Tampilkan postingan dengan label Masjid di Amerika Serikat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid di Amerika Serikat. Tampilkan semua postingan

Minggu, 23 Juli 2023

Alaska Mosque, Masjid Pertama di Alaska

Masjid Alaska / Alaska Mosque / Alaska Masjid pada bulan April 2023, masjid pertama di negara bagian Alaska Amerika Serikat. Salah satu masjid yang berada di wilayah Kutub Utara. [foto: Didar Alam].

Alaska Mosque atau Masjid Alaska atau secara resmi disebut sebagai Islamic Community Of Anchorage, adalah masjid pertama yang dibangun di negara bagian Alaska, negara bagian Amerika Serikat yang letaknya di ujung paling utara benua Amerika dan seebagian wilayah utara-nya masuk dalam lingkar kutub utara (arctic region). Karena letak geografisnya tersebut, masjid ini menjadi salah satu masjid yang letaknya berada dilokasi paling utara di bumi.
 
Mulai dibangun pada bulan Oktober 2010 menjadi pusat komunitas Islam di Anchorage ibukota negara bagian Alaska. Diperuntukkan bagi muslim disana yang pada saat masjid tersebut mulai dibangun, jumlahnya diperkirakan mencapai 2000 hingga 3000 jiwa, terdiri dari muslim dari berbagai latar belakang bangsa.
 
Pusat Komunitas Islam Anchorage Alaska
Islamic Community Center of Anchorage (Alaska Mosque)
8005 Spring St, Anchorage, AK 99518, Amerika Serikat
https://alaskamasjid.org/
Telephone: 907-248-7333
E-mail: alaskamuslimcommunity@yahoo.com
https://goo.gl/maps/DoE45CmPhN1EFEux5
 

 
Dengan berdirinya masjid pertama di Alaska ini, mengahiri kisah sholat berjamaah di ruang ruang sewaan di pusat perbelanjaan seperti yang sebelumnya mereka lakukan karena ketiadaan masjid. Bangunan masjid in dibangun dua lantai. Lantai pertama untuk Jemaah pria sedangkan lantai kedua khusus untuk Jemaah Wanita.
 
Masjid Alaska terletak di sebuah kawasan bisnis, dan bertetangga dengan gereja Presbiterian Korea, sejumlah bengkel mobil, dan restoran. Tidak heran, ketika berada di masjid itu, terdengar beragam bahasa. Kondisi ini sama persis seperti halnya sekolah-sekolah di Anchorage, di mana lebih dari 100 bahasa terdengar sehari-hari.
 
Mengingat lokasinya yang berada di Kawasan kutub utara, pembangunan masjid ini juga mau tidak mau turut mempertimbangkan faktor iklimnya yang senantiasa dingin. Karena ruangan ruangan masjid ini juga dilengkapi dengan sistim pemanas untuk membuatnya tetap nyaman.
 
Ground breaking Masjid Alaska di tahun 2010.

Pembangunan Masjid Alaska
 
Masjid ini dibangun atas inisiatif dari Islamic Community Center of Anchorage Alaska (ICCAA) yang merupakan komunitas muslim dari berbagai kalangan termasuk dari Afro Amerika, Kaukasia, Albania, Asia Selatan, Afrika, Timur Tengah, Indonesia, Malaysia, serta muslim asli Alaska.
 
Upacara peletakan batu pertama (ground breaking) pembangunan masjid Alaska dilakukan pada hari Sabtu, 16 Oktober 2010. Proses tersebut turut dihadiri oleh presiden CAIR (Council on American-Islamic Relations) Nihad Awad.
 
Lahan untuk masjid ini seluas 15.000 ribu kaki persegi (1.400 meter persegi) yang di beli oleh komunitas muslim setempat dengan harga US$600 ribu dolar Amerika, murni dari dana donasi para jemaah.
 
Masjid Alaska pada saat pemasangan kubah menara nya dimusim salju yang membeku, udah kebanyang kan betapa dinginnya disana.

Masjid Alaska mulai dibuka dan dipakai pada 2014 meski belum rampung 100% saat ruangannya masih berbau cat dan semen. Saat itu proyek pembangunan masjid ini sudah menghabiskan dana sekitar $2 juta dollar dan masih membutuhkan sekitar $1 juta dollar lagi untuk penyelesaiannya termasuk pembangunan dua Menara.
 
Dana pembangunan masjid bersumber dari Jemaah muslim setempat dan sumbangan dari berbagai komunitas muslim dari 48 negara bagian Amerika Serikat termasuk dari Texas, Oklahoma, Illinois dan California.
 
Pembangunan tahap pertama masjid ini berjalan selama hampir empat tahun, kemudian dilanjutkan dengan pembangunan fasilitas pendukungnya termasuk ruang kelas, kantor dan perpustakaan. Pembangunan komplek masjid ini baru selesai pada awal tahun 2017.
 
Interior Masjid Alaska.

Karena pertumbuhan komunitas muslim di Anchorage, pelaksanaan sholat jum’at di masjid ini dilaksanakan dua kali kali karena kapasitas masjid yang tidak mampu menampung seluruh Jemaah sholat jum’at untuk diaksanakan sekaligus.
 
Muslim di Anchorage
 
Anchorage di Alaska, kira-kira berjarak 10 ribu kilometer dari Mekah, Arab Saudi. Namun, kota ini semakin menarik perhatian banyak muslim dari berbagai penjuru dunia. Banyak migran muslim hijrah ke sana dan menemukan kedamaian di wilayah yang dulunya milik Rusia dan dibeli Amerika itu.
 
Berbagai komunitas muslim terbentuk, dan kini di kota itu, warga muslim bisa menemukan toko kelontong barang-baranag kebutuhan sehari-hari yang halal, restoran halal dan bahkan masjid. Alaska merupakan negara bagian di Amerika dengan kepadatan penduduknya yang masih rendah, pajak nya juga rendah dan meniadakan pajak penghasilan, hal itu menjadi salah satu daya Tarik wilayah ini bagi para imigran dari berbagai bangsa.
 
Masjid Alaska saat proses pembangunan.

Jumlah warga muslim di Anchorage saat ini memang belum begitu besar. Jika pada tahun 2014, tercatat ada 3000 warga pemeluk Islam di kota itu, pada akhir tahun 2018 jumlahnya diperkirakan hampir mencapai 4000 orang.
 
