Tampilkan postingan dengan label Masjid di Afrika Timur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid di Afrika Timur. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 Agustus 2019

Masjid Sultan Abdulhamid II Djibouti; Terbesar di Afrika Timur

Masjid Sultan Abdul Hamid II, dibangun oleh pemerintah Turki di Djibouti sebagai hadiah dari Turki untuk Djibouti.

Hadiah Turki Untuk Djibouti

Pemerintah Turki melalui yayasan Diyanet telah membangun sebuah masjid bergaya Usmani kota Djobouti, ibukota Djibouti. Masjid berkapasitas hingga 5000 jemaah itu disebut sebut sebagai masjid terbesar di Djibouti dan terbesar di kawasan Afrika Timur. Masjid tersebut merupakan hadiah dari rakyat Turki untuk rakyat Djibouti. Masjid tersebut diberi nama Masjid Sultan Sultan Abdülhamid II.

Masjid megah itu dibangun kawasan super elite di kota Djibouti, kawasan pusat bisnis dan pemerintahan yang dibangun diatas lahan reklamasi di tepian pantai barat semenanjung Djibouti menghadap ke Teluk Tadjoura, Samudera Hindia. Masjid ini dibangun tak jauh dari komplek Istana kepresidenan Djibouti yang berada di sebelah utaranya terpisah oleh sebuah kanal buatan, dan berseberangan dengan komplek Djibouti Tower yang berada di sisi baratnya.


Pembangunan masjid ini dimulai tahun 2017 dan diresmikan pada bulan Februari 2019. Pembangunannya bermula dari pidato presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan, di dewan nasional Djibouti pada 24 Januari 2015 dan beliau menjanjikan akan membangun sebuah masjid untuk rakyat Djibouti sebagai hadiah dari rakyat Turki.

Dibangun dalam gaya masjid Usmani (ottoman), meniru bentuk dari Masjid Sultan Ahmad atau Masjid Biru di Istanbul, dilengkapi dengan sepasang menara lancip yang mejulang mengapit bangunan masjid, kubah kubah besar bertengger di atap masjid, serta pelataran tengah yang dikelilingi oleh selasar sebagaimana layaknya masjid masjid klasik khas Usmaniah.

Berlatar belakang Samudera Hindia, Masjid Sultan Hamid II Djibouti dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung termasuk komplek sekolah Islam.

Bangunan masjid ini tampak begitu megah berdiri diatas lahan seluas 10 hektar berlatar belakang pemandangan laut Samudera Hindia, sedangkan bangunan masjidnya sendiri seluas 2,360 m². Masjid ini juga dilengkapi dengan area hijau, komplek sekolah dan fasilitas penunjangnya, gedung serbaguna, perpustakaan, pancuran air, tempat wudhu serta fasilitas sosial.

Sepaang menara masjid ini masing masing setinggi 45 meter, kubah besar di atap masjid diapit oleh delapan kubah berukuran lebih kecil dengan warna putih khas masjid Usmaniah memancarkan kemegahan masjid ini. Selasar yang mengitara pelataran tengah juga dilengkapi dengan kubah kubah berukuran kecil sebanyak 18 kubah, sedangkan di ke-empat penjuru bangunan utama masjid juga ditempatkan masing masing satu kubah berukuran lebih kecil dari kubah utama.

Eksterior Masjid Sultan Hamid II Djibouti.

Interior masjid ini di dominasi oleh ruang besar dibawah kubah, pilar pilar masjid penopang struktur atap yang kokoh. Lampu gantung melingkar menjuntai dari kubah utama ditambah dengan lampu lampu gantung berukuran lebih kecil di setiap bagian bawah kubah kubah lainnya. Mihrab nya dibangun dari kayu berukir, berupa mimbar yang cukup tinggi dengan atap lancip. Ornament hias termasuk ornament dibagian dalam kubah dan dinding dinding masjid seluruhnya merupakan lukisan tangan.

Hampir seluruh bahan bangunan untuk masjid ini di datangkan langsung dari Turki termasuk batu batu alam yang digunakan untuk ornamen masjid khas masjid Usmaniah. Bangunan masjid ini secara utuh seolah menghadirkan Turki di Djibouti. Kehadiran masjid ini menjadi menjadi nuansa baru di kawasan pusat pemerintahan Djibouti dan merupakan masjid pertama dan satu satunya di Djibouti yang dibangun dalam gaya Usmaniyah. Tak jauh dari masjid ini sekitar 500 meter di sebelah timurnya, berdiri Masjid Al-Hamoudi yang begitu terkenal di pusat keramaian kota Djibouti.

