Tampilkan postingan dengan label Masjid di Semenanjung Balkan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid di Semenanjung Balkan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 07 April 2024

Masjid Agung Tirana, Masjid Terbesar di Balkan

Masjid Agung Tirana, belum sepenuhnya selesai tapi keindahannya sudah terlihat.
 
Masjid Agung Tirana atau lebih dikenal sebagai Masjid Namazgâh (Xhamia e Namazgjasë) karena lokasinya yang berada di alun-alun Namazgâh . Dikenal juga dengan nama Xhamia e Madhe e Tiranës , adalah masjid agung di kota Tirana, ibukota Albania sekaligus juga merupakan masjid terbesar di negara tersebut dan terbesar di kawasan semananjung Balkan.
 
Meski sudah tampak begitu megah, namun masjid ini secara resmi belum menyelesaikan seluruh proses pembangunannya dan belum dibuka baik untuk peribadatan maupun untuk kunjungan umum.
 
Masjid Agung Baru Tirana
Distrik Tiranë, Albania
41.325620, 19.821153
 
 
Sejarah
 
Setelah jatuhnya komunisme di Albania, pada tahun 1991, Muslim Albania sering mengeluh karena didiskriminasi . Meskipun dua katedral untuk umat Katolik dan Ortodoks Timur dibangun, pada tahun 2016 umat Muslim Albania masih belum memiliki masjid pusat dan harus salat di jalanan. Saat hari raya Islam, Skanderbeg Square dipenuhi jamaah Islam, karena masjid Ethem Bey hanya berkapasitas 60 orang. Hujan membuat khutbah Jumat tidak bisa dilaksanakan.
 
Pada tahun 1992, presiden saat itu, Sali Berisha, meletakkan batu pertama sebuah masjid yang akan dibangun di dekat alun-alun Namazgja, dekat dengan parlemen, namun pembangunan tersebut tidak pernah selesai setelah ketua parlemen, Pjetër Arbnori, seorang Katolik, menentang rencana tersebut.
 
Presiden Erdogan saat meresmikan pembangunan masjid Agung Tirana.

Alasan penolakannya karena lokasi pembangunan masjid tersebut berdekatan dengan gedung parlemen sehingga mengesankan bahwa Albania adalah sebuah Republik Islam.
 
Keputusan pembangunan masjid diambil pada tahun 2010, oleh Walikota Tirana saat itu, Edi Rama yang mengumumkan pembangunan masjid tersebut secara mendadak. Dia menilai bahwa pembangunan masjid dinilai perlu karena sudah terdapat 114 gereja namun hanya 8 masjid (dari 28 pada tahun 1967).
 
Keputusan walikota tersebut mengundang komentar negatif dari Menteri Perhubungan, Sokol Olldashi, berpendapat bahwa pengumuman Rama adalah kampanye politik, terkait dengan pemilu lokal yang diselenggarakan pada Mei 2011.
 
Masjid Agung Tirana saat pembangunan.

Olldashi menuduh wali kota, yang juga pemimpin oposisi Sosialis, menipu masyarakat. Denah pusat kota yang dirancang oleh Studio Arsitektur Perancis, yang telah disetujui oleh pemerintah kota, tidak termasuk masjid.
Dewan kota membalas dengan mengatakan bahwa menteri "hanya melemparkan lumpur ke arah walikota."

Danaan untuk pembangunan masjid berasal dari organisasi Muslim Turki utama yang dikelola negara, Diyanet. Pada tahun 2015, presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengunjungi Albania untuk upacara pe
resmian proyek pembangunan masjid tersebut .
 
Masjid Agung Tirana

Arsitektur
 
Masjid ini memiliki empat menara setinggi 50 m, sedangkan kubah tengahnya setinggi 30 meter. Lantai pertama masjid akan mencakup pusat kebudayaan dan fasilitas lainnya, termasuk perpustakaan   dan ruang konsfrensi .
 
Masjid ini dibangun di atas lahan seluas 10.000 meter persegi dekat gedung parlemen Albania dan akan memiliki kapasitas hingga 5000 orang untuk salat sekaligus di dalam masjid.
 
Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan menyebut pembangunan masjid ini oleh pemerintah Turki sebagai “simbol unik persaudaraan antar bangsa” pada upacara peletakan batu pertama pada tahun 2015. ***
 
Follow & Like akun Instagram kami di  @masjidinfo  dan  @masjidinfo.id
🌎  informasi gudang masjid di nusantara dan mancanegara.
--------------------------------------------------- - ----------------
 
Baca Juga

Kamis, 21 Maret 2024

Masjid Al-Aga Tertua di Kosovo dan Semenanjung Balkan

Masjid Al-Aga tertua di Kosovo dan kawasan Balkan.
 
Masjid Al – Aga adalah Masjid tertua di Kosovo dan di seluruh wilayah Balkan. Terletak dekat Dragash dan dibangun pada tahun 1289 atau sudah melampaui usia tujuh abad sejak pertama kali dibangun. Masjid Al-Aga ini menjadi bukti bahwa Islam telah sampai di Kosovo dan wilayah Balkan bahkan jauh sebelum dinasti Usmaniyah (ottoman) menaklukkan daerah tersebut.
 