Di banyak kota lain di AS, kebanyakan masjid terkait dengan satu kelompok etnis, namun tidak demikian halnya di Anchorage. Karena kecilnya jumlah muslim disana dan berasal dari beragam latar belakang bangsa mereka bersatu dalam satu komunitas.
 
Karena iklim di Alaska. Musim dingin disana sangat panjang, serta panjang siang dan malam hari sangat berbeda dengan negara-negara bagain lain di AS. Walhasil, itu mempengaruhi kegiatan beribadah muslim, khususnya sewaktu bulan Ramadhan.
 
Pada musim panas, lamanya siang bisa mencapai 21 jam. Pada bulan Desember, siang hari bisa jadi tiga jam saja. Para ulama menganjurkan untuk mengikuti zona standar hingga muslim disana mengikuti waktu Mekkah. Puasa mulai dari pukul 4 pagi dan berbuka menjelang pukul 7 malam.***
 
Rujukan
 
situs resmi masjid Alaska https://alaskamasjid.org/
https://www.voaindonesia.com/a/anchorage-tempat-hijrah-muslim-migran-di-as-/5121185.html
https://www.dream.co.id/jejak/dibangun-masjid-pertama-di-ujung-utara-as-140828f.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Komunitas_Islam_Anchorage_Alaska
https://theworld.org/stories/2014-08-26/alaskas-first-mosque-opens-its-doors
https://storage.googleapis.com/clio-images/31517.73353.jpg

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo dan @masjidinfo.id
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
------------------------------------------------------------------

Baca Juga Masjid di Amerika Serikat Lainnya


Senin, 24 Juli 2017

Masjid Manoa Satu Satunya di Hawaii (Bagian 2)

Hanya ornamen di bagian atap dan pagar serta lengkungan di terasnya yang sedikit memberikan perbedaan antara bangunan Masjid di Manoa ini dengan bangunan lain disekitarnya.

“Pembelian” Masjid di Manoa

Para anggota pendiri organisasi ini berupaya mempromosikan penggalanangan dana bagi pembukaan sebuah Islamic Center di Hawaii. Merujuk kepada penulis di Star Bulletin, Nadine W. Scott, James Abdullah Roushey mulai bertemu dengan Pangeran Abdulaziz Bin Fahad Al-Faisal dari Saudi Arabia dengan hasil yang cukup menggembirakan.

Pangeran Abdulaziz Bin Fahad Al-Faisal tidak saja siap membantu untuk pembangunan masjid namun juga membangun gedung pusat pendidikan dan kebudayaan, rumah makan, pertokoan dalam sebuah komplek pusat ke-Islaman (January 12, 1979).

Meskipun dalam perjanjian disebutkan bahwa Pangeran Abdulaziz Bin Fahad Al-Faisal mengambil tanggung jawab untuk pembangunan tersebut dengan pembentukan badan usaha Saudi Arabia namun demikian dalam pelaksanaannya hanya disebut sebagai hamba Allah yang menyumbangkan dana untuk pembangunan masjid dan komplek pemakaman muslim di Hawaii. Pendonor dari Saudi Arabia tersebut memang meminta tidak disebutkan namanya meskpun diketahui seringkali berkunjung ke Masjid manoa setiap melakukan perjalanan bisnis ke Hawaii.

Masjid Manoa dibangun antara tahun 1979 dan 1980. Pemilihan lokasi masjid ini salah satunya adalah karena kedekatannya dengan University of Hawaii dan merujuk kepada penjelesan Farook Wang. Alasan lainnya adalah bahwa sebagian dari bangunan yang dibeli dapat disewakan untuk membantu pemasukan keuangan masjid.

Masjid Manoa lebih dekat.

Dari sisi arsitektur, Masjid di Manoa ini memang sama sekali tidak mirip dengan bangunan masjid seperti yang kita kenal, karena memang bukanlah bangunan masjid yang dibangun dari awal untuk sebuah masjid, melainkan sebuah bangunan megah yang dibeli oleh muslim Hawaii dan kemudian di alihfungsi sebagai masjid tanpa merombak struktur luar bangunannya. Itu sebabnya, tak ada aksen Islam yang tercermin dari bangunan itu.

Berdirinya The Muslim Association of Hawaii

Pada tanggal 28 April 1983, Makhdoom Shah menjalin kerjasama antara the Hawaii's Muslim community dan Muslim di kemiliteran dengan mengangkat PFC Tyrone James (Abdul Shakur Ali) yang meruopakan Schofield Barracks sebagai Penanggung Jawab Muslim di dinas kemiliteran.

Organisasi Muslim Student Association dengan sukarela dibubarkan pada tanggal 30 November 1990 karena tak memenuhi syarat untuk pendaftaran ulang di Hawaii's Business Registration Division. (Hawaii State Archives/Government Records Collection Hawaii Corporations (Dissolved) Case Files [series 158] Muslim Students Association of Hawaii, Inc., File no. 40625D2 [1990 MFL 81]).

Selanjutnya dibentuk organsasi The Muslim Association of Hawaii (MAH) yang dibentuk pada 4 February 1997. Para pengurusnya terdiri dari Nizar Hassan, Nafez Hasan, Ather Dar, Anwar Kazi and dan Lionel E. Price.

Di Hawaii Orang Muslim bertambah 3 orang tiap Bulan

Laporan media lokal di bulan November 2001 menyebutkan bahwa “berislam kini sedang menjadi tren baru di kalangan mahasiswa dan masyarakat Hawaii”. Hakim Ouansafi, presiden Muslim Association of Hawaii, menyatakan, mualaf di Hawai bertambah paling sedikit tiga orang perbulan.

Kebanyakan mualaf, kata dia, adalah perempuan. Jika rasio nasional antara mualaf pria dengan wanita adalah 1 : 4, maka rasio mualaf pria-wanita di Hawaii adalah 1 : 2. Kebanyakan dari mereka, terutama yang di Honolulu, adalah keturunan Afrika-Amerika. ”Beberapa di antaranya menemukan Allah saat mereka dalam proses penyembuhan dari ketergantungan terhadap obat-obatan dan alcohol.

Di wilayah West Coast lain lagi. Beberapa orang mualaf adalah anggota militer. Bila di Honolulu para mualaf itu sebelumnya mengaku tak beragama, maka di wilayah West Coast, umumnya mereka sebelum berislam adalah penganut suatu agama.

Interior Masjidnya sederhana namun lengkap dengan mihrab dan mimbarnya.

