Tampilkan postingan dengan label islam di afrika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label islam di afrika. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 Mei 2025

Islam di Komoro

Lokasi Negara Komoro di Samudera Hindia.
 
Islam di Negeri Bulan
 
Negara pulau ini mengambil namanya dari bahasa Arab “Al-Qomari” yang berarti Bulan. Dalam bahasa Inggris disebut Comoro dan di-Indonesiakan menjadi Komoro. Sebuah negara berpenduduk mayoritas muslim yang wilayahnya hanya terdiri dari tiga pulau ditengah laut antara benua Afrika dan pulau Madagaskar. Nama resminya dalam Bahasa Arab disebut dengan “Al-Ittiḥād al-Qomari”
 
Fakta unik tentang negara ini mungkin akan membuatmu tercengang, penghuni pertama kepulauan Komoro adalah orang orang yang berasal dari berbagai wilayah di pantai Afrika, Teluk Persia, Indonesia, dan Madagaskar yang datang kesana dengan perahu layar sekitar abad ke 6 masehi. Keturunan mereka yang berasal dari Indonesia dan asia tenggara kini dikenali sebagai orang orang dari etnis Austronesia.
 
Fakta lainnya tentang Negara Komoro ini memang sedikit membingunkan, mereka tergabung dalam liga arab, dan menjadi satu satunya negara anggota Liga Arab yang letaknya dibelahan bumi selatan, namun memang karena nyaris semua penduduknya beragama islam, berbahasa arab dan Islam merupakan agama resmi negara. Padahal letak Komoro terpisah teramat jauh dari negara negara arab di timur tengah. Komoro juga menjadi negara terkecil kedua di Liga Arab setelah Bahrain.
 
Tentang Republik Komoro
 
Republik Federasi Komoro adalah Negara kepulauan berbentuk federasi tiga pulau di selat mozambiq, lokasinya berada diantara benua afrika dan pulau madagaskar. Tetangga terdekat dan satu satunya adalah Mayotte yang merupakan wilayah seberang lautan Prancis.
 
sekelompok muslim Komoro di desa Bangwa Kuuni, Ngazidja

Komoro masuk dalam daftar Negara dunia dengan ukuran mini dan menjadi negara terkecil ke tiga di Afrika, luas wilayah daratannya hanya 2235 km sedikit lebih kecil dibandingkan dengan luas propinsi Daerah istimewa Yogyakarta (3133 km). Komoro merupakan negara tropis dengan hanya dua musim.
 
Wilayah daratan negara ini terdiri dari 3 pulau besar, paling utara adalah Grande Comore (Ngazidja) lalu pulau Mohéli (Mwali) dan pulau Anjouan (Nzwani). Jumlah penduduknya ditahun 2019 adalah 850.886 jiwa menjadikannya sebagai Negara dengan kepadatan penduduk tertinggi nomor 4 di Afrika. Terdiri dari lima etnis yakni Antalote, Cafre, Makoa, Oimatsaha, dan Sakalava. Bahasa Arab dan bahasa Prancis merupakan bahasa resmi Negara serta bahasa Shikomoro yang merupakan pencampuran bahasa Swahili dan bahasa Arab.
 
Komoro mengklaim Pulau Mayotte sebagai wilayahnya meskipun belum pernah benar benar berkuasa disana dan faktanya Mayotte sejak tahun 1974 menolak untuk bergabung dengan Republik Komoro dan memilih menjadi wilayah seberang lautan Prancis.
 
Sama seperti Mayotte, Commoro merupakan Negara bekas jajahan Prancis, memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 6 Juli 1975, namun situasi politiknya tidak pernah, sempat menjadi Republik Islam Komoro pada tahun 1978 hingga 1989 dan merupakan negara dengan riwayat kudeta kekuasaan terbanyak sepanjang sejarah, dengan 20 kali kudeta sejak merdeka di tahun 1975.
 
Kota Moroni, ibukota Komoro dengan Masjid Badjanani yang begitu terkenal.

Guncangan politik terahir terjadi di Commoro tahun 2008 lalu, pasukan Uni Afrika bersama dengan pasukan militer federal Komoro menyerbu ke pulau Anjuan yang memproklamirkan pemisahan diri dari Federasi Komoro. Kericuhan bermula di tahun 1997 ketika Anjuan dan Moheli mendeklaraskan kemerdekaan dari Commoro. Sejak tahun 2000, Komoro menjadi Republik Federasi, masing masing pulau memiliki pemerintahannya sendiri, jabatan presiden Federal dijabat secara bergilir diatara kepala pemerintahan masing masing pulau.
 