Masjid ini terletak erletak di lingkungan "Oxhina" ("Halebak") desa Mlikë, wilayah Gora, kotamadya Dragash, Republik Kosovo. di jalan utama desa, dengan bagian depan menghadap ke barat laut. Di dalam masjid terdapat halaman dengan akses ke masjid, kuburan, reruntuhan makam, air mancur untuk wudhu dan keran baru di bagian luar pintu masuk masjid. Masjid ini dikelilingi oleh banyak rumah vernakular tua desa.
 
џамија Драгаш
Xhamia Dragash
Sheshi I Dëshmorëve, Dragash 22000
 
 
Dinding utama masjid seharusnya dibangun dari batu setebal 64 cm, kini diplester dengan mortar. Konstruksi meskat mafil kemudian dibuat dari beton, sedangkan penutup gazebo mafil dibuat dari kayu. Konstruksi atapnya terbuat dari kayu, sedangkan atapnya bersegi empat, ditutup dengan genteng baru.
 
Pintu dan jendela sudah diganti dengan PVC. Lantai ruang sholat dilapisi papan, sedangkan lantai ruang shalat dengan ubin keramik. Menara dibangun dari batu bata yang dipanggang. Bangunan masjid ini memiliki denah bujur sangkar dengan dimensi 7,3 x 7 m, dan ditutup dengan kubah yang memiliki ketinggian 744 cm dari lantai.
 
Ruang dalam berbentuk persegi panjang, berfungsi sebagai pintu masuk ke ruang sholat dan dipisahkan oleh ceruk yang berfungsi sebagai ruang penyimpanan. Di dalam bangunan terdapat tangga beton yang memiliki akses ke mahfil dan menara. Tidak ada dekorasi di dinding di interior. Peralatan tidak bergerak: mihrab, mimbar, mimbar, dll.
 
Masjid Al-Aga.

Artefak Catatan Sejarah
 
Menurut prasasti yang ditemukan di fasad menara masjid, masjid tersebut dibangun kembali oleh Ahmet Aga pada tahun 1238/1822 abad ke-19. Dalam prasasti itu juga tertera tahun 688/1289, yang menurut dugaan merupakan tahun berdirinya masjid yang dibangun oleh keluarga dari Halebi, Suriah. Oleh karena itu, berdasarkan argumen tersebut, Masjid Mlika secara publik dianggap sebagai masjid pertama yang dibangun di Kosovo dan di wilayah Balkan.
 
Sedangkan berdasarkan tradisi lisan, masjid dibangun kembali dari nol oleh penduduk desa pada tahun 1963, dan menara masjid pada tahun 1968. Penguatan konstruksi dengan tiang penyangga sekeliling masjid dan penggantian atap dengan genteng baru dilakukan. setelah tahun 2003.
 
Migrasi Keluarga Muslim Suriah
 
Menurut dewan komunitas Islam di Dragaš pada tahun 1995 mereka menerima dokumen resmi dari kantor Mufti kota Aleppo, Republik Arab Suriah, yang dengan jelas dinyatakan bahwa sebuah keluarga bernama Al-Aga telah bermigrasi dari Aleppo ke bekas wilayah Yugoslavia tersebut, khususnya di daerah yang dikenal sebagai Mlika. Menurut dokumen tersebut, keluarga ini mulai bermigrasi pada tahun 1095 dan berlanjut hingga tahun 1291. Masjid ini dipugar pada tahun 1822 oleh Ahmed Agha.
 
Catatan pembangunan masjid Al-Aga

Masjid Al-Aga dan sejarah Islam di Balkan
   
Terjepit diantara Albania dan Makedonia, di provinsi Gora ada sebuah desa bernama Plava dab Mlika ditemukan artifak dari masa dinasti Seljuk. Meskipun banyak yang mengira sejarah Islam di Balkan dimulai dengan ekspansi dinasti Usmaniyah (Ottoman) di wilayah tersebut, namun itu ternyata bukanlah kehadiran Muslim pertama di Eropa Timur.
 
Berabad-abad yang lalu, komunitas Muslim Turki Seljuk lainnya tiba di Balkan dan sangat berpengaruh dalam penyebaran Islam. Warisan mereka ditemukan di provinsi Gora di Republik Kosovo di mana terdapat makam darwis Muslim terkemuka Sarı Saltuk di samping sebuah masjid yang dibangun oleh Seljuk lebih dari tujuh abad yang lalu.
 
Diduga makam salah satu cendekiawan Islam terkemuka abad ke-13 Darwis Sarı Saltuk di desa Plava. Dalam komunitas Muslim, masyarakat merasa terhormat jika makam pemimpin agama yang dihormati berada di dekat tempat tinggal mereka. Oleh karena itu, rasa hormat terhadap ulama dan darwis terkemuka telah menyebabkan masyarakat 'menganggap makam' seseorang sebagai makam dari darwis berdasarkan fakta sejarah yang tidak jelas. Itu sebabnya dimasa kini Darwis Sarı Saltuk diduga memiliki tujuh makam di Kosovo.
 
Masjid Al-Aga

Gelombang pengungsi Suriah ke berbagai Negara termasuk ke Eropa timur seperti yang terjadi dimasa kini sebagai akibat konflik berkepanjangan, ini bukanlah pertama kalinya orang-orang di negara ini berimigrasi.
Pada abad ke-13, orang-orang Turki yang tinggal di Suriah datang ke Balkan dan sebagian dari mereka menetap di desa Mlika. Masjid bernama Hacı Hüseyin diketahui dibangun oleh komunitas Turki yang juga merupakan bagian dari Seljuk.
 
