Tampilkan postingan dengan label islam di amerika serikat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label islam di amerika serikat. Tampilkan semua postingan

Minggu, 23 Juli 2023

Alaska Mosque, Masjid Pertama di Alaska

Masjid Alaska / Alaska Mosque / Alaska Masjid pada bulan April 2023, masjid pertama di negara bagian Alaska Amerika Serikat. Salah satu masjid yang berada di wilayah Kutub Utara. [foto: Didar Alam].

Alaska Mosque atau Masjid Alaska atau secara resmi disebut sebagai Islamic Community Of Anchorage, adalah masjid pertama yang dibangun di negara bagian Alaska, negara bagian Amerika Serikat yang letaknya di ujung paling utara benua Amerika dan seebagian wilayah utara-nya masuk dalam lingkar kutub utara (arctic region). Karena letak geografisnya tersebut, masjid ini menjadi salah satu masjid yang letaknya berada dilokasi paling utara di bumi.
 
Mulai dibangun pada bulan Oktober 2010 menjadi pusat komunitas Islam di Anchorage ibukota negara bagian Alaska. Diperuntukkan bagi muslim disana yang pada saat masjid tersebut mulai dibangun, jumlahnya diperkirakan mencapai 2000 hingga 3000 jiwa, terdiri dari muslim dari berbagai latar belakang bangsa.
 
Pusat Komunitas Islam Anchorage Alaska
Islamic Community Center of Anchorage (Alaska Mosque)
8005 Spring St, Anchorage, AK 99518, Amerika Serikat
https://alaskamasjid.org/
Telephone: 907-248-7333
E-mail: alaskamuslimcommunity@yahoo.com
https://goo.gl/maps/DoE45CmPhN1EFEux5
 

 
Dengan berdirinya masjid pertama di Alaska ini, mengahiri kisah sholat berjamaah di ruang ruang sewaan di pusat perbelanjaan seperti yang sebelumnya mereka lakukan karena ketiadaan masjid. Bangunan masjid in dibangun dua lantai. Lantai pertama untuk Jemaah pria sedangkan lantai kedua khusus untuk Jemaah Wanita.
 
Masjid Alaska terletak di sebuah kawasan bisnis, dan bertetangga dengan gereja Presbiterian Korea, sejumlah bengkel mobil, dan restoran. Tidak heran, ketika berada di masjid itu, terdengar beragam bahasa. Kondisi ini sama persis seperti halnya sekolah-sekolah di Anchorage, di mana lebih dari 100 bahasa terdengar sehari-hari.
 
Mengingat lokasinya yang berada di Kawasan kutub utara, pembangunan masjid ini juga mau tidak mau turut mempertimbangkan faktor iklimnya yang senantiasa dingin. Karena ruangan ruangan masjid ini juga dilengkapi dengan sistim pemanas untuk membuatnya tetap nyaman.
 
Ground breaking Masjid Alaska di tahun 2010.

Pembangunan Masjid Alaska
 
Masjid ini dibangun atas inisiatif dari Islamic Community Center of Anchorage Alaska (ICCAA) yang merupakan komunitas muslim dari berbagai kalangan termasuk dari Afro Amerika, Kaukasia, Albania, Asia Selatan, Afrika, Timur Tengah, Indonesia, Malaysia, serta muslim asli Alaska.
 
Upacara peletakan batu pertama (ground breaking) pembangunan masjid Alaska dilakukan pada hari Sabtu, 16 Oktober 2010. Proses tersebut turut dihadiri oleh presiden CAIR (Council on American-Islamic Relations) Nihad Awad.
 
Lahan untuk masjid ini seluas 15.000 ribu kaki persegi (1.400 meter persegi) yang di beli oleh komunitas muslim setempat dengan harga US$600 ribu dolar Amerika, murni dari dana donasi para jemaah.
 
Masjid Alaska pada saat pemasangan kubah menara nya dimusim salju yang membeku, udah kebanyang kan betapa dinginnya disana.