Komoro beribukota di Maroni, berpenduduk 49 ribu jiwa di tahun 2009, Kota Maroni berada di pulau Grande Comore. Penduduk Komoro berjumlah 737,284 (data bulan Juli 2012), terdiri dari lima etnis yakni Antalote, Cafre, Makoa, Oimatsaha, dan Sakalava.  Bahasa Arab dan bahasa Prancis merupakan bahasa resmi Negara serta bahasa Shikomoro yang merupakan pencampuran bahasa Swahili dan bahasa Arab.
 
Hubungan Indonesia dan Komoro
 
Indonesia telah sejak lama menjalin hubungan dengan Komoro. Pemerintah RI menunjuk duta besar Republik Indonesia untuk Komoro yang dirangkap oleh Duta Besar RI untuk Madagaskar, Mauritius dan Seychelles dengan kantor kedutaan berkedudukan di kota Antarnarivo, ibukota Madagaskar.
 
Didunia pendidikan pemerintah Indonesia menawarkan program beasiswa Kerjasama Negara Berkembang (KNB) kepada pelajar Uni Komoro dan memfasilitasi sejumlah pelatihan. Sedangkan didunia perdagangan setiap tahunnya, Indonesia mengekspor produk keperluan sehari-hari seperti sabun, kertas, kayu, dan obat-obatan ke Comoro dan mengimpor kopi, teh, dan rempah-rempa dari negara tersebut.
 
Dalam sejarahnya, Komoro pernah menjadi Kesultanan dalam kurun waktu yang cukup lama. ini adalah Sultan Said Ali bin Said Omar di Grande Comore tahun 1897 (wikipedia).

Islam di Komoro
 
Mayoritas penduduk Komoro (98%) beragama Islam, hanya 2% saja dari penduduknya yang non muslim. Muslim Komoro bermazhab Syafi’i. Islam memang sudah berakar begitu kuat di Negara ini.
 
Berdasarkan kisah tutur masyarakat setempat, Islam sudah masuk ke Komoro dimasa hidup Rosulullah S.A.W, dibawa oleh dua orang bangsawan Komoro, Fey Bedja Mwamba dan Mtswa Mwandze, yang berkunjung ke Mekah. Sedangkan bukti sejarah menyebutkan bahwa para saudagar Arab dan Pangeran dari Shiraz (Persia) yang diasingkan ke pulau ini, sebagai pembawa Islam ke Komoro.
 
Islam telah memainkan peran sentral di Komoro sejak lama, keluarga para penguasa belajar bahasa Arab, menunaikan ibadah Haji dan menjalin hubungan baik dengan komunitas muslim tetangganya termasuk Kilwa, Zanzibar dan kesultanan Oman. Beberapa aliran tarekat sufi juga berkembang di Komoro termasuk diantaranya adalah tarekat Sazili, Qodriyah dan Rifa’iyah.
 
Perkembangan Islam abad ke 16 di Komoro di motori oleh Hassan ibnu Issa, seorang kepala suku etnis Shirazi yang mengaku masih keturunan dari Rosulullah S.A.W, beliau yang melakukan dakwah Islam dan mendirikan sejumlah Masjid di Komoro. Syekh Al-Ami ibn Ali al-Mazruwi (w. 1949) adalah ulama pertama di wilayah itu yang menulis literatur Islam dalam bahasa Swahili. Tariqat mulai berkembang di Komoro di abad ke 19 dimulai dengan dibentuknya tarekat Saziliyah oleh Sheikh Abdalah Darwesh, putra asli kelahiran Grande Comore.
 
Warga kota Maroni sedang berkumpul di Alun Alun Kota pada tahun 1908. Tampak pakaian mereka rata rata menggunakan gamis. (wikipedia)

Masjid di Komoro
 
Sebagai negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam, ada ratusan masjid yang tersebar di tiga pulau Komoro termasuk berbagai madrasah. Secara umum anak anak di Komoro akan mulai mengenyam Pendidikan Al-Qur’an sejak usia 2 atau 3 tahun, pada usia 5 tahun mereka mulai masuk sekolah formal untuk belajar Islam dan Bahasa arab.
 
Di Komoro ada tradisi unik bagi anak anak yang berasal dari tempat tempat jauh, mereka biasanya akan tinggal Bersama gurunya menjadi bagian keluarga dan membantu gurunya bekerja di ladang.
 
Hal lain yang menarik adalah keberadaan sekitar 1.400 masjid di seluruh pulau di wilayah Komoro yang luasnya hanya sekitar 1.800 kilometer persegi. Di antara masjid-masjid itu dibangun oleh para pedagang Arab sebagai bagian dari asimilasi budaya Islam dan Afrika.
 