Tepat seratus tahun sebelum penaklukan Balkan oleh dinasti Usmaniyah (Ottoman), masjid yang dibangun pada tahun 1289 ini memberikan bukti nyata kehadiran umat Islam di Balkan. Masjid ini dipugar pada tahun 1822 oleh Ahmed Agha.
 
Tentang Republik Kosovo
 
Republik Kosovo sebelumnya merupakan bagian dari Republik Federasi Yugoslavia yang bubar seiring dengan bubarnya Uni Soviet. Republik Kosovo merupakan bagian Yugoslavia paling ahir yang memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Februari 2008 paska konflik berdarah dan genosida di Balkan. Pristina merupakan ibukota Negara sekaligus kota terbesar di Kosovo.
 
Mimbar Masjid Al-Aga.

Berdirinya Republik Kosovo telah ditolak oleh Republik Serbia yang mengklaim Kosovo sebagai bagian dari wilayahnya, namun demikian meski Kosovo belum menjadi anggota PBB Negara ini sudah diakui oleh 104 dari 193 negara anggota PBB. Indonesia menjadi salah satu Negara yang belum mengakui kemerdekaan Kosovo.
 
92% penduduk Kosovo merupakan Etnis Albania, dimasa masa awal berdirinya mereka menggunakan bendera Albania sebagai identitas negaranya. Etnis Serbia 4%, Bosnia 2% serta Turki dan Romawi masing masing 1%. Islam merupakan agama mayoritas di Kosovo dengan penganut mencapat 93% dari seluruh penduduknya.***
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga
 

Minggu, 14 April 2019

Masjid Ljubljana, Slovenia

Berdiri megah dengan satu menara sederhana, Masjid Ljubljana menjadi masjid pertama dan satu satunya di era modern Slovenia.

Slovenia, salah satu Negara Republik di Eropa tengah yang merupakah salah satu Negara pecahan dari Republik Federasi Yugoslavia, yang kemudian mendirikan Negara merdeka di tahun 1991 seiring dengan runtuhnya Negara federasi yang didirikan oleh Josep Bros Tito tersebut. Slovenia berbatasan dengan Austria disebelah utara, Hongaria disebelah timur, Kroasia disebelah selatan dan Italia disebelah baratnya.

Republik Slovenia memisahkan diri dari Republik Federasi Yugoslavia dan menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 25 Juni 1991, diterima sebagai anggota PBB pada tanggal 22 Mei 1992 dan diterima sebagai anggota Uni Eropa pada tanggal 1 Mei 2004. Dibidang pertahanan, Slovenia bergabung dengan organisasi fakta pertahanan atlantik utara (NATO).

Islam adalah agama dengan penganut terbesar kedua di Slovenia dengan penganut mencapai hampir 50 ribu jiwa atau setara dengan 2,4%. Mayoritas penduduk Slovenia menganut agama Katholik, sebagian besar Muslim Slovenia berasal dari etnis Bosnia & Herzegovina, Kosovo dan etnis Slavia lainnya.

Gambar rancangan artis masjid Ljubljana.

Masjid di Slovenia berdiri setelah perjuangan 40 tahun.

Dalam sejarahnya, Slovenia pernah memiliki masjid permanen dan cukup megah di Log pod Mangartom, sebuah desa di barat laut Slovenia. Masjid tersebut dibangun oleh resimen infantri ke-4 Bosnia-Herzegovia semasa perang dunia pertama dan kemungkinan besar hancur tak bersisa semasa perang dunia tersebut, ataupun diruntuhkan segera setelah perang berahir.

Muslim Slovenia terutama yang tinggal di ibukota Negara tersebut ahirnya memiliki sebuah masjid di ibukota Negara setelah menanti selama 40 tahun sejak pertama kali petisi dikirimkan ke pemerintah untuk pembangunan tempat ibadah bagi muslim Slovenia di Ibukota Negara.

Empat dekade bukanlah waktu yang sebentar, namun penantian dengan penuh kesabaran itu ahirnya membuahkan hasil, masjid yang di impi impikan itu kini berdiri megah dalam arsitektur kontemporer modern tanpa kehilangan ciri utamanya sebagai masjid. Masjid di Ibukota Negara Slovenia itu berdiri di bekas lahan industri.

Islamska skupnost v republiki Sloveniji
Grablovičeva ulica 14, 1000 Ljubljana, Slovenia
islamska-skupnost.si



Setelah penantian yang begitu lama, wajar bila upacara peletakan batu pertama pembangunan masjid ini pun dihadiri ribuan muslim Slovenia. Upacara resmi tersebut turut dihadiri oleh anggota lembaga kepresidenan Bosnia & Herzegovina Bakir Izetbegovic, Presiden dari pemerintahan Slovenia Alenka Bratušek, Mantan Presiden Slovenia Danilo Turk, Walikota Ljubljana Zoran Jankovic, mufti komunitas muslim di Bosnia & Herzegovina Hussein Kavazovic dan mufti Ljubljana Nedzad Grabus.

Proyek pembangunan masjid dan Islamic center di Ljubljana ini tentu saja menjadi catatan sejarah baru bagi Slovenia dan hubungan antara kedua Negara Slovenia dan Bosnia & Hezegovina yang keduanya sama sama Negara pecahan Federasi Yugoslavia. Dan menjadi sejarah baru bagi toleransi beragama di Slovenia dimana komunitas muslim merupakan minoritas berbanding terbalik dengan tetangganya, Bosnia & Herzegovina.