Masjid Alaska mulai dibuka dan dipakai pada 2014 meski belum rampung 100% saat ruangannya masih berbau cat dan semen. Saat itu proyek pembangunan masjid ini sudah menghabiskan dana sekitar $2 juta dollar dan masih membutuhkan sekitar $1 juta dollar lagi untuk penyelesaiannya termasuk pembangunan dua Menara.
 
Dana pembangunan masjid bersumber dari Jemaah muslim setempat dan sumbangan dari berbagai komunitas muslim dari 48 negara bagian Amerika Serikat termasuk dari Texas, Oklahoma, Illinois dan California.
 
Pembangunan tahap pertama masjid ini berjalan selama hampir empat tahun, kemudian dilanjutkan dengan pembangunan fasilitas pendukungnya termasuk ruang kelas, kantor dan perpustakaan. Pembangunan komplek masjid ini baru selesai pada awal tahun 2017.
 
Interior Masjid Alaska.

Karena pertumbuhan komunitas muslim di Anchorage, pelaksanaan sholat jum’at di masjid ini dilaksanakan dua kali kali karena kapasitas masjid yang tidak mampu menampung seluruh Jemaah sholat jum’at untuk diaksanakan sekaligus.
 
Muslim di Anchorage
 
Anchorage di Alaska, kira-kira berjarak 10 ribu kilometer dari Mekah, Arab Saudi. Namun, kota ini semakin menarik perhatian banyak muslim dari berbagai penjuru dunia. Banyak migran muslim hijrah ke sana dan menemukan kedamaian di wilayah yang dulunya milik Rusia dan dibeli Amerika itu.
 
Berbagai komunitas muslim terbentuk, dan kini di kota itu, warga muslim bisa menemukan toko kelontong barang-baranag kebutuhan sehari-hari yang halal, restoran halal dan bahkan masjid. Alaska merupakan negara bagian di Amerika dengan kepadatan penduduknya yang masih rendah, pajak nya juga rendah dan meniadakan pajak penghasilan, hal itu menjadi salah satu daya Tarik wilayah ini bagi para imigran dari berbagai bangsa.
 
Masjid Alaska saat proses pembangunan.

Jumlah warga muslim di Anchorage saat ini memang belum begitu besar. Jika pada tahun 2014, tercatat ada 3000 warga pemeluk Islam di kota itu, pada akhir tahun 2018 jumlahnya diperkirakan hampir mencapai 4000 orang.
 
Di banyak kota lain di AS, kebanyakan masjid terkait dengan satu kelompok etnis, namun tidak demikian halnya di Anchorage. Karena kecilnya jumlah muslim disana dan berasal dari beragam latar belakang bangsa mereka bersatu dalam satu komunitas.
 
Karena iklim di Alaska. Musim dingin disana sangat panjang, serta panjang siang dan malam hari sangat berbeda dengan negara-negara bagain lain di AS. Walhasil, itu mempengaruhi kegiatan beribadah muslim, khususnya sewaktu bulan Ramadhan.
 
Pada musim panas, lamanya siang bisa mencapai 21 jam. Pada bulan Desember, siang hari bisa jadi tiga jam saja. Para ulama menganjurkan untuk mengikuti zona standar hingga muslim disana mengikuti waktu Mekkah. Puasa mulai dari pukul 4 pagi dan berbuka menjelang pukul 7 malam.***
 
Rujukan
 
situs resmi masjid Alaska https://alaskamasjid.org/
https://www.voaindonesia.com/a/anchorage-tempat-hijrah-muslim-migran-di-as-/5121185.html
https://www.dream.co.id/jejak/dibangun-masjid-pertama-di-ujung-utara-as-140828f.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Komunitas_Islam_Anchorage_Alaska
https://theworld.org/stories/2014-08-26/alaskas-first-mosque-opens-its-doors
https://storage.googleapis.com/clio-images/31517.73353.jpg

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga Masjid di Amerika Serikat Lainnya


Senin, 24 Juli 2017

Masjid Manoa Satu Satunya di Hawaii (Bagian 2)

Hanya ornamen di bagian atap dan pagar serta lengkungan di terasnya yang sedikit memberikan perbedaan antara bangunan Masjid di Manoa ini dengan bangunan lain disekitarnya.