Komoro hanya memiliki tiga kasus pembunuhan dalam 30 tahun terakhir dan kejahatan dengan kekerasan hampir tidak pernah terjadi. Seorang cendekiawan Islam terpilih sebagai Presiden pada tahun 2006 setelah bertahun-tahun terjadi kekacauan politik yang direkayasa oleh Perancis dan negara-negara lain. Kaum Islamis berharap untuk menciptakan negara Islam.
 
Masjid Badjanani yang ikonik ditepi pantai Moroni.

Masjid yang paling terkenal di Komoro adalah masjid Badjanani yang berada dibibir pantai dipelabuhan kota Morono, ibukota Komoro. Karena lokasinya, masjid ini begitu mencolok mata dan menjadi landmark kota sekaligus negara Komoro. Masjid Badjanani dibangun tahun 1427masehi, sedangkan menaranya baru dibangun tahun 1921Masehi.  
 
Ditahun 1998 sebuah masjid agung Negara diresmikan di Moroni, ibukota negara Komoro. Pembangunan masjid tersebut seluruhnya dibiayai oleh Emir Sharjah dari Uni Emirat Arab. Lokasi masjid baru ini tak jauh dari masjid Badjanani, bila dilihat dari arah laut ujung akan tampak ujung Menara masjid ini menjulang tak jauh dari masjid Badjanani
 
Peringatan hari besar dan tradisi
 
Secara umum masyarakat Komoro merupakan masyarakat muslim yang taat dan cukup ketat menjalankan agama Islam. Selama dijajah Prancis, pemerintahan kolonial tidak berusaha mengganggu kehidupan beragama di Komoro dan sangat berhati hati dalam menyikapi syariat Islam dalam kehidupan masyarakat muslim disana.
 
Semua hari besar Islam diperingati dan menjadi hari libur nasional di Komoro, termasuk Idul Adha, Satu Muharram, Ashura, Mawlid, Isra’ Mi'raj dan Ramadhan. Peringatan Maulid Nabi ditandai dengan perayaan yang berpuncak pada pesta yang disiapkan untuk para ulama. Banyak wanita memakai chirumani, kain bermotif yang dikenakan di sekitar tubuh sebagai hijab.
 
Landscape pulau Masjid Anjouan dengan menara menara masjidnya yang menjulang.

Mwalimus, fundi dan marabout adalah sebutan untuk tokoh agama Islam di Komoro. Sebagian masyakat muslim disana masih percaya pada hal hal berbau mistis. Mereka acapkali berkonsultasi dengan para tokoh tersebut untuk penyembuhan dan perlindungan dari jin. Mwalimus dipercaya dapat menggunakan jin untuk menentukan hari baik untuk pesta, pernikahan, melakukan upacara penyembuhan dan menyiapkan jimat yang berisi ayat Alquran.
 
Islam dan Politik di Komoro
 
Iklim ekonomi dan politik yang kacau sejak kemerdekaan pada tahun 1975 berdampak buruk pada hak asasi manusia dan keadilan sosial. Faksi-faksi yang bertikai berusaha memobilisasi dukungan agama untuk menegakkan dan menggalang kekuatan politik dan melawan ketidaksetaraan sosial.
 
Lawan lawan politik mengandalkan interpretasi mereka sendiri terhadap Alquran dan hadits, menganjurkan pelaksanaan syariat untuk memperbaiki korupsi politik. Menggunakan pandangan islam untuk masuk kedunia politik, baik untuk membenarkan maupun untuk menentang pemerintah.
 
Tak ter-elakkan terjadi gesekan antara dua kelompok yakni para pejabat pemerintah berpendidikan Eropa dan mengadopsi ideologi politik dan sekularisme Barat sambil terus mendukung para pemimpin persaudaraan Islam. Disisi lain, ada kelompok Islamis yang mengenyam Pendidikan islam di luar negeri berharap penerapan syariat Islam di dalam sistim negara tersebut, dan fakta memang menunjukkan bahwa Komoro sempat menjadi Republik Islam Federal Komoro hingga tahun 2002.***
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
 
Baca Juga Artikel Islam di Negara-Negara Tetangga Komoro
 
Rujukan


 
 
  

Minggu, 04 Mei 2025

Islam di Angola

Angola dipantai barat Afrika bagian selatan.
 
Angola adalah sebuah negara yang berada dipantai barat sisi selatan benua Afrika bertetangga dengan Republik Demokratik Kongo di utara, Zambia disebelah timur, Namibia diselatan, sedangkan sisi baratnya menghadap ke Samudera Atlantik. Angole merupakan negara berbahasa Portugis terbesar kedua didunia karena memang merupakan bekas jajahan Portugis.
 
Isu pelarangan Islam di Angola
 
Pada rentang tahun 2013 hingga 2016 sempat beredar isu tak sedap tentang pelarangan Islam di Angola. Saat itu disebutkan Islam tidak diakui disana dan banyak masjid yang dilaporkan dirobohkan dan dibakar.
 