Cromwell Crawford, pimpinan Departemen Agama di University of Hawaii-Manoa, mempunyai penjelasan mengenai tren pindah agama di Hawaii ini. Menurut dia, efek dari Tragedi 11 September terhadap psikologis bangsa adalah, seluruh warga jadi memperhatikan tentang kefanaan hidup ini. ”Mood pun jadi berubah, para lajang mencari ikatan, keluarga menjadi semakin erat, dan orang kembali mencari pegangan agama,”

Tak hanya Islam yang diuntungkan dengan kondisi ini, kata dia, agama lain juga. ”Mereka yang semula tak beragama, kini mencari pegangan agama.” Mengapa kebanyakan wanita? ”Dalam mengekspresikan mood ini, wanita lebih mendalam ketimbang pria,”.

Penyusunan Sejarah Islam di Hawaii

Sejarah Islam di Hawaii dikumpulkan lagi oleh Mona Darwich, dosen senior di University of Hawaii, dalam tesisnya yang berjudul Inside and Outside the Mosque: Oral Histories of Hawaii’s Muslims. Dia menuliskan tesisnya setelah mengumpulkan banyak bahan pustaka dan mewawancarai 33 orang nara sumber. Ia juga mendokumentasikan puluhan pemuda yang tengah belajar Islam dan memfilmkan kisah Achmed Djuneid, seorang remaja Muslim di Hawaii.

Wawancara juga dilakukannya melalui email para mahasiswa yang dulu mendirikan organisasi Muslim Hawaii sudah kembali ke negaranya masing-masing. Dua di antaranya adalah Dr Makhdoom Shah, asal Kuwait dan Dr Pramudita Anggraita, asal Indonesia.***(habis)

Baca Juga

Sabtu, 22 Juli 2017

Masjid Manoa Satu Satunya di Hawaii (Bagian 1)

Masjid di Manoa, Hawaii, tidak mirip masjid ?. tentu saja karena memang bangunan ini merupakan gedung yang dibeli oleh asosiasi muslim Hawaii dan kemudian di jadikan masjid tanpa mengubah bentuk aslinya.

Hawaii adalah negara bagian Amerika yang ke-50. Terletak di area tropis di tengah-tengah Samudra Pasifik, Hawaiii berpenduduk lebih kurang 1,200,000 jiwa dengan komposisi penduduk ras Asia (Jepang, China, Filipina dan Vietnam) sebanyak 42%, sementara kulit putih sebanyak 27% dan warga asli Hawaii hanya 10%. Sisanya merupakan bangsa lain seperti Timur Tengah dan ras kulit hitam, termasuk diantaranya mengaku memiliki dua atau lebih ras, hasil pernikahan antar ras di Hawaii sejak masa lampau. Dari total penduduk Hawaii, diperkirakan terdapat lebih kurang 3,000 orang Muslim di Hawaii.

Masjid Manoa merupakan satu-satunya masjid yang ada di Hawaii dikelola oleh Muslim Association of Hawaii (MAH). Lokasinya berada di pulau Oahu, pulau tempat kota Honolulu berada. Saat ini beberapa warga muslim di pulau-pulau lain sedang menjajaki upaya untuk membangun Masjid untuk komunitas Muslim di sana. Bangunan masjid yang tidak seperti bangunan masjid yang biasa kita kenal ini memiliki sejarah yang cukup panjang dan cukup menarik bahwa dalam proses kelahiran masjid dan organisasi Islam di Hawaii ini ada peran serta muslim dari negara negara asia termasuk dari Indonesia.

Muslim Association of Hawaii
1935 Aleo Pl, Honolulu, HI 96822
situs resmi : www.iio.org



Berdirinya Asosiasi Muslim Hawai

Asosiasi Muslim Hawai atau Muslim Association of Hawaii (MAH), sebelumnya dikenal dengan nama Asosiasi Mahasiswa Muslim Hawai atau The Muslim Student Association (MAS), sudah memulai aktivitas mereka di Hawai sejak lebih dari 30 tahun yang lalu.

The Muslim Student Association (MSA) merupakan organisasi yang dibentuk oleh sekelompok mahasiswa muslim di University of Hawaii di Manoa, para mahasiswa muslim ini berasal dari berbagai Negara seperti India, Pakistan, Afghanistan, Indonesia, Malaysia dan dari negara negara Timur Tengah.

Secara tidak resmi Organisasi tersebut sudah eksis sejak tahun 1968, merujuk kepada the Honolulu Advertiser (10/23/1973 ). Pada masa itu muslim Hawai menyelenggarakan sholat berjamaah di seuah cottage di kawasan East West Center sebelum kemudian berdirinya Masjid di Manoa.

Seperti bangunan tempat tinggal biasa dan seperti kebanyakan bangunan di pulau Hawaii, hanya interiornya saja yang disesuaikan sebagai ruangan masjid. Bangunan masjid di Manoa ini menjadi satu satunya masjid di Hawaii sampai saat ini.

Pada tanggal 23 Juli 1979 The Muslim Students' Association of Hawaii, secara resmi menjadi organisasi muslim pertama yang mewakili muslim di Hawai. Sekitar 90% anggota organisasi ini tidak lagi berstatus sebagai mahasiswa, namun demikian merujuk kepada Makhdoom Shah pimpinan organisasi ini saat itu, nama organisasi ini tetap dengan nama lamanya karena pada dasarnya setiap muslim diperintahkan untuk senantiasa belajar sepanjang hidupnya. (Honolulu Star Bulletin, 09/11/79: E14).

Peran Muslim Asia dan Indonesia

Sebagaimana dinyatakan di dalam draf anggaran dasar pertamanya, disebutkan bahwa organisasi ini didirikan oleh: Najibullah Lafraie, James Abdullah Raushy, Saad Abdul Rahim (Haji Saad Abdul Rahim Shih Ming Wang), Abdul Haq, Makhdoom Shah, Nasir A. Saidy, Mohammad Yusuf Popal, Mohammad Bilal Farooq, Mohammad Haniff, Pramudita Anggraita, Hussain Haikal Latif, Abdul Zainal, M. Asad Khan, Nazir Ahmad, Mohammad Ashraf dan Zamir Uddin. (tentunya dengan mudah anda menemukan nama muslim Indonesia dari deretan nama tersebut.

Pada tahap awal The Muslim Student Association of Hawaii berkantor di P.O. Box 2028, 1777 East-West Road, Honolulu, Hawaii 96848 as of July 23, 1979. (Hawaii State Archives/Government Records Collection Hawaii Corporations (Dissolved) Case Files [series 158] Muslim Students Association of Hawaii, Inc., File no. 40625D2 [1990 MFL 81]).

