudan dikembalikan ke tempat asalnya di Masjid Kampung Hisardžik.

Desa Hizardzik dari atas benteng

Belum diketahui dengan pasti, kapan persisnya masjid di desa Hizardik ini dibangun. Sejauh ini hanya diketahui bahwa masjid ini dibangun pada masa kekuasaan Emperium Usmaniyah. Seluruh wilayah Serbia pernah menjadi bagian dari Emperium Islam Usmaniyah yang berpusat di Istanbul (Turki) dari abad ke 16 hingga kea bad 19.

Khusus di wilayah Prijepolje sendiri, tak banyak bangunan peninggalan masa Dinasti Usmaniyah yang masih dapat ditemukan, bebeapa diantaranya adalah bangunan Sahat-Kula, dan beberapa bangunan masjid, termasuk masjid tua di desa Hizardik ini, kemudian Masjid Ibrahim Pasha di Šarampov dibangun pada abad ke 16, bangunannya unik beratapkan "cheramida" bahan atap yang populer pada masa itu dan dilengkapi dengan sebuah menara.

Tentang Hisardžik

Hisardžik adalah sebuah desa di dekat kota Prijepolje, District Zlatibor, Republik Serbia. Menurut sensus 2011, ada 220 penduduk di desa ini. Desa Hisardžik berada di bekas pinggiran benteng Mileševac atau Hisardžik yang berada di atas bukit. Nama Hisardžik sendiri berasal dari Bahasa Turki; “Hisar”, yang berarti “Benteng”, dan “Dzik” berarti “Kecil”. Benteng ini mulai digunakan di-abad XVII. Disebutkan bahwa Sultan Mehmed II dari Dinasti Usmaniyah (Turki) pernah berkunjung ke Benteng ini pada 6 Mei 1468 dari sana beliau mengirimkan surat kepada walikota Dubrovnik untuk takluk di bawah kekuasaan-nya.

Mushaf Al-Qur'an tertua di Semenanjung Bankan.

Hisardžik dikenal luas dengan kekayaan alamnya, budaya dan peninggalan sejarahnya. karena subunya ladang pertanian buah, desa ini dikenal sebagai desa penghasil buah. Di desa Hisardžik hidup 223 penduduk dewasa, dan usia rata-rata adalah 39,0 tahun (39,0 untuk pria dan 39,1 untuk wanita). Desa ini memiliki 81 rumah tangga, dan rata-rata jumlah anggota per rumah tangga 3 sampai empat warga. Desa ini terutama dihuni oleh orang orang Bosnia (menurut sensus tahun 2002), dan dalam tiga sensus terakhir, terlihat penurunan populasi.

Kota Prijepolje disebutkan mulai dibangun tahun 1234, bersamaan dengan berdirinya benteng Mileševa. Di Benteng ini pada tanggal 26 October 1377, Tvrtko I dinobatkan sebagai raja pertama bagi kerajaan Serbia. Kemudian seluruh wilayah ini jatuh ketangan kekuasan Islam hingga abad ke 19.***

Sabtu, 11 Maret 2017

Masjid Bajrakli Beograd, Serbia

Masjid Bajrakli Beograd, Serbia

Masjid Bajrakli merupakan satu satunya masjid yang tersisa, masih berdiri dan masih berfungsi di kota Beograd. Pertama kali dibangun pada tahun 1575 dimasa Emperium Usmaniyah berkuasa di wilayah Serbia. Masjid ini sempat di ubah menjadi gereja Katholik pada masa kekuasaan singkat kekaisaran Austria di Serbia diantara tahun 1717-1739. Namun kemudian dikembalikan fungsinya sebagai masjid pada tahun 1741 seiring dengan kembalinya kekuasaan Emperium Usamniyah di wilayah itu.

Bertahan melewati masa berat di perang dunia kedua, masa kekuasaan Uni Soviet, era Yugoslavia, hingga ke masa Serbia saat ini paska runtuhnya Negara Yugoslavia yang bekas wilayahnya kini masing masing berdiri sendiri sebagai Negara merdeka, Terdiri dari Republik Serbia, Slovenia, Croasia, Bosnia & Herzegovina, Macedonia, Montenegro dan Kosovo.