Add caption

Hadiah Turki Untuk Djibouti

Pembangunan komplek masjid ini merupakan hadiah dari rakyat Turki untuk rakyat Djibouti mengingat hubungan antara kedua Negara ini memang telah terjalin erat sejak masa kuno. Selain membangun masjid dan fasilitas pendidikan, pemerintah Turki juga menjalin kerjasama dibidang sosio ekonomi yang saling menguntungkan.

Disamping itu dalam kerjasama dengan Djibouti, pemerintah Turki lebih menakankan kepada pengembangan dan dukungan proyek kemanusiaan. Pemerintah Turki juga tengah menyelesaikan pembangunan Rumah Sakit khusus pediatric dan bendungan air.

Aerial view Masjid Sultan Abdul Hamid II Djibouti.

Djibouti adalah sebuah Negara kecil di kawasan tanduk benua Afrika bertetangga dengan Eritrea dan Ethiopia disebelah utara, disebelah baratnya bertetangga dengan Ethiopia, diselatannya juga bertetangga dengan Ethiopia dan Sudan, sedangkan sisi sebelah timurnya menghadap ke Samudera Hindia. Secara geografis, Djibouti berada persis diseberang Negara Yaman di Jazirah arab, bersama sama dengan Yaman, Dibouti menjadi “pintu masuk” ke laut merah dari Samudera Hindia.

Djibouti juga merupakan salah satu Negara dengan wilayah paling kecil di benua Afrika dan paling kecil di kawasan Afrika Barat, penduduknya bahkan kurang dari satu juta jiwa. Namun memiliki posisi yang sangat strategis membuatnya menjadi begitu penting bagi bagi berbagai kepentingan.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga

Masjid Hala Sultan Tekke - Cyprus

Minggu, 09 Juni 2019

Masjid Agung Asmara, Eritrea

Masjid Agung Asmara dengan nama resmi yang terpampang di serambi nya itu "Masjid Al-khulafaur Rasyidin".

Asmara adalah Ibukota Negara Eritrea, salah satu Negara yang berada di timur laut Afrika dan menghadap ke laut merah. Eritrea merupakan salah satu Negara termuda di dunia, baru memproklamirkan kemerdekaanya pada tanggal 24 Mei 1993 dari Ethiopia. Sejarah perjuangan kemerdekaan Eritrea begitu panjang sejak wilayah ini berturut turut dikuasai oleh kerajaan Aksum, Italia, Inggris dan pemerintah federal Ethiopia.

Dimasa pemerintahan federal Ethiopia, Eritrea dijadikan provinsi ke 14 di Ethiopia, sekaligus juga sebagai satu satunya provinsi di Ethiopia yang memiliki akses ke laut tengah. Perseteruan panjang dengan Ethiopia berahir dengan kemenangan dalam referendum yang disponsori oleh PBB ditahun 1993. Seiring dengan kemerdekaan Eritrea, secara geografis seluruh wilayah Negara Eritrea ini mengunci dan mengurung wilayah Ethiopia dari akses ke laut merah.

Islam dianut oleh 52% dari total penduduk Eritrea. Islam masuk pertamakali ke Eritrea pada abad ke-7 Hijrah, sebagaimana di Ethiopia, ketika Nabi Muhammad s.a.w. melakukan hijrah beliau yang pertama ke negara tersebut (615 Masehi). Namun spesifikasi masuknya Islam di Eritrea terjadi pada abad ke-8, ketika para pembawa misi Islam memasuki Kepulauan Dahlak dan kota pantai Massawa.

Pelataran di depan masjid agung Asmara.
Meskipun mayoritas, secara politis, ummat Islam di Eritrea mengalami tekanan-tekanan, karena kekuasaan pemerintahan didominasi oleh kaum Krsten Ortodox, sehingga muncul parpol-parpol Islam yang bertujuan untuk menekan pemerintahan Isaias Afwerki, agar berlaku adil dan proporsional terhadap Islam. Karena kegigihan ummat Islam Eritrea, akhirnya mereka dicap sebagai kaum Islam fundamentalis dan teroris.

Masjid Agung Asmara

Masjid Agung Asmara atau dalam bahasa Italia disebut Grande Moschea di Asmara, dan beberapa nama lainnya yang digunakan adalah Al Kulafah Al Rashidan, Al Kulafah Al Rashidin, Al Kuaka Al Rashidin or Al Khulafa Al Rashiudin, adalah salah satu bangunan dengan nilai seni tinggi di pusat kota Asmara. Dibangun tahun 1938 pada saat wilayah Eritrea dan Ethiopia masih menjadi wilayah jajahan Italia. Pembangunannya atas perintah Bennito Mussolini untuk menghormati keberadaan muslim suni di kota tersebut.