Sejak tahun 1969

Upaya untuk membangun Islamic Cultural Center di Ljubljana berawal di tahun 1969, saat itu pengajuan izin pembangunan masjid diajukan ke pemerintah Slovenia oleh Sulejman Kemurato, selaku ketua komunitas muslim di Ljubljana. Namun perkembangan selanjutnya muslim disana kesulitan untuk memenuhi semua perizinan pembangunan ditambah lagi dengan kesulitan mendapatkan lahan untuk pembangunannya.

Masjid dan juga pusat kebudayaan Islam Ljubljana, Slovenia.

Masalah administrasi, birokrasi hingga perundang undangan menjadi ganjalan bagi harapan muslim disana untuk memiliki masjid. Proposal pembangunan –nya tertahan di para pejabat lokal yang enggan meluluskan proposal tersebut, dan sebagian dari mereka melakukan upaya referendum untuk pemungutan suara atas rencana pembangunan masjid tersebut.

12,000 orang turut berpartisipasi menandatangani petisi tersebut. Namun petisi itu kemudian di anulir oleh Mahkamah Konstitusi Slovenia yang menyebut hal tersebut telah melanggar konstitusi di ranah kebebasan beragama di Slovenia.

Penolakan terhadap pembangunan masjid di Negara ini cukup keras, mengakibatkan muslim Slovenia harus melaksanakan sholat berjamaah di fasilitas fasilitas public termasuk gedung olahraga. Upaya referendum terahir untuk menolak pembangunan masjid ini dilakukan oleh Michael Jarc salah satu anggota dewan kota yang berupaya menggalang referendum kembali untuk menolak pembangunan masjid tersebut.

Kabar baik berhembus manakala Zoran Jankovic dilantik menjadi walikota Ljubljana, beliau yang kemudian membantu komunitas muslim disana mendapatkan izin pembangunan sekaligus juga menawarkan lokasi pembangunan masjid tersebut di pusat kota dan di tahun 2008 komunitas muslim Slovenia setuju untuk membeli lahan yang ditawarkan bagi pembangunan masjid dimaksud.

Di Bulan November dilakukan upacara peletakan batu pertama pembangunan masjid Ljubljana dalam sebuah upacara yang mengharu biru. Dan keseluruhan pembangunan masjid tersebut selesai di tahun 2018 menghabiskan dana sekitar 12 juta euro setara dengan US$15.9 juta Dolar.

Masjid Ljubljana dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung termasuk perpustakaan, aula, ruang kelas hingga perumahan bagi Imam dan para pegawai pengurusnya.
Secara keseluruhan dana pembangunan masjid dan Islamic cultural center Slovenia ini bersumber dari para komunitas muslim dan pengusaha muslim Slovenia, masyarakat muslim Bosnia & Herzegovina menyumpang sebesar €5 jura Euro dan pemerintah Qatar mengucurkan bantuan sebesar €15 juta Euro.

Arsitektur Masjid Ljubljana

Meski secara umum bentuk masjid Ljubljana ini nyaris sama sekali tidak mirip dengan bangunan masjid yang kita kenal pada umumnya. Bangunan utamanya berbentuk kubus seperti bangunan Ka’bah dengan konstruksi dan rancangan modern.

Satu satunya penanda yang terlihat dari luar apalagi dari kejauhan yang menandakan bahwa bangunan ini adalah masjid adalah sebatang menaranya setinggi 40 meter yang memang dibangun sedikit lebih tinggi dari bangunan utamanya. Meski bentuk menaranya pun tidak seperti bangunan menara yang biasa kita kenal.

Di bagian interiornya baru menampilkan utuh sebagai sebuah masjid. Masjid Ljubljana dilengkapi dengan beberapa bangunan pendukung sesuai dengan fungsinya yang juga menjadi pusat kebudayaan Islam di Slovenia, termasuk di dalamnya gedung perpustakaan, ruang ruang kelas, aula, perkantoran, dan tempat tinggal bagi imam dan pengurus masjid***.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga



Sabtu, 28 Oktober 2017

Masjid Husejnija Gradačac Bosnia (1826)

Masjid Huseiniah atau Husejnija di kota Gradačac, Bosnia & Herzegovina

Masjid Husejnija atau Husejnija DŽamija adalah masjid tua peninggalan Emperium Usmaniyah (Turki Usmani) di kota Gradačac, Bosnia & Herzegovina. Masjid tua ini diabngun oleh Husein-captain Gradaščević pada tahun 1826, dan kini telah dijadikan salah satu monument sejarah nasional Bosnia & Herzegovina .

Masjid Husejnija di Gradačac ini menjadi salah satu masjid dengan gaya arsitektur Usmaniyah yang menawan dan memberikan kontribusi bagi khasanah kekayaan seni bina arsitektur masjid masjid tua emperium Usmaniyah di kawasan Balkan.

Husejnija DŽamija Gradačac
Gradačac, Bosnia dan Herzegowina
mizgradacac.ba


Arsitektur Masjid Hussein Gradačac

Masjid tua ini dibangun dengan satu kubah besar dari bahan metal dengan denah penampang octagonal ditambah dengan tiga kubah lebih kecil dengan masing masing juga berdenah penampang octagonal di bagian atas beranda masjid. Satu batang menara (Minar/ Munar / Minaret) tinggi menjulang 25 meter dibangun disamping masjid.