Bajrakli mosque, Belgrade
Gospodar Jevremova 11, Beograd 105402, Serbia



Kota Beograd yang kini menjadi ibukota Negara Serbia pernah menjadi bagian dari wilayah Emperium Usmaniyah (Turki) pada paruh pertama abad ke 16 hingga paruh kedua abad ke-19. Salama masa itu kota Beograd menjadi pusat kebudayaan utama bersama dengan beberapa kota lainnya di kawasan semenanjung Balkan, seperti Sarajevo dan Skoplje di Bosnia, dengan sekitar 160 masjid dari 273 masjid diseluruh Serbia, 7 pemandian umum khas Turki dan sekitar 7000 gedung kamar mandi dan 21 caravan-saray.

Namun dari sekian banyak bangunan tersebut telah mengalami kerusakan ataupun pengrusakan sejak masa kekuasaan Kekaisaran Austria hingga ke masa pemerintahan Serbia. Dari sekian banyak masjid yang ada di kota Beograd hanya tersisa Masjid Bajrakli sebagai satu satu nya masjid di kota Beograd hingga hari ini yang masih berdiri di kawasan tertua di kota Beograd.

Masjid Bajrakli berdiri kokoh di tepian ruas jalan Gospodar Jevremova yang lenggang namun kaya dengan sejarah masa lalu di kota Beograd di sekitar sudut jalan Kralja Petra Street, berdekatan dengan bekas Sinagog Yahudi yang kini sudah beralih fungsi menjadi Galeri dan sebuah Gereja Ortodok, di wilayah yang bernama Dorcol.

Bendera di menara Masjid Bajrakli

Nama Dorcol bagi kawasan ini berasal dari Bahasa Turki yang berarti “Empat jalan”. Pada masanya kawasan ini merupakan salah satu harmoni kehidupan di pusat kota Beograd, ditempat ini menjadi rumah bagi tiga pemeluk agama berbeda. Namun keharmonisan tersebut ternoda oleh sebuah kerusuhan massa pada tahun 2004 pada saat masjid tersebut dibakar oleh sekelompok masa akibat sentiment anti Kosovo yang dianggap melakukan tindakan disintegrasi.

Dari nama dan gaya arsitektunya, kawasan Darcol di kota Beograd ini mencerminkan sejarah masayarakat sekaligus kota Beograd. Khusus tentang kawasan Dorcol ini, seorang penulis dan pelukis ternama setempat pernah menulis “Bila saya hanya diberi waktu satu jam untuk menunjukkan seperti apa Serbia kepada pelancong yang datang, maka saya akan membawanya ke Kralja Petra street. Laksana sebuah pelangi, ruas jalan ini menghubungkan dua peradaban, dua budaya dan dua sungai sekaligus yakni Sungai Sava dan Sungai Danube”.

Satu Masjid Tiga Nama

Pada awal di bangun tahun 1575 masjid ini bernama Masjid Čohadži mengambil nama dari pendirinya yang bernama Hadzi Alija. Beliau adalah seorang muslim pedagang kain (tekstil). Pada masa itu pedagang kain dipanggil Coha, sehingga beliau lebih dikenal dengan nama panggilan CoHadzi dan nama itu pula yang kemudian dilekatkan kepada masjid ini.

Bendera yang serupa di dalam masjid Bajrakli

Serbia sempat jatuh ke tangan kekaisaran Austria tahun 1717 hingga tahun 1739 dan masjid ini sempat di ubah menjadi Gereja Katholik. Namun kemudian dikembalikan fungsinya sebagai masjid pada tahun 1741 seiring dengan kembalinya kekuasaan Emperium Usamniyah di wilayah itu

Masjid Bajrakli kemudian di diperbaiki dan dikembalikan ke bentuk dan fungsinya semula sebagai masjid oleh Hussein-bey, yang merupakan chehaya (wakil) dari komandan pasukan Usmaniyah Turki, Ali-pasha. Dan oleh Karena itu pula masjid ini sempat juga disebut sebagai Masjid Hussein-Bey atau Masjid Hussein-chehaya.

Pada ahir abad ke 18 Masjid ini menjadi masjid utama di Beograd dan masjid masjid lainnya akan mengikuti aba aba dari masjid ini untuk mengumandangkan azan. Aba aba yang digunakan adalah dengan mengibarkan Bendera bulan sabit bewarna hijau di atas menara masjid, setelah melihat bendera tersebut baru masjid lainnya mengikuti menyuarakan azan.

Bangunan asli Masjid Bajrakli, terlihat sedikit di sisi kanan foto bangunan tambahan di belakang bangunan asli.

