Tampilkan postingan dengan label rindu masjid. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rindu masjid. Tampilkan semua postingan

Senin, 02 Mei 2016

Islamic Center Al-Nour Hamburg

Setelah selama 20 tahun sholat berjamaah di garasi, muslim di Horn, Hamburg, ahirnya memiliki sebuah masjid yang layak dari sebuah bangunan gereja yang sudah tidak digunakan lagi karena sepi Jema'ah.

Gereja Menjadi Masjid

Masjid Islamic center Al-Nour Hamburg Jerman, pada awalnya adalah Gereja Lutheran Capernaum (Kapernaumkirche) yang berada di distrik Horn pusat kota Hamburg, Jerman. Bangunan yang merupakan salah satu situs budaya kota Hamburg sudah terbengkalai sejak tahun 2002 dikarenakan masalah finansial karena merosotnya jumlah jema’ah. Piano serta lonceng Gereja sudah diserahkan ke komunitas lain. Di tahun 2004 bangunan gereja tersebut kemudian dibeli oleh komunitas muslim Harmburg yang tergabung dalam Al-Nour Islamic Center dan di konversi menjadi masjid.

Perubahan fungsi bangunan dari bangunan Gereja menjadi Masjid memang bukan hal yang mudah terlebih lagi bangunan tersebut merupakan salah satu cagar budaya, Konsultasi dengan otoritas cagar budaya senantiasa dilakukan sebelum dan selama proses rekonstruksi bangunan. Perubahan mendasar mau tidak mau dilakukan di bagian dalam bangunan, altar serta ornamen lainnya dibongkar diganti dengan kaligrafi Islam, orientasi bagian dalam pun berubah menghadap ke arah kiblat setelah sebelumnya ber-orientasi ke arah utara. Pembangunan area mihrab dan mimbar, perubahan sistem pemanas ruangan, tata cahaya dan tata suara, pembuatan tempat wudhu, pemasangan karpet dan sebagainya. Ditambahkan juga area mezanin sebagai tempat khusus untuk jemaah akhwat untuk memisahkannya dari jemaah Ikhwan.

Sekeliling dinding bangunan ini dilengkapi dengan jendela jendela kecil dengan hiasan mozaik kaca patri,

Beberapa pernik bangunan ini tetap dipertahankan seperti mozaik abstrak kaca patri karya seniman Claus Wallner (1926 - 1979 suami dari Ursula Querner) tetap dipertahankan di bagian celah lobang angin bebentuk sarang lebah di hampir sekeliling tembok bangunan, yang juga berfungsi sebagai jendela jendela kecil. Namun demikian simbol Salib di puncak menara setinggi 44 meter di izinkan untuk diganti dengan simbol Allah. Keseluruhan proses rekonstruksi bangunan tersebut menghabiskan dana hingga 1,5 juta Euro yang di berasal dari sumbangan para jema’ah.

Meski telah dilakukan pengalihan kepemilikan sejak tahun 2004, baru pada pertengahan Agustus 2014 proses rekonstruksi besar besaran terhadap bangunan ini dilakukan. Setelah persetujuan dari pihak berwenang keluar pada bulan Januari 2014. Beberapa kendala terjadi termasuk penolakan dari sekelompok masayarakat setempat.

Lokasi dan Alamat Islamic Center Al-Nour

Kantor Islamic Center Al-Nour eV
Small Pulverteich 17
20099 Hamburg

Masjid Al-Nour
Sievekingsallee 191 22111 Hamburg-Horn



Islamic Centre Al-Nour Sebagai sebuah Organisasi berbadan hukum, juga dikenal luas sebagai Masjid Al-Nour didirikan pada tahun 1993 di St. George kota Hamburg, Jerman. Sebagaimana pusat ke-Islaman lainnya  masjid Al-Nour ini pun terbuka untuk jemaah dari kalangan manapun, hingga kini jemaah masjid ini berasal dari tak kurang 30 kebangsaan yang berbeda yang tinggal di kota Hamburg. Diantara para jemaah-nya merupakan orang Arab dari Timur Tengah dan Afrika utara, muslim kulit hitam Afrika, muslim dari Asia termasuk dari Afganistan dan Indonesia serta tentu saja warga Jerman.

Bahasa pengantar yang digunakan di masjid menggunakan bahasa Jerman atau diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman termasuk Khutbah Jum’at, pengajian, proses belajar mengajar hingga festival yang diselenggarakan oleh masjid. Selain jemaah yang berasal dari suku bangsa yang berbeda beda, latar belakang propesi jemaah masjid ini pun beragam mulai dari mahasiswa, buruh, dokter, pengacara, insinyur hingga para pengusaha.