“Pembelian” Masjid di Manoa

Para anggota pendiri organisasi ini berupaya mempromosikan penggalanangan dana bagi pembukaan sebuah Islamic Center di Hawaii. Merujuk kepada penulis di Star Bulletin, Nadine W. Scott, James Abdullah Roushey mulai bertemu dengan Pangeran Abdulaziz Bin Fahad Al-Faisal dari Saudi Arabia dengan hasil yang cukup menggembirakan.

Pangeran Abdulaziz Bin Fahad Al-Faisal tidak saja siap membantu untuk pembangunan masjid namun juga membangun gedung pusat pendidikan dan kebudayaan, rumah makan, pertokoan dalam sebuah komplek pusat ke-Islaman (January 12, 1979).

Meskipun dalam perjanjian disebutkan bahwa Pangeran Abdulaziz Bin Fahad Al-Faisal mengambil tanggung jawab untuk pembangunan tersebut dengan pembentukan badan usaha Saudi Arabia namun demikian dalam pelaksanaannya hanya disebut sebagai hamba Allah yang menyumbangkan dana untuk pembangunan masjid dan komplek pemakaman muslim di Hawaii. Pendonor dari Saudi Arabia tersebut memang meminta tidak disebutkan namanya meskpun diketahui seringkali berkunjung ke Masjid manoa setiap melakukan perjalanan bisnis ke Hawaii.

Masjid Manoa dibangun antara tahun 1979 dan 1980. Pemilihan lokasi masjid ini salah satunya adalah karena kedekatannya dengan University of Hawaii dan merujuk kepada penjelesan Farook Wang. Alasan lainnya adalah bahwa sebagian dari bangunan yang dibeli dapat disewakan untuk membantu pemasukan keuangan masjid.

Masjid Manoa lebih dekat.

Dari sisi arsitektur, Masjid di Manoa ini memang sama sekali tidak mirip dengan bangunan masjid seperti yang kita kenal, karena memang bukanlah bangunan masjid yang dibangun dari awal untuk sebuah masjid, melainkan sebuah bangunan megah yang dibeli oleh muslim Hawaii dan kemudian di alihfungsi sebagai masjid tanpa merombak struktur luar bangunannya. Itu sebabnya, tak ada aksen Islam yang tercermin dari bangunan itu.

Berdirinya The Muslim Association of Hawaii

Pada tanggal 28 April 1983, Makhdoom Shah menjalin kerjasama antara the Hawaii's Muslim community dan Muslim di kemiliteran dengan mengangkat PFC Tyrone James (Abdul Shakur Ali) yang meruopakan Schofield Barracks sebagai Penanggung Jawab Muslim di dinas kemiliteran.

Organisasi Muslim Student Association dengan sukarela dibubarkan pada tanggal 30 November 1990 karena tak memenuhi syarat untuk pendaftaran ulang di Hawaii's Business Registration Division. (Hawaii State Archives/Government Records Collection Hawaii Corporations (Dissolved) Case Files [series 158] Muslim Students Association of Hawaii, Inc., File no. 40625D2 [1990 MFL 81]).

Selanjutnya dibentuk organsasi The Muslim Association of Hawaii (MAH) yang dibentuk pada 4 February 1997. Para pengurusnya terdiri dari Nizar Hassan, Nafez Hasan, Ather Dar, Anwar Kazi and dan Lionel E. Price.

Di Hawaii Orang Muslim bertambah 3 orang tiap Bulan

Laporan media lokal di bulan November 2001 menyebutkan bahwa “berislam kini sedang menjadi tren baru di kalangan mahasiswa dan masyarakat Hawaii”. Hakim Ouansafi, presiden Muslim Association of Hawaii, menyatakan, mualaf di Hawai bertambah paling sedikit tiga orang perbulan.