Haji Saad Abdul Rahim Shih Ming Wang pada saat itu merupakan Imam dan pimpinan spiritual Muslim Hawaii pertama adalah pria kelahiran Cina, pensiunan diplomat karir yang sebelumnya bertugas di Arab Saudi dan Kuwait, lulusan Universitas Al Azhar Kairo. Dari deretan nama di atas anda terdapat mahasiswa Indonesia, Pramudita Anggraita, yang dikemudian hari kembali ke tanah air dan menjabat sebagai Deputi Bidang Penelitian Dasar dan terapan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN).***

Bersambung ke Bagian 2

Sabtu, 15 Juli 2017

Masjid Islamic Center Santa Ana

The Islamic Center Santa Ana

Dibangun oleh Muslim Champa di Amerika Serikat

Terusir dari kampung halaman dan dari tanah kelahiran, tak memadamkan cahaya Islam dari muslim champa di Santa Ana, California, Amerika Serikat ini. Puluhan tahun lalu mereka dan keluarganya mengungsi ke Amerika Serikat untuk menyelamatkan diri dan kini komunitas muslim Champa ini tetap mempertahankan ke-Islaman mereka dan lebih dari itu mereka mampu menebarkan cahaya Islam kepada komunitas warga Amerika Latin yang juga tinggal di lingkungan mereka.

Kini sebuah Masjid dan Islamic Center sudah berdiri sebagai pusat aktivitas ke-islaman mereka, tidak hanya bagi muslim Champa namun juga di gunakan dan dikelola bersama sama dengan muslim Amerika Latin. Masjid dan Islamic Center ini juga telah menjadi rumah pemersatu bagi Muslim Champa dan Muslim Amerika Latin sekaligus menjadi masjid pertama di wilayah selatan California yang menggunakan Bahasa Spanyol (yang merupakan Bahasa warga Amerika Latin) sebagai salah satu Bahasa pengantar di masjid mereka.

Islamic Center Of Santa Ana
1602-1610 E First St, Santa Ana
CA 92701 Amerika Serikat



Sejarah Muslim Champa di Amerika

Di awal tahun 1980-an gelombang besar pengungsi Kamboja melarikan diri dari negara mereka ke Amerika Serikat untuk menghindari apa yang disebut oleh dunia internasional sebagai “killing fields” atau ladang pembantaian, sebuah pembunuhan masal paling menakutkan dalam sejarah Indocina yang dilakukan oleh rezim komunis Khmer Merah pimpinan Pol Pot.

Banyak dari mereka yang kemudian datang ke Orange County dan tinggal di kawasan Minnie Street di Santa Ana, California, menempati apartemen dengan sewa murah di kawasan tersebut. Di tahun 1982, lima dari pengungsi Kamboja ini membentuk the Indo-Chinese Muslim Refugee Association of the United States (IMRA) bersama dengan beberapa anggota lainnya.

Mereka mengumpulkan berbagai sumberdaya, menyewa sebuah apartemen kecil dan mulai bahu membahu membantu warga muslim Kamboja lainnya yang tinggak di kawasan tersebut. Termasuk memberikan kursus Bahasa inggris gratis, konsultasi gratis serta menjadi penterjemah dadakan bagi para tetangga mereka yang tidak mampu berbahasa Inggris.

Di tahun 1983 mereka menerima dana tunjangan untuk pertama kalinya sebesar $64,000 dari Kantor Federal Urusan Penempatan Pengungsi Amerika Serikat (Federal Office of Refugee Resettlement) untuk tunjangan kerja, dan program tersebut berlanjut baik cakupan maupun nilai nya.

The Islamic Center Santa Ana sebelumnya merupakan bangunan tempat pemulasaran jenazah.

Seiring perjalanan waktu, kebutuhan komunitas pun kemudian ditambahkan ke dalam program tersebut termasuk berbagai macam jenis pelatihan, program selepas jam sekolah bagi remajam pendidikan usia dini hingga ke akses kesehatan dan resolusi trauma.

Beberapa tahun berlalu lembaga yang dibentuk oleh muslim kamboja ini tidak saja semata mata mengurusi warga Kamboja saj, namun juga merambah menangani pengungsi dari wilayah lainnya termasuk dari Vietbam, Laos, Iran, Iraq, Afganistan, Rusia, Ukraina, Bosnia, Ethiopia dan Somalia.

Organisasi ini menjalin kerjasama dan saling dengan para klien serta lembaga lembaga terkait, sejak memulai aktivitas mereka di tahun 1983 hingga saat ini, lembaga tersebut telah menangani penyaluran dana lebih dari $20,000,000 baik dari individu maupun dari public yang digunakan untuk membantu ribuan pengungsi mendapatkan pekerjaan, memperbaiki taraf mereka dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik termasuk program kesehatan, peningkatan pengetahuan, kemampuan keluarga pengungsi.

Lima belas keluarga Muslim Kamboja di Santa Ana pada awalnya menggunakan sebuah ruangan kecil di apartemen sebagai mushola di lingkungan apartemen sewaan tempat tinggal mereka. Komunitas muslim ini kemudian secara pasti terus berkembang seiring dengan bergabungnya para pengungsi Kamboja dari daerah lainnya pindah ke Santa Ana agar dapat hidup berdekatan dengan saudara sedaerah dengan Bahasa, suku, tradisi dan agama yang sama. Dan mushola kecil itupun sudah tak mampu lagi memadai.

Membangun Masjid dan Islamic Center Santa Ana

Masjid dan Islamic Center Santa Ana ini memang tidak mirip sama sekali dengan bangunan masjid yang biasa kita kenal. Harap maklum, karena memang bangunan tersebut dulunya adalah sebuah bangunan tempat pemulasaran jenazah yang kemudian dibeli oleh komunitas Muslim Kamboja dan dirombak menjadi masjid dan pusat ke-Islaman, dan baru di buka sekitar sebulan yang lalu (Juni 2017) dan diberi nama The Islamic Center of Santa Ana (ICSA), dan tidak saja diperuntukkan bagi muslim Champa Kamboja namun juga menjadi rumah bagi Muslim Amerika Latin.

Interior Masjid Islamic Center Santa Ana

35 tahun setelah itu, Komunitas muslim Kamboja ini bersama sama menggalang dana untuk membeli bekas gedung pemulasaran jenazah yang sudah tidak terbengkalai untuk dijadikan masjid. Gedung pemulasaran jenazah yang sudah lama terbengkalai tersebut kemudian di renonasi dan ubah fungsi menjadi masjid dan Islamic Center, seluruh proses renovasi selesai dan mulai digunakan bulan lalu.