Kabar tersebut muncul dikisaran tahun 2013 diberbagai media asing termasuk diantaranya seperti Al Jazeera, Daily Mail dan International Business Time. Namun berita yang serupa masih muncul ditahun 2016 hanya di beberapa media lokal di Pakistan dan merembet ke Indonesia.
 
Namun ditahun 2016 hasil konfirmasi yang dilakukan detikcom dengan Konselur Pensosbud Pramudya Sulaksono.yang bertugas di KBRI di Namibia merangkap Angola di Windhoek didapatkan konfirmasi bahwa pada tahun 2015 KBRI melakukan konformasi dengan mengontak Kemlu Angola dan imam besar masjid di Angola diketahui bahwa berita tersebut tidak benar.
 
Mesquita (Masjid) Central de Maianga.

Tidak jelas benar mengapa berita hoax yang sempat beredar ditahun 2013 tersebut dan muncul kembali ditahun 2015-2016 di beberapa media di Indonesia dan Pakistan. Namun diketahui pada era tahun 2013 Angola sedang mengalami perkembangan ekonomi seiring dengan boomingnya sumber daya minyak bumi disana.
 
Tidak diakui secara resmi bukan pelarangan
 
Ditahun 2016 BBC juga melakukan klarifikasi terhadap berita pelarangan Islam di Angola dengan mengirimkan jusrnalisnya langsung ke lokasi. Dan berkesimpulan bahwa berita pelarangan Islam di Angola adalah tidak benar.
 
Benar bahwa Menteri Kebudayaan Angola Rosa Cruz e Silva pernah mengatakan bahwa “masjid akan ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut” hal itu merujuk kepada satu bangunan masjid pribadi yang dibangun tanpa izin dari pemerintah.
 
Adalah Adam Campos salah satu tokoh muslim Angola pemilik dan pengelola masjid nya sendiri di kawasan Hoji-ya-Henda di Luanda mengakui bahwa masjid miliknya sempat ditutup oleh pemerintah karena tidak memiliki izin dan beberapa masjdi di lokasi lain ditutup dan robohkan juga karena masalah perizinan.
 
Masjid Hojenda.

Beberapa bulan setelah itu, Adam Campos menyewa pengacara untuk menangani masalah izin masjidnya dan tak lama kemudian masjid tiga lantai tersebut dibuka kembali dan beroperasi normal.
 
Laporan kebebasan beragama kemlu AS tahun 2013 menyebutkan bahwa pemerintah Angola telah menutup dua Masjid dan 52 Gereja dengan alasan yang sama yakni masalah perizinan.
 
Kemudian, benar bahwa Menteri Rosa Cruz e Silva mengatakan bahwa “Islam tidak diakui di Angola” namun hal tersebut bukan berati Islam dilarang di Angola, dan masih merujuk kepada laporan kebebasan beragama yang dikeluarkan oleh pemerintah A.S. ternyata tidak hanya Islam yang tidak diakui di Angola tapi total ada 194 kelompok agama di Angola yang tidak diakui oleh pemerintah, sebagian besar adalah berbagai kelompok penganut Kristen.
 
Meskipun tidak adanya pengakuan resmi dari pemerintah, pemerintah Angola secara umum mengizinkan berbagai organisasi tersebut untuk tetap eksis, beroperasi dan bertumbuh. Angola merupakan negara bekas jajahan Portugis sehingga mayoritas penduduknya memeluk agama Katolok sehingga hanya Katolik yang diakui sebagai agama resm oleh negara.
 
Masjidinfo Masjid KM 30 Luanda

Muslim di Angola
 
Berdasarkan sensus tahun 2014, terdapat 195.000 Muslim di Angola, yang mewakili kurang dari 1% dari total populasi. Sumber sumber muslim lokal menyebutkan muslim disana mencapai 1-2,3%, sementara departemen luar negeri AS mengatakan jumlah muslim di Angola antara 80-90 ribu jiwa, meskipun ada sumber lain yang menyebut angka 500 ribu namun tampaknya angka tersebut tidaklah realistis.
 
Sebagian besar Muslim di Angola beraliran Sunni. Mereka umumnya adalah pendatang asing dari Afrika Barat dan Timur Tengah, meskipun ada beberapa yang merupakan mualaf lokal. Ada beberapa organisasi Islam yang mengelola masjid, sekolah, dan pusat komunitas.
 
Asosiasi Pengembangan Islam di Angola adalah organisasi dakwah utama. Muslim Angola diwakili oleh Dewan Tertinggi Muslim Angola di Luanda. Hingga tahun 2020, pemerintah Angola tidak mengakui organisasi Muslim mana pun secara hukum; akibatnya, masjid-masjid di negara tersebut menghadapi pembatasan dan beberapa yang ditutup oleh pemerintah.
 