Kebanyakan mualaf, kata dia, adalah perempuan. Jika rasio nasional antara mualaf pria dengan wanita adalah 1 : 4, maka rasio mualaf pria-wanita di Hawaii adalah 1 : 2. Kebanyakan dari mereka, terutama yang di Honolulu, adalah keturunan Afrika-Amerika. ”Beberapa di antaranya menemukan Allah saat mereka dalam proses penyembuhan dari ketergantungan terhadap obat-obatan dan alcohol.

Di wilayah West Coast lain lagi. Beberapa orang mualaf adalah anggota militer. Bila di Honolulu para mualaf itu sebelumnya mengaku tak beragama, maka di wilayah West Coast, umumnya mereka sebelum berislam adalah penganut suatu agama.

Interior Masjidnya sederhana namun lengkap dengan mihrab dan mimbarnya.

Cromwell Crawford, pimpinan Departemen Agama di University of Hawaii-Manoa, mempunyai penjelasan mengenai tren pindah agama di Hawaii ini. Menurut dia, efek dari Tragedi 11 September terhadap psikologis bangsa adalah, seluruh warga jadi memperhatikan tentang kefanaan hidup ini. ”Mood pun jadi berubah, para lajang mencari ikatan, keluarga menjadi semakin erat, dan orang kembali mencari pegangan agama,”

Tak hanya Islam yang diuntungkan dengan kondisi ini, kata dia, agama lain juga. ”Mereka yang semula tak beragama, kini mencari pegangan agama.” Mengapa kebanyakan wanita? ”Dalam mengekspresikan mood ini, wanita lebih mendalam ketimbang pria,”.

Penyusunan Sejarah Islam di Hawaii

Sejarah Islam di Hawaii dikumpulkan lagi oleh Mona Darwich, dosen senior di University of Hawaii, dalam tesisnya yang berjudul Inside and Outside the Mosque: Oral Histories of Hawaii’s Muslims. Dia menuliskan tesisnya setelah mengumpulkan banyak bahan pustaka dan mewawancarai 33 orang nara sumber. Ia juga mendokumentasikan puluhan pemuda yang tengah belajar Islam dan memfilmkan kisah Achmed Djuneid, seorang remaja Muslim di Hawaii.

Wawancara juga dilakukannya melalui email para mahasiswa yang dulu mendirikan organisasi Muslim Hawaii sudah kembali ke negaranya masing-masing. Dua di antaranya adalah Dr Makhdoom Shah, asal Kuwait dan Dr Pramudita Anggraita, asal Indonesia.***(habis)

Baca Juga

Sabtu, 22 Juli 2017

Masjid Manoa Satu Satunya di Hawaii (Bagian 1)

Masjid di Manoa, Hawaii, tidak mirip masjid ?. tentu saja karena memang bangunan ini merupakan gedung yang dibeli oleh asosiasi muslim Hawaii dan kemudian di jadikan masjid tanpa mengubah bentuk aslinya.

Hawaii adalah negara bagian Amerika yang ke-50. Terletak di area tropis di tengah-tengah Samudra Pasifik, Hawaiii berpenduduk lebih kurang 1,200,000 jiwa dengan komposisi penduduk ras Asia (Jepang, China, Filipina dan Vietnam) sebanyak 42%, sementara kulit putih sebanyak 27% dan warga asli Hawaii hanya 10%. Sisanya merupakan bangsa lain seperti Timur Tengah dan ras kulit hitam, termasuk diantaranya mengaku memiliki dua atau lebih ras, hasil pernikahan antar ras di Hawaii sejak masa lampau. Dari total penduduk Hawaii, diperkirakan terdapat lebih kurang 3,000 orang Muslim di Hawaii.

Masjid Manoa merupakan satu-satunya masjid yang ada di Hawaii dikelola oleh Muslim Association of Hawaii (MAH). Lokasinya berada di pulau Oahu, pulau tempat kota Honolulu berada. Saat ini beberapa warga muslim di pulau-pulau lain sedang menjajaki upaya untuk membangun Masjid untuk komunitas Muslim di sana. Bangunan masjid yang tidak seperti bangunan masjid yang biasa kita kenal ini memiliki sejarah yang cukup panjang dan cukup menarik bahwa dalam proses kelahiran masjid dan organisasi Islam di Hawaii ini ada peran serta muslim dari negara negara asia termasuk dari Indonesia.