Merangkul Warga Latin

Sekitar 78% warga Santa Ana merupakan para imigran dan keturunan Amerika Latin dan sehari hari menggunakan Bahasa Spanyol selain Bahasa Inggris. menyadari hal itu IMRA melaui ICSA melakukan langkah langkah pendekatan kepada lingkungan mereka yang mayoritas berasal dari Amerika Latin tersebut, dan hal tersebut membuahkan hasil.

Seiring berjalannya waktu da’wah yang dilakukan muslim Champa ini telah menarik perhatian warga Latin di Santa Ana, kini menjadi pemandangan biasa di masjid dan di Santa Ana bila ada kegiatan peribadatan ataupun aktivitas sosial terjadi pembauan antara muslim Champa dan muslim Amerika Latin. Bahkan di masjid Islamic Center Santa Ana juga menggunakan Bahasa latin sebagai salah satu Bahasa pengantar dan Bahasa khutbah sholat jum’atnya.

Tidak saja aktivitas peribadatan, ICSA juga mengorganisir beragam aktivitas sosial seperti yang paling populer mengorganisir dapur umum gratis untuk warga sekitar dan mengadakan Taco Trick Iftar, semacam mobil rumah makan bergerak untuk melayani muslim untuk berbuka puasa yang dikelola bersama sama oleh muslim Champa dan Muslim Latin Jemaah Masjid dan ICSA ini.

Pembauran dan persatuan muslim Champa dengan Muslim Latin ini terjadi secara alamiah. Warga Amerika Latin merupakan minoritas di AS, dan muslim Champa yang hidup Santa Ana ditengah tengah warga Latin ini dengan sendirinya menjadi kaum minoritas ditengah minoritas. Dan digunakannya Bahasa Spanyol sebagai Bahasa pengantar di Masjid dan Islamic Center Santa Ana, menjadi magnet tersendiri bagi warga Latin di Santa Ana.***

Baca Juga

Sabtu, 02 Juli 2016

Masjid Diyanet Center of America

Mengahdirkan Turki di Amerika. Komplek Kuliye ini selain berdiri bangunan masjid khas Turki juga dibangun rumah tempat tinggal dan bangunan pendukung lainnya yang semuanya berarsitektur khas Turki, sehingga seakan akan menghadirkan Turki di Amerika.

Masjid Agung Bergaya Usmaniyah Terbesar Pertama di AS

Sabtu 2 April, Presiden Turki, Recep Tayyip ErdoÄŸan meresmikan Islamic Center pertama di wilayah Maryland-Amerika dengan pendanaan 100% dari pemrintahTurki. Komplek Islamic center yang dalam istilah Turki disebut Kulliye ini mencerminkan pemikiran dari dunia Islam. Dengan pemahaman untuk membangun sebuah kota Islam Turki kuno di Amerika. Struktur kota klasik dari masa Emperium Islam Usmaniyah menjadi unggulan bagi masjid yang menjadi pusat untuk kota yang dibangun di sekitarnya.

9704 Good Luck Rd
Lanham, MD 20706
Amerika Serikat


Keseluruhan komplek Kuliye ini seluas 60.000 meter persegi (64.600 kaki persegi). Bangunan masjid menjadi pusatnya dibangun di atas lahan seluas 879 meter persegi (9.461 kaki persegi) dan dilengkapi dengan halaman yang cukup besar untuk menampung sekitar 3.000 jamaah pada waktu yang sama, dilengkapi juga dengan taman Islam khas Turki di depannya, tepat di sebelahnya, ada pusat budaya, yang merupakan harmoni antara arsitektur klasik dan modern. Pusat kebudayaan meliputi perpustakaan, ruang konferensi dan pameran, sebuah aula pertemuan dan ruang penyambutan.

Bangunan masjid megah dalam komplek Islamic Center ini dibangun dengan arsitektur Imperium Usmani abad ke 16 yang sangat khas ditandai dengan bangunan berukuran tinggi besar dengan Kubah berukuran besar di atapnya ditambah dengan dua bangunan menara lancip tinggi menjulang seperti sebatang pensil yang diraut runcing di bagian ujungnya. Ornamen Bulan Sabit menjadi ciri khas lainnya dari semua bangunan masjid Khas Turki Usmani.

Taman di depan masjid

Sedangkan Gedung Pusat Budaya yang terdapat di dalam komplek Islamic Centers ini dibangun dengan model khas arsitektur Imperium Islam Seljuk abad ke 11, yang terdiri dari ruang perpustakaan, ruang konferensi, ruang-ruang pameran, ruang-ruang meeting, dan ruang khusus untuk penyambutan para tamu.

Ada juga Pusat Penelitian Islam dalam gedung yang akan memberikan layanan konsultasi untuk mahasiswa sarjana dan pascasarjana yang berasal dari Turki di  AS. Ada juga Museum Seni Islam seluas 300 meter persegi (3.229 kaki persegi)  di bawah masjid dan 10 rumah tradisional Usmaniyah, di mana para tamu dapat menginap. Rumah-rumah di kompleks dibentuk seperti lingkungan Islam Turki. Komplek ini juga dilengkapi dengan pemandian tradisional Turki (Hamam) untuk pria dan wanita, kolam renang, ruang serbaguna, dan sebuah kompleks olahraga dalam ruangan. Masjid di komplek islamic center atau Diyanet Center atau kuliye ini menjadi masjid terbesar di Amerika Serikat.

Riwayat Pembangunan

Pembangunan komplek ini dimulai tahun 1990 dengan pembelian tanah rawa rawa oleh Turkish Presidency of Religious Affairs, sedangkan rancangan bangunnannya ditangani oleh arsitek Turki, Muharrem Hilmi Senalp. Proyek konstruksinya dimulai tahun 2009 dengan proses pembangunan

Pelataran tengah lengkap dengan area tempat wudhu nya

Dalam membangun masjid, Dinasti Usmaniyah menggunakan sistem pengukuran yang disebut yard Turki yang digunakan selama beberapa masa bahkan oleh Republik Turki yang baru didirikan setelah keruntuhan Dinasti Usmani. Sistem satuan pengukuran tersebut digunakan dalam pembangunan komplek kulliye di Maryland ini disebut sebut untuk mematuhi gaya tradisional.