Status Legal
 
Konstitusi Angola tahun 2010 menjamin kebebasan beragama bagi semua warga negaranya. Namun untuk mendapatkan status legal memang bukanlah perkara yang mudah. Pemerintah mengharuskan kelompok agama untuk mengajukan petisi untuk mendapatkan status hukum.
 
Masjid Badru Deen di Luanda.

Setelah pengakuan, kelompok-kelompok ini diizinkan untuk membangun sekolah dan tempat ibadah. Agar diakui, suatu kelompok harus memiliki lebih dari 100.000 anggota dan hadir di 12 dari 18 provinsi. Ambang batas 100 ribu tersebut kemudian diturunkan menjadi 60 ribu tandatangan.
 
Meskipun pemerintah telah memberikan status hukum kepada 84 kelompok agama (semuanya Kristen), pemerintah belum memberikan status hukum kepada kelompok Muslim mana pun.
 
Pada bulan November 2013, menteri luar negeri Angola Georges Chikoti mengatakan bahwa ada delapan aliran Islam di Angola, tetapi tidak ada yang memenuhi persyaratan hukum untuk pendaftaran, dan "sehingga mereka tidak dapat menjalankan keyakinan mereka sampai proses pendaftaran selesai". Chikoti menyatakan bahwa beberapa kelompok Muslim belum mendaftarkan masjid mereka secara resmi, tetapi tidak menyebutkan persyaratan hukum apa yang belum mereka penuhi.
 
Demografi
 
Secara historis, Angola tidak memiliki populasi Muslim yang signifikan. Selama abad ke-21, komunitas Muslim Angola telah berkembang. Sebagian besar Muslim di Angola adalah pengusaha dan migran dari Afrika Barat dan Timur Tengah, khususnya Lebanon. Sangat sedikit orang Angola yang masuk Islam sebagai akibat dari aktivitas misionaris Muslim di Angola.
 
Masjid Abu Bakar Luanda.

Sebagian besar perpindahan agama ini terjadi selama Perang Saudara Angola, ketika banyak orang Angola melarikan diri ke negara-negara dengan kehadiran Muslim yang signifikan dan bersentuhan dengan Islam di sana.
 
Masjid di Angola
 
Meskipun kurangnya pengakuan hukum, umat Islam telah secara bebas menjalankan agama mereka selama beberapa dekade di Angola. Kepala Bimbingan Agama Islam dan Kerjasama di Angola, Mohammed Saleh Jabu, mengungkapkan sekarang telah ada 60 masjid di Angola.
 
Meskipun berita kontroversi tentang pelarang Islam yang sempat berdar ternyata tidak benar, namun departemen luar negeri AS mencatat pada kurun 2010 hingga 2012 memang terjadi penutupan beberapa masjid di beberapa wilayah di Angola dan belum adanya legalistas dari pemerintah membuat pengurusan izin pembangunan masjid menjadi sesuatu yang tidak saja rumit namun juga sangat sulit dan tidak pasti.***
 
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
------------------------------------------------------------------
Baca Juga
 
Islam di Republik Gabon
Islam di Namibia
Islam di Kamerun
Islam di Pantai Gading
 
 
Rujukan
 
http://news.detik.com/berita/3129337/pesan-berantai-islam-dilarang-di-angola-hoax Kamis 28 Jan 2016
https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/dunia/19/01/30/pm4633320-jalan-panjang-muslim-angola-mendapat-pengakuan-negara diakses 28 April 2025
https://en.wikipedia.org/wiki/Islam_in_Angola diakses 28 April 2025
http://www.bbc.com/news/world-africa-37316749 18 October 2016
https://en.wikipedia.org/wiki/Angola diakses 28 April 2025

Sabtu, 10 Juli 2021

Central Jami Mosque Chipata, Zambia

Chipata Jami' Mosque, Zambia

Central Jami’ Mosque Chipata atau Masjid Jami’ Chipata atau kadangkala juga diebut Masjid Jum’at Chipata, adalah sebuah masjid Jami’ yang berada di kota Chipata di North Eastern Province (provinsi timur laut) Republik Zambia. Kota Chipata sendiri berbatasan langsung dengan wilayah Negara Malawi. 

Zambia adalah sebuah negara yang terkurung daratan di Afrika bagian selatan. Negara yang tidak memiliki garis pantai ini berbatasan dengan Republik Demokratik Kongo di sebelah utara; Tanzania di timur laut, Malawi di timur, Mozambik, Zimbabwe, Botswana, dan Namibia di selatan serta Angola di barat. Zambia dahulu bernama Zambezia Utara dan kemudian menjadi Rhodesia Utara. 