Khulafa al-Rashidun Mosque
Selam Street, Asmara, Eritrea
Koordinat : 15°20'20"N   38°56'29"E


Lokasi masjid ini berada di Harnet Avenue (sebelumnya dikenal sebagai Viale Mussolini) di pusat kota Asmara. Masjid Agung Asmara merupakan dari 3 bangunan paling terkenal di Asmara bersama sama dengan Gereja Our Lady of the Rosary dan Katedral Enda Mariam Coptic Cathedral. Masjid Agung Asmara berada di ruas jalan Selam street, berdekatan dengan komplek pasar di kota Asmara.

Masjid ini rancangannya ditangani oleh Guido Ferrazza, dengan maksud untuk menghormati muslim suni yang merupakan 50% dari seluruh penduduk Eritria. Pengaruh arsitektur Romawi terasa kental pada bangunan masjid ini terutama pada bagian kubah besar danmenaranya. Bangunan masjid dan menaranya ini terlihat hampir dari seluruh penjuru kota.

Jemaah masjid agung Asmara yang meluber hingga pelataran depan dan jalan jalan akses di depan masjid.
Bangunan masjid ini dibangun dua lantai dan dua balkoni dengan gaya rococo italia atau kemudian dikenal dengan gaya baroque. Dibagian bawah menara masjid terdapat ekterior galeri yang dibagi menjadi tiga bagian. Sedangkan pilar pilar ganda di beranda masjid ini dibuat dari dekemhare travertine yang dipadu padan dengan Pualam Carrara.

Fitur lainnya dari masjid ini tentu saja adalah adanya ruang mihrab yang juga menggunakan bahan bangunan pualam carara, begitupun area area lainnya di dalam masjid. Sedangkan halaman terbuka di depan masjid ini ditutup dengan potongan potongan batu hitam dalam ukuran besar yang disusun apik dalam pola geometric. Arsitektur masjid agung Asmara ini memancarkan ruh rasionalime, klasik dan Islami dan Asmara telah menerima anugerah dari UNESCO sebagai cagar budaya dunia.***

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga


Minggu, 13 November 2016

Masjid Kibuli Kampala Uganda

Berdiri dipuncak bukit Kibuli, satu dari tujuh bukit yang membentuk kota Kampala, Masjid Kibuli menjadi salah satu bangunan bersejarah yang terlihat jelas dari berbagai sudut kota Kampala

Kampala adalah ibokota dari Republik Uganda, negara di bagian timur benua Afrika. Sebelum bangsa Eropa tiba disana dan kemudian menjajah wilayah tersebut, wilayah ini merupakan daerah kekuasaan seorang raja yang disebut Kabaka dari keluarga bangsawan Buganda. Inggris yang tiba disana di penghujung abad ke 19 melihat begitu banyak binatang Impala berkeliaran kawasan tersebut dan menyebut kawasan itu dengan istilah “Hill of Impala” yang kemudian diserap ke bahasa lokal yang berbunyi “kazozi k’ impala” yang diucapkan menjadi “ka impala” dan kadang kadang juga diucapkan “ka mpala”.

Sehingga, setiap kali raja Buganda berangkat berburu impala ke kawasan hutan disana, masyarakatnya akan berujar bahwa raja sedang berburu ke Kampala. Berawal dari sana kemudian menjadi nama tempat itu hingga kini dikenal sebagai kota Kampala. Sedangkan nama Uganda yang menjadi nama Negara itu, justru terjadi karena ketidakmampuan bangsa Eropa mengucapkan nama Buganda dengan baik sehingga menjadi Uganda tanpa hurup B di depannya.

Kota Kampala pada mulanya berkembang dari bukit disekitar istana Kabaka Buganda lalu berkembang ke wilayah disekitarnya hingga tujuh bukit. Masing masing puncak bukit tersebut menjadi tempat tempat penting kerajaan. Itu sebabnya kota Kampala juga seringkali disebut sebagai ‘Kota Tujuh Bukit”, meskipun kini wilayanya sudah membentang hingga mencakup lebih dari 20 bukit.