Meskipun bekerja sama dengan perusahaan AS untuk pembangunan kulliye, semua bahan material diangkut melalui laut atau udara dari Turki. Semua tenaga ahli juga datang dari Turki untuk membangun kompleks ini. Bahkan seni dan kerajinan pada kulliye dikerjakan oleh pengrajin Turki yang sangat istimewa dengan menggunakan teknik kuno dan hampir punah.

Ada banyak koordinasi dengan otoritas AS tentang rincian arsitektur dalam membangun kompleks dimana struktural seperti ini belum pernah ada sebelumnya di Amerika, yang menjadikan proyek pembangunan komplek ini terbilang cukup unik.

Di dalam masjid 

Wapres JK Ikut Meresmikan

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla hadir dan ikut meresmikan Dinayet Center of America ini bersama dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Sabtu, 2 April 2016. Kehadiran Wapres Jusuf Kalla dalam peresmian Dinayet Center of America ini usai mengikuti Nuclear Security Summit (NSS/KTT Keamanan Nuklir) yang berlangsung di Washinton DC pada 31 Maret-1 April 2016. Dimana Erdogan juga ikut dalam KTT tersebut. NSS saat ini beranggotakan 52 negara (termasuk Indonesia) dan 4 Organisasi Internasional.

Kritik Erdogan

Dalam upacara peresmian yang dipadati ribuan orang di halaman masjid ini, Erdogan sempat melontarkan penyataan yang cukup keras dengan menyebut “masih ada orang orang yang berjalan berkeliling dan menyebut muslim sebagai teroris” sebuah pernyataan yang oleh banyak pihak disebut sebut sebagai kritisi terhadap para elit dan masyarakat Amerika.

Beliau menyalahkan kandidat presiden yang disebutnya turut menyebarkan sentimen anti Islam dalam masyarakat Amerika. Pernyataan tersebut mengesankan ditujukan kepada capres dari pantai Republik, Donald Trump yang dalam kapanyenya menyerukan “pelarangan sementara bagi masuknya muslim ke Amerika”. Bahkan kolega dekatnya. Ted Cruz – meminta polisi di negara tersebut untuk berpatroli di lingkungan muslim di Amerika.

Pak JK bersama Erdogan meresmikan masjid Turki di Amerika

“suatu yang sangat menarik perhatian dan sangat mengejutkan, bahwa beberapa kandidat presiden di Amerika Serikat menggunakan Alegasinya dan menggunakan Label yang melekat pada diri mereka untuk melawan Ummat Islam secara terbuka dan secara berkelanjutan.” Ungkapnya. “tidak ada kaitan terorisme dengan komunitas muslim, bahkan faktanya komunitas muslim justru berkontribusi membangun kekuatan Amerika Serikat” imbuhnya dan “komunitas muslim sudah menjadi elemen primer masyarakat Amerika” tambahnya.

Pemerintah Turki dibawah pemerintahan Erdogan tekenal sangat agresif mengkampanyekan Islam ke seluruh dunia, salah satunya dengan mendanai proyek pembangunan masjid di berbagai negara termasuk di negara negara dengan komunitas muslim yang minoritas. Di dalam negeri Turki sendiri pemerintahannya gencar mengupayakan mengembalikan fungsi Hagia Sophia sebagai masjid setelah lebih dari 80 tahun di alih fungsi menjadi museum oleh Kemal Attaturk paska penggulingan Khalifah Islam terahir yang berpusat di Istambul pada tanggal 3 Maret 1922, dan kemudian mendirikan Republik Turki yang sekuler.***

Sisi Kiblat 
------------------------

Baca Juga



Sabtu, 26 Maret 2011

Masjid Islamic Cultural Center (ICC) New York City, Amerika Serikat

Masjid Islamic Cultural Centre New York City.

Imam masjid main film layar lebar ? kenapa tidak !. meski aneh dan langka tapi ini betul betul terjadi. Adalah imam Masjid Islamic Cultural Center (ICC) New York City yang diminta bantuan oleh produser film Turki untuk mengambil bagian di salah satu adegan dengan durasi cukup lama di dalam film Five Minaret in New York (New York’Ta Bes Minare). Film tersebut berkisah tentang pria muslim Turki yang menjadi buronan dinas rahasia. Pelariannya ke New York City dan singgah sholat di Masjid ICC berujung pada penyerbuan oleh pasukan FBI ke masjid tersebut. Di adegan itulah imam masjid sungguhan ini diminta bantuan untuk memerankan dirinya sendiri berhadapan dengan arogansi pasukan FBI.


Imam Syamsi Ali
Cukup membanggakan karena imam masjid tersebut adalah seorang cendekiawan muslim Indonesia yang tinggal di New York City. Beliau adalah Ustadz Muhammad Syamsi Ali, M.A, Pria kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan, 5 Oktober 1967 ini di amanahi tiga jabatan prestisius sekaligus : sebagai salah satu Imam di Masjid ICC New York City, Board of Director Masjid Indonesia di New York City dan juga sebagai Direktur dari Jamaica Muslim Center. Dan sudah sejak lama beliau menjadi salah satu tokoh muslim paling berpengaruh di Amerika Serikat.

Alamat dan Lokasi Masjid ICC New York City

1711 3rd Ave
New York, 10128, United States


Masjid Islamic Cultural Center (ICC) New York merupakan bangunan pertama yang didirikan sebagai Masjid di New York City. Masjid ini mengandung dua elemen utama yang sudah menjadi simbol universal sebuah tempat ibadah ummat Islam yakni menara dan kubah masjid. Di dalam masjid dilengkapi dengan mihrab, menghadap ke Ka’bah di Mekah sebagai kiblat, menjadikan bangunan masjid ini miring sekitar 29 derajat terhadap poros jalan Manhattan, memberikan halaman luar di depan masjid tempat jemaah bekumpul. Bentuk geometris masjid ini didasarkan pada syariah islam yang melarang bentuk mahluk hidup. Karenanya ornamen masjid kemudian menggunakan kaligrafi asma Allah dalam bentuk bentuk geometris, menghasilkan perpaduan tradisi kuno Islam dengan rancangan dan material masa kini.

Masjid ICC New York dibangun lengkap dengan kubah dan
 menara yang menjadi simbol masjid secara universal
Masjid ini tepat berada di tengah tengah kota New York pada titik koordinat 74°45' bujur barat dan 40°56' lintang utara. Kota mekah berada di titik koordinat 39°49' E and 21°27' N. bila dilakukan hitungan matematika akan didapati bahwa arah masjid adalah arah perjalanan sepanjang permukaan bumi langsung diatas garis lurus menghubungkan kota New York ke Mekah melewati lempeng padat bumi. Rute yang biasa disebut sebagai geodesi atau great circle route dan mencerminkan jarak terpendek diantara dua titik pada permukaan kurva atau bahkan antara dua titik pada kurva ruang jagad raya.