Namanya kini berdasarkan sungai Zambezi.Bahasa resmi Zambia adalah Inggris, yang digunakan dalam urusan resmi, bisnis, dan dalam pengajaran di sekolah-sekolah. Selain itu ada delapan bahasa daerah utama yang digunakan, yaitu : Cibemba, Chinyanja, Lunda, Chitonga, Kaonde, Silozi, Nkoya and Luvale. Chipata Juma Mosque   

   

Kota Chipata tempat masjid ini berada, secara administratif merupakan ibukota dari Morth Eastern Province, letaknya yang berbatasan langsung dengan Malawi menjadikan kota ini sebagai salah satu gerbang keluar masuk dari dan ke Zambia dari Malawi. 

Dulu nya kota ini dikenal dengan nama Fort Jameson dan merupakan ibukota dari Rhodesia Timur Laut (Nort Eastern Rhodesia) sampai dengan tahun 1911, pada saat dibentuknya Negara Rhodesia Utara (Northern Rhodesia) oleh Inggris. 

Saat ini populasi kota Chipata mencapai 320 ribu jiwa tinggal di sebuah kota yang memiliki lahan pertahian yang subur dan cocok untuk pertanian meskipun baru sebagian kecil saja lahannya yang dikembangkan menjadi lahan pertanian. 

Chipata Jami' Mosque, Zambia

Pembangunan Masjid Jami’ Chipata 

Masjid Chipata dibangun pada tahun 1963 oleh masyarakat muslim Chipata. Kebanyakan muslim disini merupakan muslim keturunan India yang didatangkan ke Zambia pada masa kolonial Inggris sebagai pekerja tambang dan perkebunan. 

Saat ini mereka menjadi bagian terbesar dari para pengusaha di pusat kota Chipata dan sekitarnya, mulai dari pengusaha rumah makan, toko pakaian, toko elektonik, stasioneri dan sebagainya. Sehingga mereka yang hidup dikelas ekonomi menengah dan kelas atas di kota ini biasa disebut dengan the Little Bombay. 

Chipata Jami' Mosque, Zambia

Pertokoan di Chipata kebanyakan memang di miliki oleh muslim keturuanan India hingga kawasan tersebut pun terkenal dengan sebutan Indian Shop. Kota Sepeda Sepeda merupakan alat transportasi pavorit di kota Chipata, penduduk disana terbisa menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi pribadi hingga transportasi publik selayaknya ojek sepeda di Indonesia. 

Hal itu terjadi karena salah satu kawasan industri di Chipata yang disebut Luangwa Industri, merupakan pusat industri perakitan sepeda. Sehingga sepeda begitu merakyat di kota ini. Penyewaan sepeda hingga ojek sepeda hal yang umum di kota ini, menjadi salah satu wisata tersendiri yang khas. 

Masjid Jami’ Chipata ini juga menjadi salah satu daya tarik wisatawan yang berkunjung kesana, karena arsitektur nya yang unik menjadikan nya sebagai salah satu obejk foto bagi wisatawan. 

Chipata memiliki tradisi budaya tahunan termasuk festivals Ncwala yang diselenggarakan pada tiap bulan February dan festival Kulamba pada tiap bulan Agustus yang menarik perhatian wisatawan. (dirangkum dari berbagai sumber) 

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga

Masjid Sultan Abdulhamid II Djibouti ; Terbesar di Afrika Timur
Masjid Jamia Cape Town
Masjid Agung Bangui - Republik Afrika Tengah
Masjid Nizamiye Johannesburg – Afrika Selatan (bagian 1)
Masjid Larabanga - Masjid Pertama di Ghana dan Afrika Barat

Sabtu, 25 Mei 2019

Islam di Namibia

Namibia berada di pantai barat benua Afrika menghadap ke Samudera Atlantik

Dimanakah Negara Namibia

Republik Namibia adalah salah satu Negara di benua Afrika. Letaknya berada di pantai barat daya benua Afrika, menghadap ke samudera Atalantik. Di sebelah utara Namibia berbatasan dengan Angola dan Zambia, di sebelah timur berbatasan dengan Botswana, disebelah selatannya berbatasan dengan Republik Afrika Selatan sedangkan sebelah baratnya menghadap ke Samudera Atlantik.

Sejak tahun 1915 merupakan wilayah jajahan Republik Afrika Selatan. Namibia baru memperoleh kemerdekaan nya dari Republik Afrika Selatan pada tanggal 21 Maret 1990 menjadikannya sebagai salah satu Negara termuda di dunia. Ibu kotanya ialah Windhoek.