Berdiri di atas bukit Kibuli, Masjid Kibuli terlihat dari kejauhan

Sebut saja Bukit Kasubi yang bersejarah merupakan tempat berdirinya Istana Raja Kabaka yang bernama Kasubi dan makamnya juga berada di bukit tersebut. Lalu Bukit kedua adalah bukit Mengo yang merupakan tempat berdirinya Istana Kabaka (Raja) saat ini dan markas besar dari Pengadilan Tinggi Buganda. Lalu ada bukit ketiga yang menjadi “markas” bagi ummat Islam di kota Kampala, yakni Bukit Kibuli tempat berdirinya masjid tertua di Kampala, Masjid Kibuli.

Masjid Pertama di Kampala

Masjid Kibuli merupakan salah satu masjid di Kampala Ibukota Republik Uganda. Masjid ini merupakan masjid tertua di Kampala. Disebut sebagai Masjid Kibuli karena berada di atas bukit Kibuli, masjid ini merupakan situs penting dari sisi religi sejarah dan tradisi kota kampala. Karena faktor sejarah dan nilai religi nya itu masjid ini menjadi salah satu landmark kota Kampala yang mendominasi pemandangan puncak bukit Kibuli. Karena lokasinya yang berada di ketinggian, penorama masjid ini terlihat dari kejauhan dari berbagai tempat di kota ini.

Kibuli Mosque
Kibuli Road, Kampala, Uganda
Coordinates :  00°18′36″N 32°35′42″E / 0.31°N 32.595°E
Elevation : 3,973 ft (1,211 m)




Lahan tempat masjid ini berdiri aslinya merupakan lahan milik Pangeran Badru Kukungulu dari keluarga Bangsawan Bugunda yang kemudian disumbangkan untuk kepentingan pembangunan masjid tersebut. Pada saat itu tidak saja lahan masjid ini, tapi sebagian besar lahan di bukit Kibuli.

Wakaf Bangsawan Buganda

Pengembangan bukti Kibuli dimulai di tahun 1930, ketika itu Pangeran Badru Kukungulu menawarkan lahan di bukit Kibuli untuk pembangunan berbagai infrastruktur dan/atau pusat lembaga lembaga dan istitusi untuk meningkatkan tarap hidup komunitas muslim di Uganda.  

Pembangunan Masjid Kibuli dimulai tahun 1936, peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Sir Sultan Mohamed Shah Aga Khan III, yang wafat tanggal 11 Juli 1957, dan pembangunannya berlanjut selama beberapa tahun sampai kemudian diresmikan oleh Pangeran Aly Salomone Khan di tahun 1951. Saat beliau wafat Pangeran Badru Kukungulu dimakamkan di sebuah maosolium di komplek masjid ini.

Masjid Kibuli dengan larat belakang kota Kampala

Seperti disebutkan di awal tulisan tadi, bukit Kibuli merupakan salah satu dari tujuh bukit di kota Kampala, bagian tengah dan dan sebagian kota lainnya berada di bukit ini, berbatasan dengan Kabalagala diselatan dan kololo di utara dan hanya berjarak 5.6 km dari central business district kota Kampala. Karena sejarah nya itu kawasan di bukit Kibuli ini menjadi kawasan pemukiman muslim di kota Kampala.

Islam masuk dan bekembang lebih dulu di Uganda sebelum para misionaris Kristen masuk kesana. Kini dibukit ini selain Masjid Kibuli juga telah berdiri Rumah Sakit Kibuli, SMP untuk umum dan boarding school, Lembaga Pendidikan Guru Kibuli, Pusat Pelatihan Polisi, Greenhill Academy yang merupakan sekolah swasta unggulan di Kampala, Pasar Sentral Kibuli dan Kampus Islamic University in Uganda (IUIU). Sedangkan di bagian bawah sisi timur bukit ini membentang kawasan Namuwongo yang merupakan kawasan industri tua di Kampala, juga tempat berdirinya depot minya milik perusahaan perusahaan minyak asing yang beroperasi di Kampala.

Masjid Kibuli bukanlah satu satunya masjid di kota Kampala, di puncak bukit yang lain di kota Kampala berdiri Masjid Gadafi yang merupakan Masjid Nasional Uganda. Dinamai masjid Gadafi karena memang dibangun oleh mendiang presiden Libya, Muammar Khadafi sebagai hadiah bagi Muslim Uganda. Selain Uganda di Indonesia pun tokoh kontroversi ini juga meninggalkan warisan masjidnya di Indonesia, yakni Masjid Muammar Qaddafy yang kini berubah nama menjadi Masjid Az-Zikra tak lama setelah beliau wafat.*** (dirangkum dari berbagai sumber).

Baca Juga