Latar belakang pendirian Islamic Center New York

Islamic Cultural Center New York merupakan organisasi keagamaan dan kebudayaan yang didirikan awal tahun 1960-an sebagi sebuah institusi Islam yang terdiri dari masjid, sekolah, perpustakaan, ruang kuliah, musium dan tempat tinggal imam masjid. tujuan pembangunan ICC ini termasuk untuk (1) memberikan pelayanan kepada komunitas Muslim disekitar Manhattan secara khusus dan warga muslim Amerika umumnya, dengan memenuhi kebutuhan mereka akan tempat ibadah termasuk ruang kelas untuk membantu mereka bersama anak anak mereka mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang Islam yang mereka anut. (2). Memberikan pencerahan opini publik Amerika tentang kebenaran Islam, baik itu ajaran, ideologi, filosofi, budaya dan tentang negara negara Islam. (3) Memberikan panduan keislaman kepada komunitas Muslim Amerika, meluruskan opini keagamaan yang benar dan hukum Islam terhadap kehidupan beragama, budaya serta pertanyaan pertanyaan kritis terkait khidupan sosial dan budaya. (4) mempromosikan pemahaman yangbaik serta hubungan yang bersahabat antara muslim dan non muslim.

Bendera Amerika di Masjid ICC New York 
Sejak awal pendiriannya ICC New York ini memiliki keistimewaan tersendiri. Di urus dan di awasi oleh para duta besar negara Islam yang memiliki perwakilan resmi mereka di PBB yang membentuk dewan pembina masjid ini. Hal ini pula yang memberikan Masjid ICC posisi yang sangat prestisius diantara organisasi orgaisasi Islam, mengingat ICC merepresentasikan sikap religius demi sebuah konsensus bersama bagi kepentingan Islam yang lebih besar dalam komunitas muslim global, sehingga mendapatkan dukungan penuh dari masing masing negara Islam tempat anggota dewan pembina berasal.

Sejarah Masjid ICC New York City

Di awal tahun 1960-an ICC memulai fungsi dan aktivitasnya dalam skala kecil di sudut pertemuan jalan antara 72nd street dan Riverside Drive di kota yang paling modis di bumi ini.  Namun kemudian dewan pembina berkeinginan untuk membangun sebuah pusat Islam yang impresiv dalam upaya untuk lebih menyesuaikan kedudukan lembaga prestisius ini dan menyadari betapa pentingnya peran Islam dalam kehidupan masyarakat. Dan juga untuk menjadikannya sebagi salah satu landmark baru bagi kota New York. Dan tentu saja sebagai langkah awal dari keseluruhan proyek pembangunan komplek Islamic Center tersebut, bangunan masjid lah yang terlebih dahulu dibangun, baru kemudian menyusul pembangunan sekolah, perpustakaan, musium dan ruang kuliah.

Menara masjid ICC New York menjulang meski
kalah tinggi dengan gedung gedung pencakar
langit disekitarnya 
Masjid ICC New York dirancang oleh sebuah firma yang cukup prestisius di Amerika, Skidmore, Owing & Merrill (SOM), selesai dibangun tahun 1991. proyek pembangunan masjid ini mencerminkan upaya untuk menemukan bentuk yang mampu memberikan keramahan kepada khususnya kepada ummat Islam dan umumnya kepada masyarakat sekitar. Sejarah pembangunan masjid ini tak terlepas dari keterkaitan antara hasil arsitektural dan budaya politik dari sebuah identitas. Masjid ini dirancang untuk digunaan oleh warga muslim New York city di area metropolitan yang terdiri dari tokoh tokoh muslim kalangan atas yang terdiri dari para diplomat serta lain nya yang terkait dengan kantor PBB, Kantor konsulat dan kantor dagang disana.

Pemerintah Kuwait, Arab Saudi dan Libya membeli lahan untuk masjid ini di tahun 1966 dan pemerintah Kuwait yang menjadi penyumbang terbanyak bagi dana pembelian lahan tersebut sejak tahun 1981. pada mulanya proyek masjid ini diserahkan kepada arsitek Ali Dadras warga Amerika keturunan Iran yang kemudian membuat sebuah rancangan masjid tradisional lengkap dengan halaman tengah serta taman masjid. namun kemudian di pertengahan 1980-an dewan pembina ICC berkeinginan lain, mereka lebih memilih masjid dengan gaya kontemporer. Sejak itu pembangunan diserahkan kepada SOM, yang memiliki catatan panjang keterlibatan dengan arsitektural di dunia Islam termasuk merancang terminal haji, National Commercial Bank dan King Al-Aziz University yang kesemuanya di kota Jedah Arab Saudi. Termasuk juga menangani proyek proyek besar di Arab Saudi, Kuwait dan Bahrain.

Puncak menara Masjid ICC New York berlatar
gedung tinggi Manhattan
Selama dalam tahap rancangan, dewan Pembina ICC menunjuk dua komisi penasehat, yang pertama terdiri dari para tokoh tokoh dari komunitas muslim di New York dan yang kedua adalah para arsitek yang kebanyakan dari mereka adalah non muslim. Perdebatan terjadi ketika akan merumuskan rupa masjid ini. Kalangan arsitek menginginkan masjid berarsitektur abad ke 21. namun tokoh muslim mengingikan bangunan masjid yang mereka ulang gaya masjid tradisional Islam dengan sentuhan motif motif kesejarahan.

Kalangan arsitek pada ahirnya meminta SOM untuk bebas berkarya dalam mereka bentuk masjid tersebut termasuk motif yang akan digunakan namun tetap menghormati syariah. Dan Arsitek SOM, Michael McCarthy memilih untuk mengikuti saran para arsitek. Dalam wawancara dengan Architectural Record bulan Agustus 1992, beliau mengatakan bahwa keputusannya tersebut didasari kenyataan sejarah bahwa Islam selalu menyerap kearifan lokal dalam hal teknik bangunan dan material terbaik dengan segala kehati hatian dengan bentuk bentuk geometric, tata ruang dan penyempurnaannya. Itu sebabnya McCarthy mensenyawakan rancangan tradisonal dengan hal hal terbaik yang ditawarkan oleh abad ke 21.