Bendera dalam Bahasa Turki disebut Bajrak, dan sejak saat ini masjid ini lebih dikenal dengan Nama Bajrakli atau secara harfiah bermakna sebagai masjid berbendera. Hingga kini bendera bulan sabit hijau senantiasa dipasang di menara masjid ini. Namun demikian tak ada lagi suara azan bersahutan dan berkelanjutan dari masjid masjid lain-nya karena memang Masjid Bajrakli merupakan satu satunya masjid yang masih berdiri di kota Beograd.

Masjid ini pernah di restorasi pada abad ke 19 oleh seorang bangsawan Serbia. Di tahun 2004, masjid ini sempat mengalami kerusakan parah akibat kebakaran dalam rusuh masa, namun kemudian kembali diperbaiki dan dikembalikan ke bentuknya semula. Peristiwa berawal dari pemisahan diri Kosovo sebagai Negara merdeka dari Federasi Yugoslavia yang ditentang oleh pemerintah pusat di Beograd.

Pertentangan tersebut berujung kepada ikut campurnya dunia internasional. Di tahun 1999 kota Beograd digempur oleh pasukan NATO dalam upaya menekan Yugoslavia (Negara kesatuan sebelum terpecah belah) yang melakukan intimidasi kejahatan kepada rakyat Kosovo. Berbagai gedung strategis militer dan pemerintahan di bombardir oleh tentara NATO. Sebagai salahsatu bentuk perlawanan, Masjid ini kemudian dibakar oleh masyarakat Serbia sebagai bentuk protes dan kekesalan warga terhadap sikap disintegrasi Kosovo yang notabene berhaluan Islam.

Interior Masjid Bajrakli ke arah pintu masuk dan mezanin

Arsitektur Masjid Bajrakli

Bangunan masjid ini menjadi tumpuan satu satunya bagi muslim kota Beograd yang merupakan bagian dari muslim Serbia yang kini hanya tersisa sekitar 3% dari total penduduk Negara tersebut. Bangunan yang dilengkapi dengan satu kubah utama dan satu menara terpisah dari bangunan utama.

Masjid Bajrakli kini sudah dilengkapi dengan bangunan masjid tambahan yang berada di belakang bangunan asli tanpa mengubah bentuk bangunan asalnya. Bangunan tambah ini selain berfungsi sebagai area sholat, juga merupakan bagian dari pusat aktivitas ke-Islaman muslim Beograd, termasuk tempat bekantornya Mufti dari Komunitas Muslim Serbia serta Konsul Komunitas Muslim Serbia.

Bangunan asli masih dengan bentuk dan fitur aslinya, Bangunan utamanya terdiri dari dua lantai, lantai dua-nya berupa lantai mezanin dari kayu yang dikhususkan untuk jemaah wanita. Lantai dasar atau area sholat utamanya khusus untuk jamaah laki laki. Ruangan dalam-nya tidak dilengkapi dengan peralatan pengatur suhu ruangan sehingga pada musim dingin suhu dalam ruangan masjid ini akan terasa alami dinginnya, berbeda dengan bangunan tambahannya yang merupakan bangunan baru dan sudah dilengkapi dengan perangkat penghangat ruangan.

Masjid Bajrakli saat dibakar tahun 2004
Ditahun 2014, Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Indonesia di Beograd turut andil memantu muslim Serbia membangun kembali masjid ini dan turut menyampaikan harapan dari umat Islam Serbia, kepada Presiden Serbia, Nikolic, kiranya berkenan melimpahkan tanah dan bangunan di komplek Masjid "Bajrakli" di Beograd, menjadi milik umat Islam Serbia dan membantu rencana pendirian Islamic Center di kota Beograd. Atas dukungan dan upaya upaya tersebut, Dubes Indonesia mendapatkan penghargaan tertinggi dari Komunitas Muslim Serbia.

Masjid ini mengamalkan Islam Sunni, dan banyak dipengaruhi oleh pengaruh kultur Turki dan Bosnia. Khutbah jumat dilakukan dalam 3 bahasa, yakni Inggris, Serbia dan Arab. Jamaah masjid ini umumnya adalah warga keturunan dan para ekspatriat asing yang ada di Beograd. Warga muslim Serbia sendiri sudah banyak yang memilih mengungsi dan menetap di Albania, Bosnia, atau Kosovo.***