Luas wilayah daratan Namibia 825.419 km² atau kira kira 10% lebih luas dari seluruh daratan pulau Kalimantan (743.330 km²), sedangkan jumlah penduduk Namibia di tahun 2015 mencapai 2.280.700 jiwa atau sekitar 12% lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk di provinsi Kalimantan Tengah tahun 2018 (2.605.300 jiwa). Bahasa resmi Namibia adalah bahasa Inggris


Islam di Namibia

Mayoritas penduduk Namibia beragama Kristen, muslim di Nambia merupakan minoritas dengan jumlah dibawah 1 persen dari keseluruhan jumlah penduduk Negara itu. Namun demikian, Islam merupakan agama dengan penganut terbesar kedua di Namibia, selain penganut agama minoritas lainnya. Imam Ali di Windhoek Islamic Center di ibukota Negara Namibia, mengumpamakan muslim di Namibia seumpama sebutir apel diantara kumpulan buah pir.

Situs .islamonline.net menyebutkan angka statistic resmi dari pemerintah menyebutkan pemeluk Islam di Namibia mencapai 70.000 jiwa, angka yang sangat besar tentunya, namun jumlah tersebut dibantah oleh Imam Ali yang menyatakan bahwa muslim di Namibia belum sebanyak itu.

Menurut data dari Pewforum.org, ditahun 1990 Muslim di Namibia ada sekitar 4000 jiwa atau sekitar 0,3% dari total penduduk. Di tahun 2010 jumlah Muslim di Namibia meningkat menjadi sekitar 9000 jiwa setara dengan 0,4% dari total penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2030 muslim di Namibia akan meningkat hingga 12000 jiwa atau setara dengan 0,4%. Kebanyakan dari muslim Namibia berasal suku Namaqua meski juga di anut oleh 13 suku suku besar disana.

Republika menyebutkan bahwa di tahun 1990-an, Muslim Namibia masih sangat sedikit dan hanya beberapa keluarga. Muslim saat itu berasal dari Afrika Selatan. Setelah kemerdekaan, Muslim Namibia memperkirakan jumlah mereka sekitar 250 orang. Semakin terlihatnya eksistensi Muslim dan Pemerintah Namibia yang terbuka terhadap berbagai agama dinilai berdampak positif bagi perkembangan Islam di Namibia.

Bersama dengan Yudaisme, Budha dan penganut Baha’I, islam menjadi minoritas terbesar di Namibia, dengan gabungan semua penganut agama agama tersebut diperkirakan mencapai 1% dari seluruh penduduk Namibia. Namun demikian Islam memiliki perkembangan yang baik di Namibia.

Islamic Center Windoek, terbesar di Namibia.

Masuknya Islam ke Namibia

Besarnya penganut Islam yang berasal dari suku Namaqua dipercaya merupakan hasil kerja keras dakwah dari salah satu tokoh suku Namaqua yang juga merupakan tokoh politik ternama, Jacobs Salmaan Dhameer (Ya’kub Salman Damir). Beliau mengikrarkan ke-Islaman nya di tahun 1980.

Ke-Islaman Jacobs bermula saat beliau mengikuti konfrensi Islam di kota Maseru di Leshoto tahun 1980 dan bersahadat disana, menjadikan beliau sebagai muslim kulit hitam pertama di Namibia. Ketika kembali dari konfrensi tersebut ke kampung halamannya beliau mendakwahkan Islam di tengah kaum suku Namasqua di kampung halamannya, itu sebabnya mayoritas pemeluk Islam di Namibia berasal dari suku Namaqua.

Sampai dengan era awal 80-an Islam belumlah dikenal oleh mayoritas masyarakat Namibia, meskipun saat itu sudah ada satu kantung kecil penduduk muslim yang berasal dari Republik Afrika Selatan yang tinggal di wilayah selatan Namibia berbatasan dengan Negara tersebut, mereka tinggal di wilayah wilayah sepanjang pantai seperti di Walvis Bay, Lüderitz dan Swakopmund.

Islamic Center Soweto (The Soweto Islamic Center) adalah masjid pertama di Namibia, dibangun tahun 1986 di Katutura. Dan jumlah masjid di Namibia bertambah berkali kali lipat di tahun 2009 dengan jumlah mencapai 12 masjid di seluruh wilayah Namibia. Dari dua belas masjid tersebut, enam diantaranya dibangun di Windhoek, dua masjid di Katima Mulilo, satu masjid di Walvis Bay, dan tiga masjid di wilayah utara Namibia yang berbatasan dengan Angola, Oshikango.

Secara ke-organisasian Muslim Namibia telah memiliki Konsul Yudisial Islam Namibia (The Namibia Islamic Judicial Council) berada di kota Ondobe di wilayah Ohangwena. Namibia juga sudah memiliki Asosiasi Halal Namibia (NIHA - Namibia Islamic Halaal Association) yang merupakan badan sertifikasi halal tertua sekalis badan sertifikasi halal paling terkemuka di Namibia.