Muslim Association of Hawaii
1935 Aleo Pl, Honolulu, HI 96822
situs resmi : www.iio.org



Berdirinya Asosiasi Muslim Hawai

Asosiasi Muslim Hawai atau Muslim Association of Hawaii (MAH), sebelumnya dikenal dengan nama Asosiasi Mahasiswa Muslim Hawai atau The Muslim Student Association (MAS), sudah memulai aktivitas mereka di Hawai sejak lebih dari 30 tahun yang lalu.

The Muslim Student Association (MSA) merupakan organisasi yang dibentuk oleh sekelompok mahasiswa muslim di University of Hawaii di Manoa, para mahasiswa muslim ini berasal dari berbagai Negara seperti India, Pakistan, Afghanistan, Indonesia, Malaysia dan dari negara negara Timur Tengah.

Secara tidak resmi Organisasi tersebut sudah eksis sejak tahun 1968, merujuk kepada the Honolulu Advertiser (10/23/1973 ). Pada masa itu muslim Hawai menyelenggarakan sholat berjamaah di seuah cottage di kawasan East West Center sebelum kemudian berdirinya Masjid di Manoa.

Seperti bangunan tempat tinggal biasa dan seperti kebanyakan bangunan di pulau Hawaii, hanya interiornya saja yang disesuaikan sebagai ruangan masjid. Bangunan masjid di Manoa ini menjadi satu satunya masjid di Hawaii sampai saat ini.

Pada tanggal 23 Juli 1979 The Muslim Students' Association of Hawaii, secara resmi menjadi organisasi muslim pertama yang mewakili muslim di Hawai. Sekitar 90% anggota organisasi ini tidak lagi berstatus sebagai mahasiswa, namun demikian merujuk kepada Makhdoom Shah pimpinan organisasi ini saat itu, nama organisasi ini tetap dengan nama lamanya karena pada dasarnya setiap muslim diperintahkan untuk senantiasa belajar sepanjang hidupnya. (Honolulu Star Bulletin, 09/11/79: E14).

Peran Muslim Asia dan Indonesia

Sebagaimana dinyatakan di dalam draf anggaran dasar pertamanya, disebutkan bahwa organisasi ini didirikan oleh: Najibullah Lafraie, James Abdullah Raushy, Saad Abdul Rahim (Haji Saad Abdul Rahim Shih Ming Wang), Abdul Haq, Makhdoom Shah, Nasir A. Saidy, Mohammad Yusuf Popal, Mohammad Bilal Farooq, Mohammad Haniff, Pramudita Anggraita, Hussain Haikal Latif, Abdul Zainal, M. Asad Khan, Nazir Ahmad, Mohammad Ashraf dan Zamir Uddin. (tentunya dengan mudah anda menemukan nama muslim Indonesia dari deretan nama tersebut.

Pada tahap awal The Muslim Student Association of Hawaii berkantor di P.O. Box 2028, 1777 East-West Road, Honolulu, Hawaii 96848 as of July 23, 1979. (Hawaii State Archives/Government Records Collection Hawaii Corporations (Dissolved) Case Files [series 158] Muslim Students Association of Hawaii, Inc., File no. 40625D2 [1990 MFL 81]).