Menara masjid ini dilengkapi dengan satu balkoni berpagar (Stereophilus / circular porter) di bagian bawah dari puncak tertinggi bangunan menara yang dibangun sebagai tempat muazin mengumandangkan azan. Dan terntu saja ada serangkaian anak tangga dari bagian bawah menara hingga ke bagian balkoni ini.

Dekorasi Islami dapat ditemui sejak dari bagian pintu masjid hingga ke bagian interiornya. Bangunan masjid tua ini juga dilengkapi dengan pagar keliling dari batu yang tidak terlalu tinggi dan sebuah gerbang yang juga dibangun dari batu. Lokasi masjid ini berdiri berada sekitar 40-50 meter diluar tembok tua benteng kota Gradačac .

Fasilitas Masjid Husseiun Gradačac

Bangunan masjid ini juga dilengkapi dengan toilet, tempat wudhu dan perpustakaan. Sementara gerbang masjid ini ada dua, gerbang utamanya berada di sisi barat laut bangunan masjid sedangkan gerbang lainnya berada disebelah timur  laut bangunan masjid yang menjadi gerbang masuk bagi Husein-captain Gradaščević.

Interior Masjid Huseniah

Gerbang utama yang berada di sisi Barat laut bangunan masjid ini langsung menuju ke bagian beranda dan pintu utama masjid, menunjukkan bahwa sisi kiblat dan mihrab masjid ini berada disisi berlawanan yakni disisi tenggara, maknanya bahwa arah kiblat dari masjid ini mengarah ke tenggara, tidak seperti di Indonesia yang mengarah ke barat.

Masing masing gerbang masjid ini beserta pagar keliling masjid dibangun menggunakan bahan darui batu gamping yang disusun dan landasannya sedikit lebih tinggi dari permukaan tanah disekitarnya.

Tinggi menara masjid ini sebenarnya adalah 33.89 meter, hanya saja angka 25 meter yang disebutkan tadi merupakan pembulatan dari angka 24.3 meter yang di ukur dari atas bagian landasan menara tanpa memasukkan tinggi dari landasan menaranya sendiri. Sehingga apabila dimasukkan tinggi landasannya hingga ke ujung ornamen bulan sabit di puncak menara maka tinggi menara masjid ini adalah 33.89 meter.

Pintu batu masjid yang mengarah ke halaman depan tidak dilengkapi dengan dekorasi namun dirancang dengan bentuk lengkungan semikular dan dihias dengan ukiran bentuk bentuk bunga, jambangan, lengkungan, serta bentuk bentuk geometris.

Sisi depan Masjid Huseniah

Dibagian atas mihrab masjid ini di ukir dengan bentuk bentuk bunga lili, adanya ukiran bunga lili tersebut mematahkan teori bahwa penggunaan bentuk ukiran tersebut hanya dipegunakan pada masa abad pertengahan saja, namun juga digunakan pada masa kekuasaan Usmaniyah.

Bentuk bentuk tersebut juga menghias beberapa batu nisan dari beberapa makam di pekarangan masjid ini, keseluruhannya hanya ada 9 makam di komplek masjid ini, diantaranya adalah makam  Hussein-captain Gradaščević.dan putranya yang bernama Mesar Muhammad.

Pembangunan Masjid Hussein Gradačac

Dibagian atas pintu masuk utama masjid ini juga terdapat ukiran batu prasasti sebagai pengingat selesainya pembangunan masjid ini di tahun 1826 bertuliskan: 

“Emir yang berbahagia, Kapten dari Benteng Gradačac, dia yang telah diperintahkan Tuhan dan dengan pertolongan Tuhan pula masjid ini dibangun. Kronogram ini dibuat untuk mengingat penyelesaian pembangunan nya. Tertanda The Krkleri, Masjid indah ini adalah rumah bagi orang orang beriman”.***

--------------------oooOOOoo----------------------


Baca Juga


Sabtu, 30 September 2017

Masjid Ferhat Pasha Banjaluka Bosnia & Gerzegovina

Masjid Ferhat Pasha Setelah rekonstruksi

Masjid Ferhat Pasha ini menjadi salah satu saksi bisu etnic cleansing terhadap muslim bosnia yang terjadi di Banjaluka di tahun 1993. Upaya pembersihan muslim di Banjaluka dan di wilayah Bosnia Herzegovina lainnya akan dikenang selamanya sepanjang sejarah peradaban manusia sebagai tindakan biadap secara massif yang terjadi di era Modern Eropa di penghujung abad ke 20.

Masjid Ferhat Pasha adalah Masjid Agung di kota Banjaluka, Republik Federasi Bosnia & Herzegovina. Masjid ini dinamai Masjid Ferhat Pasha sebagai penghormatan kepada Sanjak-bey Ferhat-paša Sokolović yang merupakan Gubernur emperium Usmaniyah di wilayah Sanjak Bosnia. Masjid ini pertama kali dibangun tahun 1579 dan merupakan salah satu warisan arsitektur terbaik dari abad ke 16 di Banjaluka.