Masjid ICC New York terlihat mungit dibandingkan gedung gedung jangkung dilatar belakangnya.

Di ujung perdebatan ahirnya lahirlah sebuah rancangan masjid yang menyerap unsur masjid tradional yang biasa kita kenal lengkap dengan Kubah besar dan menara namun dengan sentuhan abad 21 dalam rancang gaya rancang bangun, dalam penggunaan teknologi, material, dan sebagainya. SOM tidak merancang masjid ini dengan menara, namun komunitas muslim menginginkan sebuah menara sebagai pelengkap bangunan masjid ini. Ditunjuklah Kantor arsitek Seanke Hayden Connel untuk merancang bangunan menara dimaksud. Dan kepala designer nya adalah Alton Gürsel, arsitek Amerika keturunan Turki. Alton Gürsel merancang 9 bentuk menara sebelum ahirnya dipilih salah satunya. Sebuah menara dengan bentuk abstak dan kontras dengan dinding masjid yang masif, bebas dari pengaruh bentuk menara masjid era manapun, tinggi nya hampir tiga kali lipat dari bangunan masjid, ramping dan sederhana memberikan tambahan kesan elegan kepada keseluruhan proyek masjid tersebut.

Pembangunan menara ini turut didanai oleh David Rockefellar, yang menyumbangkan sejumlah besar dana bagi terwujudnya pembangunan menara masjid tersebut. Menara masjid ini lebih mencerminkan sebuah identitas daripada fungsinya sebagai sebuah menara, karena memang azan tak diperkenankan untuk diperdengarkan dari menara. Sebagaimana disebutkan dalam plakat pembangunan masjid yang diletakkan di dinding bawah menara, peletakan batu pertama pembangunan masjid ICC New York dilakukan pada tanggal pada tanggal 15 Safar 1409 H atau bertepatan dengan tanggal 26 September 1988 oleh Sheikh Jaber Al-Ahmad Al-Sabah, Kepala Negara Kuwait. Dan keseluruhan proyek masjid ICC new York mulai difungsikan tahun 1991

Aktivitas Masjid ICC New York

Sejak masjid resmi digunakan tahun 1991, masjid ini sudah menjalankan fungsinya melayani jemaah melaksanakan sholat wajib lima waktu sehari semalam serta ibadah sholat Jum’at. Sholat jum’at di New York dilaksanakan antara pukul 12:30 hingga 13:30 di musim dingin. Sedangkan di musim panas waktu sholat jum’at bergeser ke pukul 13:00 hingga 14:00. sholat jum’at juga dilaksanakan dalam waktu yang sama di masjid lama yang berlokasi di One Riverside Drive, di west 72nd Street. Dan tentu saja Masjid ICC ini juga menyelenggarakan sholat taraweh di bulan Ramadhan dan dua sholat hari raya.

Masjid ICC New York City.

Aktivitas dan layanan lain dari masjid ICC dilaksanakan oleh Imam Masjid beserta jajarannya, selain memimpin sholat berjamaah tapi juga memberikan jawaban terhadap pertanyaan pertanyaan yang ditujukan ke Masjid ICC baik dari invidu maupun dari kelompok kelompok masyarakat melalui surat, telepon, tatap muka langsung dengan para imam baik dari kalangan muslim maupun non muslim. Termasuk juga menerima kunjungan kunjungan dari departemen dan lembaga pemerintah, otoritas militer, penjara, anggota kongres, wartawan sampai ke para pengacara.

Pelayanan masjid juga termasuk melayani kunjungan dari berbagai institusi agama dan pendidikan, merespon undangan dari sekolah sekolah, gereja dan sinagog untuk memberikan kuliah dan ceramah umum tentang Islam, juga berpartisipasi dalam dialog lintas gama, memberikan informasi dan instruksi tentang Islam kepada pihak pihak terkait baik individu maupun kelompok kelompok masyarakat di setiap ahir pekan, penyelenggaraan pernikahan, konseling keluarga, membantu pasangan pasangan suami istri dalam menyelesaikan masalah rumah tangga, penyelenggaraan dan supervisi proses pemakaman, mempromosikan hubungan sosial kemasyarakatan dan penyelenggaraan aktivitas kebudayaan Islam.

Interior Masjid ICC New York City.

Kelas hari ahad

Kelas hari ahad untuk anak anak dan dewasa juga terbuka bagi non muslim yang berminat, serta diselenggarakan di lantai dasar gedung masjid. kelas Ahad diselenggarakan antara pukul 10:00 hingga pukul 12:30 selama musim dingin sedangkan selama musim panas diselenggarakan antara pukul 11:00 hingga pukul 13:00. Kelas tersebut berjalan dengan sangat baik. Semua peserta diberikan pencerahan yang beragam, termasuk baca tulis Al-Qur’an dan bahasa Arab, dan pengetahuan Islam secara umum yang menyentuh langsung aspek aspek kehidupan baik keagamaanm, sosial dan budaya.

Ramainya peserta yang begitu antusias di setiap penyelenggaraan kelas ahad ini sekaligus mencerminkan keinginan yang besar dari komunitas muslim setempat untuk lebih mengenal ajaran Islam. Hal itu yang menggugah pengurus Masjid ICC New York untuk membangun sebuah gedung permanen untuk keperluan tersebut. Dan  sebagaimana disampaikan oleh chairman dari Board of Trustees Masjid ICC New York H.E. Mansour Al-Otaibi, tahapan perencanaan pembangunan sudah mencapai tahapan final dan Isnya Allah permulaan pembangunan akan dilaksanakan pada bulan September 2011.  

Interior Masjid ICC New York City.

Kelas Sabtu

pertama, kelas khusus untuk ahwat yang ingin belajar hal hal yang mereka tentukan sendiri di jam jam penyelenggaraan yang berbeda dimulai setiap pukul 11:00 lalu dilanjutkan (kadang kadang) hingga tiba waktu magrib. Apresiasi dan penghargaan yang tinggi bagi para ahwat yang dengan sukarela menjadi pengajar dan berbagi ilmu di kelas kelas tersebut.

Kedua, disiapkan kelas khusus yang disebut dengan Islamic Forum untuk non Muslim dan Mualaf yang diselenggarakan setiap hari sabtu mulai jam 13:00 hingga sekitar pukul 16:00. kelas yang terbuka bagi non muslim dan mualaf mana saja yang berminat, dan tentu saja kelas ini menjadi kelas inklusif. Diskusi di kelas khusus ini mulai dari masalah teologi hingga isu isu sosial dalam Islam.***