Haji Saad Abdul Rahim Shih Ming Wang pada saat itu merupakan Imam dan pimpinan spiritual Muslim Hawaii pertama adalah pria kelahiran Cina, pensiunan diplomat karir yang sebelumnya bertugas di Arab Saudi dan Kuwait, lulusan Universitas Al Azhar Kairo. Dari deretan nama di atas anda terdapat mahasiswa Indonesia, Pramudita Anggraita, yang dikemudian hari kembali ke tanah air dan menjabat sebagai Deputi Bidang Penelitian Dasar dan terapan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).***

Bersambung ke Bagian 2

Sabtu, 15 Juli 2017

Masjid Islamic Center Santa Ana

The Islamic Center Santa Ana

Dibangun oleh Muslim Champa di Amerika Serikat

Terusir dari kampung halaman dan dari tanah kelahiran, tak memadamkan cahaya Islam dari muslim champa di Santa Ana, California, Amerika Serikat ini. Puluhan tahun lalu mereka dan keluarganya mengungsi ke Amerika Serikat untuk menyelamatkan diri dan kini komunitas muslim Champa ini tetap mempertahankan ke-Islaman mereka dan lebih dari itu mereka mampu menebarkan cahaya Islam kepada komunitas warga Amerika Latin yang juga tinggal di lingkungan mereka.

Kini sebuah Masjid dan Islamic Center sudah berdiri sebagai pusat aktivitas ke-islaman mereka, tidak hanya bagi muslim Champa namun juga di gunakan dan dikelola bersama sama dengan muslim Amerika Latin. Masjid dan Islamic Center ini juga telah menjadi rumah pemersatu bagi Muslim Champa dan Muslim Amerika Latin sekaligus menjadi masjid pertama di wilayah selatan California yang menggunakan Bahasa Spanyol (yang merupakan Bahasa warga Amerika Latin) sebagai salah satu Bahasa pengantar di masjid mereka.

Islamic Center Of Santa Ana
1602-1610 E First St, Santa Ana
CA 92701 Amerika Serikat



Sejarah Muslim Champa di Amerika

Di awal tahun 1980-an gelombang besar pengungsi Kamboja melarikan diri dari negara mereka ke Amerika Serikat untuk menghindari apa yang disebut oleh dunia internasional sebagai “killing fields” atau ladang pembantaian, sebuah pembunuhan masal paling menakutkan dalam sejarah Indocina yang dilakukan oleh rezim komunis Khmer Merah pimpinan Pol Pot.

Banyak dari mereka yang kemudian datang ke Orange County dan tinggal di kawasan Minnie Street di Santa Ana, California, menempati apartemen dengan sewa murah di kawasan tersebut. Di tahun 1982, lima dari pengungsi Kamboja ini membentuk the Indo-Chinese Muslim Refugee Association of the United States (IMRA) bersama dengan beberapa anggota lainnya.

Mereka mengumpulkan berbagai sumberdaya, menyewa sebuah apartemen kecil dan mulai bahu membahu membantu warga muslim Kamboja lainnya yang tinggak di kawasan tersebut. Termasuk memberikan kursus Bahasa inggris gratis, konsultasi gratis serta menjadi penterjemah dadakan bagi para tetangga mereka yang tidak mampu berbahasa Inggris.

Di tahun 1983 mereka menerima dana tunjangan untuk pertama kalinya sebesar $64,000 dari Kantor Federal Urusan Penempatan Pengungsi Amerika Serikat (Federal Office of Refugee Resettlement) untuk tunjangan kerja, dan program tersebut berlanjut baik cakupan maupun nilai nya.

The Islamic Center Santa Ana sebelumnya merupakan bangunan tempat pemulasaran jenazah.

Seiring perjalanan waktu, kebutuhan komunitas pun kemudian ditambahkan ke dalam program tersebut termasuk berbagai macam jenis pelatihan, program selepas jam sekolah bagi remajam pendidikan usia dini hingga ke akses kesehatan dan resolusi trauma.

Beberapa tahun berlalu lembaga yang dibentuk oleh muslim kamboja ini tidak saja semata mata mengurusi warga Kamboja saj, namun juga merambah menangani pengungsi dari wilayah lainnya termasuk dari Vietbam, Laos, Iran, Iraq, Afganistan, Rusia, Ukraina, Bosnia, Ethiopia dan Somalia.