Ferhat Pasha Mosque | Ferhat-pašina džamija
Kralja Petra I Karađorđevića, Banja Luka 78000
Bosnia dan Herzegowina



Seiring dengan runtuhnya Uni Soviet di tahu 1990-an, berbagai negara anggota federasi negara Soviet memproklamirkan kemerdekaan begitupun dengan negara negara sekutunya termasuk Republik federasi Yugoslavia yang terdiri dari beberapa negara bagian termasuk Bosnia & Herzegovina yang penduduknya mayoritas Muslim.

Upaya kemerdekaan negara negara bagian Yugoslavia mendapat pertentangan keras dari ernis Serbia yang merupakan etnis terbesar di Federasi tersebut yang pada ahirnya berujung kepada upaya paksa dengan tindakan brutal yang disebut oleh PBB dan dunia internasional sebagai tindakan “etnic cleansing” (pemberangusan etnis) dalam artian sebenarnya.

Muslim Bosnia & Herzegovina yang menjadi korban terparah dari malapetaka tersebut. Puluhan ribu jiwa atau bahkan lebih, terbunuh menjadi korban pembantaian brutal termasuk muslim di kota Banjaluka. Pada malam hari 7 Mei 1993 milisi Serbia menyerbu kota Banjaluka melakukan tindakan biadab tak terperi terhadap muslim Bosnia.

Tercatat sekitar 60.000 muslim bosnia dan minoritas Kroasia menjadi korban peristiwa itu termasuk yang di bantai, di tawan ataupun terusir dari Banjaluka dalam keadaan yang teramat memprihatinkan.

Masjid Ferhat Pasha sebelum dihancurkan oleh milisi Serbia.

Milisi Serbia juga melakukan bumi hangus terhadap semua yang berbau muslim di Bajaluka, menghancurkan rumah rumah yang ditinggalkan, membuldozer atau meledakkan masjid masjid di kota tersebut. Masjid Ferhat Pasha menjadi salah satu masjid yang menjadi sasaran penghancuran, masjid ini diratakan dengan tanah menggunakan bulldozer hingga tak bersisa sama sekali.

Rekonstuksi Masjid Ferhat Pasha

Bosnia & Herzegovina dan seluruh semenanjung Balkan kembali normal paska pengerahan pasukan perdamaian besar besaran oleh PBB. Muslim Banjaluka berangsur kembali ke kampong halaman mereka yang tersisa dalam puing puing reruntuhan termasuk masjid masjid tempat mereka beribah.

Dalam suasana damai yang baru pulih, muslim Banjaluka memulai kembali kehidupan mereka, bukan dari nol tapi dari titik minus dibawah nol. Mereka bahkan tak lagi memiliki tempat tinggal yang layak apalagi tempat ibadah. Bantuan dunia internasional mengalir ke wilayah itu untuk memulihkan situasi.

Empat belas tahun setelah dihancurkan oleh Milisi Sebia, Masjid Ferhat Pasha ini mulai di rekonstruksi. Pemerintah Turki yang kemudian mendanai proses rekonstruksi tersebut bersama dengan pemerintah Bosnia Herzegovina. Sebuah proses rekonstruksi yang tak mudah, membangun kembali sesuatu yang sudah sama sekali tak bersisa.

Masjid Ferhat Pasha saat ini setelah direkonstruksi

Penolakan Etnis Serbia

Rekonsruksi masjid ini bukan tanpa kendala. Upaya pertama untuk rekonstruksi sebenarnya sudah dilakukan di awal tahun 2001. Namun, lagi lagi etnis Serbia kembali berulah dengan menolak proses rekonstruksi hingga terjadi kerusuhan. Seorang jurnalis independen dari banjaluka mengatakan bahwa keadaan memang sudah berubah setelah perang namun masih jauh dari toleransi dan re-integrasi.

Dia menuliskan demikian sebagai saksi mata pada saat upacara peletakan batu pertama rekonstruksi masjid Ferhat Pasha, namun kemudian keadaan memanas dan berubah menjadi brutal ketika kendaraan bus yang ditumpangi Jemaah yang hadir dalam upacara tersebut di lempari dan dibakar masa perusuh etnis Serbia. Dia menuliskan dalam laporannya bagaimana nafas kebencian masih menggelora di Banjaluka.

Sembilan tahun rekonstruksi

Muhamed Hamidovic, mantan Pimpinan Fakultas Arsitektur Sarajevo yang memimpin proses restorasi. Sebuah proses yang tak mudah dimulai dengan mengumpulkan semua sketsa dan foto masjid sebelum dihancurkan, termasuk upaya beliau mengumpulkan kembali semua sketsa masjid ini yang pernah ia buat pada saat dia masih menjadi mahasiswa di masa Federasi Sosialis Yugoslavia termasuk sketsa rehab masjid tersebut paska gempa di tahun 1968 ditambah dengan semua digram, denah dan gambar teknik yang pernah dibuat dimasa itu.

Rekonstruksi adalah proses pembangunan kembali dengan (sedapat mungkin) menggunakan material asli dari bangunan yang telah dihancurkan. Tim rekonstruksi harus bekerja keras menjejak satu persatu setiap serpihan material masjid ini dengan melakukan wawancara kepada penduduk setempat. Satu persatu serpihan material itu dikumpulkan dari berbagai tempat yang berserakan di sekitar Banjaluka setelah 14 tahun penghancuran.