Masjid Quba di Windoek, berdekatan dengan Islamic Center Windoek. Masjid ini merupakan satu satunya masjid yang di kelolal oleh kelompok syi'ah di Namibia.
Asosiasi Halal Namibia (NIHA) telah mendapatkan pengakuan dari Badan Serifikasi halal Republik Afrika Selatan dan berbagai Negara Negara Islam. NIHA didirikan tahun 2001 dan sebelumnya dikenal dengan nama Asosiasi pemotongan hewan halal Namibia (Namibia Halaal Slaughterers Association). Badan halal ini yang melakukan sertifikasi halal terhadap berbagai outlet makanan di Namibia.

Peran Muslim Namibia di kancah nasional

Dengan komunitas yang baru mencapai 0,5 persen dari total populasi. nilai-nilai Islam yang mengatur pernikahan, sistem ekonomi yang adil, kesehatan, dan banyak aspek kehidupan lainnya tetap disuarakan Muslim Namibia. Dua lembaga berskala nasional seperti sudah disebutkan di awal tadi, menjadi indikasi eksistensi muslim di kancah nasional Negara Namibia.

Dalam sebuah wawancara di tahun 2017, Imam masjid Soweto Islamic Center, Syekh Abubakr Tjipanga, mengungkapkan, Soweto Islamic Center sendiri didirikan pada 1986. Saat itu hanya sekira 50 Muslim dan 10 Muslimah menjadi jamaah tetap masjid kecil di sana. Soweto Islamic Center memiliki hubungan erat dengan komunitas Muslim di berbagai wilayah, terutama dengan South Africa National Zakah Fund (SANZAF).

Selain menjadi imam masjid, Syekh Abubakr juga merupakan pengajar di University of Namibia, narasumber siaran radio Damara, Nama, dan konselor isu-isu sosial, seperti penanganan HIV/AIDS dan pernikahan. Baru sekitar 50 Muslim Namibia yang sudah berhaji dan 11 orang saat itu tengah belajar bahasa Arab dan syariah di Arab Saudi.

Sekira 500 Muslim Namibia dan Muslim pendatang biasanya akan berkumpul untuk shalat Jumat berjamaah di Windhoek Islamic Centre (WIC) di Sam Nujoma Avenue. WIC merupakan organisasi Islam induk di Namibia, Namibia Islamic Association, meski baru didirikan pada akhir 1999.

Tokoh muslim Namibia, Imam Masjid di Soweto Islamic Center.
Ada sekira 200 orang yang menjadi jamaah tetap masjid WIC. Selain masjid, WIC juga memiliki perpustakaan dan pusat pendidikan. Sebagian jamaah WIC ada yang belajar ke luar negeri, tak hanya untuk belajar Islam, tapi juga ilmu lainnya. Tak jauh dari WIC, terdapat Masjid Quba Windhoek yang merupakan satu-satunya masjid Syiah di Namibia.

Pascatragedi 9/11 di AS, Syekh Abubakr dan Shafi jadi sering mengisi ceramah Islam di radio dan diundang kedutaan negara asing untuk menjelaskan ajaran Islam. Mereka tidak keberatan melakukannya. Mereka sepakat terorisme justru merusak.

Meski tergolong baru, WIC juga menjalankan kegiatan sosial, seperti beasiswa pendidikan pelajar Muslim untuk belajar ke Afrika Selatan, Arab Saudi, Sudan, Malaysia, Mesir, dan perguruan tinggi lokal. Konseling penanganan HIV/AIDS dan persoalan kesehatan juga terus dijalankan.

Kegiatan amal, seperti pendistribusian pakaian dan makanan, juga dilakukan kepada komunitas fakir miskin. Komunitas Muslim di Walvis Bay, Oshakati, Oshikango, Ondangwa, Katima Mulilo, dan Keetmanshoop akhirnya menerapkan hal yang sama di daerah mereka.

Muslim Namibia juga ikut berkontribusi di sektor lain, misalnya, usaha padat karya, seperti penyedia makanan halal Bibi's Halaal Take Aways and Bakery dan Namibia Halaal Meat Market di Windhoek, makanan cepat saji halal Chicken Inn di Matima Mulilo, penyewaan kendaraan Sani 4X4 Rentals di Windhoek yang juga menyediakan kendaraan angkutan penumpang untuk jamaah shalat Jumat.

Belum ada hubungan formal antara komunitas Muslim dan agama mayoritas Kristen di Namibia. Selain karena ada sejumlah perbedaan, kurang baiknya infrakstruktur juga membuat kerja sama itu masih minim.

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca juga