Organisasi ini menjalin kerjasama dan saling dengan para klien serta lembaga lembaga terkait, sejak memulai aktivitas mereka di tahun 1983 hingga saat ini, lembaga tersebut telah menangani penyaluran dana lebih dari $20,000,000 baik dari individu maupun dari public yang digunakan untuk membantu ribuan pengungsi mendapatkan pekerjaan, memperbaiki taraf mereka dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik termasuk program kesehatan, peningkatan pengetahuan, kemampuan keluarga pengungsi.

Lima belas keluarga Muslim Kamboja di Santa Ana pada awalnya menggunakan sebuah ruangan kecil di apartemen sebagai mushola di lingkungan apartemen sewaan tempat tinggal mereka. Komunitas muslim ini kemudian secara pasti terus berkembang seiring dengan bergabungnya para pengungsi Kamboja dari daerah lainnya pindah ke Santa Ana agar dapat hidup berdekatan dengan saudara sedaerah dengan Bahasa, suku, tradisi dan agama yang sama. Dan mushola kecil itupun sudah tak mampu lagi memadai.

Membangun Masjid dan Islamic Center Santa Ana

Masjid dan Islamic Center Santa Ana ini memang tidak mirip sama sekali dengan bangunan masjid yang biasa kita kenal. Harap maklum, karena memang bangunan tersebut dulunya adalah sebuah bangunan tempat pemulasaran jenazah yang kemudian dibeli oleh komunitas Muslim Kamboja dan dirombak menjadi masjid dan pusat ke-Islaman, dan baru di buka sekitar sebulan yang lalu (Juni 2017) dan diberi nama The Islamic Center of Santa Ana (ICSA), dan tidak saja diperuntukkan bagi muslim Champa Kamboja namun juga menjadi rumah bagi Muslim Amerika Latin.

Interior Masjid Islamic Center Santa Ana

35 tahun setelah itu, Komunitas muslim Kamboja ini bersama sama menggalang dana untuk membeli bekas gedung pemulasaran jenazah yang sudah tidak terbengkalai untuk dijadikan masjid. Gedung pemulasaran jenazah yang sudah lama terbengkalai tersebut kemudian di renonasi dan ubah fungsi menjadi masjid dan Islamic Center, seluruh proses renovasi selesai dan mulai digunakan bulan lalu.

Merangkul Warga Latin

Sekitar 78% warga Santa Ana merupakan para imigran dan keturunan Amerika Latin dan sehari hari menggunakan Bahasa Spanyol selain Bahasa Inggris. menyadari hal itu IMRA melaui ICSA melakukan langkah langkah pendekatan kepada lingkungan mereka yang mayoritas berasal dari Amerika Latin tersebut, dan hal tersebut membuahkan hasil.

Seiring berjalannya waktu da’wah yang dilakukan muslim Champa ini telah menarik perhatian warga Latin di Santa Ana, kini menjadi pemandangan biasa di masjid dan di Santa Ana bila ada kegiatan peribadatan ataupun aktivitas sosial terjadi pembauan antara muslim Champa dan muslim Amerika Latin. Bahkan di masjid Islamic Center Santa Ana juga menggunakan Bahasa latin sebagai salah satu Bahasa pengantar dan Bahasa khutbah sholat jum’atnya.

Tidak saja aktivitas peribadatan, ICSA juga mengorganisir beragam aktivitas sosial seperti yang paling populer mengorganisir dapur umum gratis untuk warga sekitar dan mengadakan Taco Trick Iftar, semacam mobil rumah makan bergerak untuk melayani muslim untuk berbuka puasa yang dikelola bersama sama oleh muslim Champa dan Muslim Latin Jemaah Masjid dan ICSA ini.

Pembauran dan persatuan muslim Champa dengan Muslim Latin ini terjadi secara alamiah. Warga Amerika Latin merupakan minoritas di AS, dan muslim Champa yang hidup Santa Ana ditengah tengah warga Latin ini dengan sendirinya menjadi kaum minoritas ditengah minoritas. Dan digunakannya Bahasa Spanyol sebagai Bahasa pengantar di Masjid dan Islamic Center Santa Ana, menjadi magnet tersendiri bagi warga Latin di Santa Ana.***

Baca Juga