Interior Masjid Ferhat Pasha

Beberapa potongan batu bahkan ditemukan sudah berada di bengkel tukang batu, tertimbun timbunan puing dan sampah hingga di dasar sungai. Dan tidak semua material yang ditemukan tersebut masih dapat digunakan kembali karena sudah mengalami kerusakan parah.

Ada 3500 pecahan material yang ditemukan oleh tim rekonstruksi atau sekitar 65% dari bangunan masjid asli, sisanya tidak dapat ditemukan kembali. Dari sekian banyak pecahan tersebut hanya satu bagian yang ditemukan masih relative utuh berupa sebuah pilar masjid yang ditemukan oleh anggota klup penyelam banjaluka di dasar danau Banjaluka.

Satu persatu kepingan yang ditemukan diidentifikasi keterkaitannya dengan bangunan masjid Ferhat Pasha, anggota tim ini menggunakan arsip arsip dari era Usmaniyah untuk mengidentifikasi masing masing kepingan tersebut. Termasuk untuk mendapatkan material bangunan pengganti untuk bagian yang sudah tidak dapat ditemukan lagi.

Sebuah system computer dirancang khusus untuk memindai masing masing pecahan material tersebut untuk menentukan lokasinya tempatnya berada pada bangunan masjid Ferhat Pasha. Sedangkan lokasi asli masjid ini masih dapat dikenali dari landasan pondasi masjid yang masih tersisa termasuk juga kesaksian penduduk muslim setempat yang selamat dari malapetaka 1993.

Suasana peresmian pembukaan kembali Masjid Ferhat Pasha setelah rekonstruksi

Pembukaan Kembali Masjid Ferhat Pasha

Butuh waktu 9 tahun yang melelahkan untuk membangun kembali masjid Ferhat Pasha ini sesuai bentuk aslinya dan menggunakan sebagian besar material aslinya. Dan hasilnya memang cukup menakjubkan, bangunan masjid ini kembali tampil di tempatnya berada dalam bentuk aslinya, menjadikannya sebagai bangunan hasil rekonstuksi terbaik dan terbesar di Balkan setelah rekonstruksi Jembatan Mostar yang begitu terkenal dan juga merupakan peninggalan Dinasti Usmaniyah dan dibuka tahun 2004.

Upacara pembukaan kembali masjid Ferhat Pasha dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2016.atau sekitar 23 tahun setelah masjid tersebut dihancurkan oleh milisi Serbia. Upacara pembukaan kembali masjid ini dihadiri setidaknya 20.000 orang yang tumpah ruah membanjiri sekitar masjid ini dalam haru biru.

Namun demikian, semua tak sama lagi. Dari puluhan ribu warga muslim Banjaluka sebelum perang, kini tersisa sekitar 8000 jiwa muslim saja di kota itu dibandingkan dengan 30.000 jiwa dimasa sebelum perang di tahun 1992.

Bagi Muhamed Hamidovic selaku ketua tim rekonstruksi masjid Ferhat Pasha beserta seluruh anggota tim-nya, selesainya proyek rekonstruksi ini merupakan sebuah kebanggaan dan kepuasan tersendiri dan tentu saja menjadi modal berharga bagi proyek rekonstruksi selanjutnya terhadap lebih dari 2.500 situs sejarah dan budaya yang hancur selama perang di Bosnia & Herzegovina dan tentu saja teramat membantu memulihkan situasi, suasana dan ingatan indah semasa sebelum perang.***

====================================
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam
==================================== 

Baca Juga


Sabtu, 29 Juli 2017

Masjid Tombul Bulgaria

Masjid Sherif  Halil Pasha di Kota Shumen, Bulgaria atau lebih dikenal dengan nama Masjid Tombul atau Tombul Mosque, adalah masjid terbesar di Bulgaria warisan dari masa kejayaan Emperium Usmaniyah.

Tombul Mosque atau Masjid Tombul adalah masjid tua bersejarah di Bulgaria yang berada di kota Shumen, Masjid ini dibangun pada masa Bulgaria masih merupakan bagian dari wilayah Emperium Usmaniyah (Turki Usmani). Sejak dibangun hingga hari ini, Masjid Tombul merupakan masjid tebesar di wilayah Bulgaria dan salah satu masjid terbesar di kawasan semenanjung Balkan.

Masjid ini sebenarnya bernama The Sherif Halil Pasha Mosque, karena memang dibangun oleh Sheriff Halil Pasha, mantan penguasa setempat kelahiran desa Madara, 17 km ke arah timur kota Shumen. namun dalam Bahasa Turki lebih populer dengan nama Masjid Tombul. karena bentuk atap masjidnya yang bertingkat dan membubung tinggi maka oleh orang Turki disebut Tombul. Kata Tombul dalam Bahasa Turki kira kira hampir sama dengan kata Timbul dalam Bahasa Indonesia.

Tombul Mosque 
"Georgi Sava Rakovski" 21, 9700 Shumen Center
Shumen, Bulgaria
coordinates: 43°16′22″N 26°54′51″E



Sejarah Masjid Tombul

Masjid Tombul dibangun antara tahun 1740 hingga tahun 1744 oleh Sherif Halil Pasha, semula lokasi masjid ini berada di timur laut pusat kota Shumen, namun kini lokasinya berada di sisi barat daya dari pusat kota seiring dengan perkembangan wilayah kota tersebut.

Komplek masjid ini terdiri dari ruang sholat utama seluas 1730m2, halaman dan dua belas ruang tambahan yang dulunya merupakan asrama dari sekolah madrasah di komplek masjid tersebut. Masjid Tombul sudah dinyatakan sebagai monumen arsitektur dan konstruksi melalui undang undang negara Bulgaria nomor 22 tahun 1975, dan masuk dalam daftar 100 tujuan wisata paling menarik di Bulgaria.

Arsitektur Masjid Tombul

Pelataran masjid ini dikenali dengan lengkungan di bagian depannya serta dua belas ruangan yang mengelilingi-nya serta menara tunggal yang menjulang setinggi 40 meter dengan 99 anak tangga dari batu. Uniknya air dari pancuran tempat wudhu di masjid ini dipercaya memiliki banyak khasiat.

Sebagaimana bangunan masjid khas Emperium Usmaniyah, Masjid Tombul juga dibangun dengan ciri khas kubah besar di atap masjid dan menara yang lancip tinggi menjulang.

Pelataran tengah masjid ini menjadi penghubung bangunan utama dengan bangunan penunjang lainnya, dengan lapangan tengahnya yang terbuka dengan jejeran arkade mengarah ke ruang utama masjid yang ditopang oleh empat pilar dari batu pualam berukuran besar.

Secara umum bangunan utama masjidnya tampak berstruktur bertumpuk 3, struktur paling bawah berdenah segi empat, struktur kedua berdenah octagon dan struktur paling atas melingkat sebagai tatakan bagi struktur kubah besarnya. Kubah masjid ini cukup tinggi mencapai 25 meter dari permukaan lantai.

Ruang utama masjid ini berukuran 15 m x 15 m, diterangi cahaya alami siang hari melalui empat jejer jendela jendela besar yang menggunakan kaca patri yang indah. Ruang dalamnya terdiri dari dua lantai dihubungkan dengan tangga yang dihias dan di ukur cukup indah. Lantai dua yang merupakan sebuah mezanin di dalam masjid ini diperuntukkan bagi Jemaah wanit.

Selain desain eksteriornya yang menawan, masjid ini juga dikenali dengan interiornya yang memadukan antara senibina Usmaniyah dengan seni Baroque Prancis menghasilkan karya seni interior yang tidak saja menawan namun juga cukup unik dan langka. Interior masjid di dominasi oleh lukisan dinding (mural) dari aneka macam pola tumbuhan dan bentuk bentuk geometris serta kaligrafi Al-Qur’an.

Beberapa lukisan asli pada langit langit dan dinding bagian dalam masjid ini beberapa decade yang lalu sempat di tutup dengan beberap lapisan cat sebagaimana ditemukan kembali pada saat dilaksanakannya riset terhadap interior masjid ini ditahun 2005. Rancangan akustik di dalam masjid ini sempurna dengan penggunaan bahan cetakan keramik dari tanah liat yang ditempatkan di dinding dan bagian kubahnya.

Aktivitas Masjid Tombul

Dari berbagai sumber menyebutkan, saat ini masjid Tombul sedang dalam proses renovasi meski tetap dibuka baik untuk peribadatan maupun untuk kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri. Masjid Tombul menjadi salah satu tujuan wisata paling menarik di Shumen menyajikan monumen arsitektur dari abad ke 18 masehi.

Pelataran tengah, arkade dan tempat wudhu 

Disebutkan juga bahwa masjid ini masih aktif dengan fungsinya sebagai tempat ibadah ummat Islam termasuk penyelenggaraan sholat Idul Fitri dan Idul Adha setiap tahun yang dihadiri masyarakat muslim dari berbagai tempat. Selain itu masjid ini juga masih menyelenggarakan Sekolah Islam Lanjutan (semacam SMP) di masjid ini termasuk juga pendidikan untuk Imam. Sekolah tersebut menempati dua belas ruangan yang berada di sekitar masjid sebagai tempat tinggal dan belajar mengajar bagi para santrinya.

Masjid Tombul dilengkapi juga dengan  gedung perpustakaan dua lantai yang berada di sebelah kiri ruang utam amasjid. Perpustakaan ini memiliki beragam koleksi menarik berbahasa arab maupun Persia termasuk peta karya Muhammad al-Idrisi, seorang geographer arab terkemuka yang hidup pada awal abad ke 12, sebelum kemudian pustaka pustaka langka tersebut dipindahkan ke Perpustakaan St. Cyril and St. Methodius National Library di Kota Sofia, Ibukota Bulgaria.

Arah Kiblat Masjid Tombul ke arah tenggara atau miring 30.31 derajat ke arah timur dari arah selatan.

Kiblat Masjid Tombul

Denah Masjid Tombul ini beserta pelataran dan bangunan pendukungnya memanjang dari barat daya – timur laut. Dan sangat Nampak bahwa tata kota Shumen disekitar masjid ini memang mengikuti arah kiblat, dengan posisi masjid dan jalan raya di sekitarnya yang sejajar dan harmonis.

Merujuk kepada situs e-qibla Arah kiblat di Bulgaria adalah ke arah Tenggara atau tepatnya mengarah ke Selatan dengan kemiringan 30.31° ke arah timur, membuat orientasi bangunan masjid ini memang miring terhadap utara-selatan. Pintu utama masjid menghadap ke jalan raya yang ada di sisi utara bangunan, dan bagian mihrabnya ada di sisi selatan.***

Dirangkum dari berbagai sumber