Masjid Al-Nour juga membuka diri bagi aktivitas non peribadatan termasuk menerima kunjungan dari para murid sekolah, mahasiswa, kelompok masyarakat yang berminat, hingga kunjungan dari instansi pemerintah. Sekali setahun masjid ini menyelenggarakan Open Mosque Day, semacam acara open house di setiap tanggal 3 Oktober dengan menyelenggarakan beragam acara acara menarik termasuk kunjungan masjid dan kuliah umum.

Sebagai sebuah organisasi, Islamic Centre Al-Nour merupakan anggota dari SCHURA – Dewan Komunitas Islam di Hamburg, dan salah satu Chief Executive Officer (CEO) SCHURA adalah Daniel Abdin yang merupakan CEO dari Islamic Center Al-Nour. Beliau mendapatkan kehormatan atas nama SCHURA untuk menandatangai fakta antara the Free and Hanseatic City of Hamburg dan the Islamic religious communities SCHURA, DİTİB dan VIKZ.  

Pada bulan November 2012, setelah tujuh tahun perjuangan dengan begitu banyak penolakan untuk pembelian bangunan untuk masjid. Januari 2014 pemerintah setempat ahirnya mengeluarkan persetujuan untuk alih fungsi bekas bangunan Gereja Capernaum Church menjadi masjid.

Imam Masjid

Imam Masjid Al-Nour adalah Samir El-Rajab. Beliau sudah menikah dan sudah dikaruniai 3 anak. Sosok yang memiliki kepribadian terbuka dan bersahabat. Beliau menyelesaikan pendidikan sarjana di tahun 1992 di Universitas Al-Azhar di Beirut, Lebanon. Di Universitas yang sama beliau juga memperoleh gelar master di bidang syariah.

Aktivitas Masjid AL-Nour

Sejak masih melakukan semua aktivitas di St. George, Islamic Center A-Nour sangat aktif dengan berbagai aktivitas termasuk di dalamnya adalah:

  • Pelaksanaan sholat berjamaah lima waktu termasuk sholat Jum’at
  • Islamic festival untuk anak anak dan keluarga
  • Konseling pernikahan dan keluarga termasuk penyelesaian perselisihan rumah tangga
  • Pelaksanaan prosesi pernikahan dan perceraian
  • Pengurusan kematian dan pemakaman
  • Membuka dialog dengan pihak otoritas dan institusi terkait
  • Panduan masjid untuk sekolah
  • Open Mosque Day
  • Acara traveling untuk anak muda
  • Pelajaran bahasa Arab untuk anak anak
  • Pelajaran Islam untuk anak anak, pemuda dan dewasa
  • Pelaran Al-Qur’an
  • Ceramah umum oleh tokoh tokoh Islam 

Interior Islamic Center Al-Nour, sebelum di rombak menjadi ruangan masjid

The Open Mosque Day

The Open Mosque Day menjadi kegiatan pertama yang dilakukan di Masjid ini diselenggarakan untuk memperkenalkan masjid baru kepada masayarakat luas lintas agama. Acara yang cukup menarik perhatian masyarakat sekitar termasuk dari kalangan non muslim yang turut hadir memberikan apresiasi. Panitia penyelenggara dengan telaten memberikan penjelasan terhadap pertanyaan pertanyaan dari para tamu termasuk pertanyaan mendasar seperti ; kenapa lambang salibnya kok diganti dengan lambang bulan sabit, mengapa masuk ke masjid harus membuka alas kaki dan lain lain.

20 Tahun Sholat di Garasi

Dengan resminya penggunaan Masjid Al-Nour di bekas Gereja ini, tentu saja memberikan nuansa baru bagi muslim dan perkembangan islam di Hamburg. Sebelumnya, selama 20 tahunan muslim disana beraktivitas termasuk melakukan sholat berjamaah Jum’at di bekas bangunan garasi dengan atap yang rendah bersebelahan dengan pintu masuk tempat pembuangan sampah. Lebih dari 600 muslim dari 30 negara secara reguler berkumpul disana untuk sholat Jum’at berjamaah. Tempat yang tidak terlalu buruk untuk melaksanakan sholat berjamaah, hanya saja masyarakat sekitar meminta kaum muslim disana untuk terbuka namun memang agak sulit untuk terbuka sementara untuk sholat berjamaah saja terpaksa dilakukan di garasi.

Alih fungsi gereja tersebut menjadi masjid memang harus berkompromi dengan dengan beberapa hal penting, termasuk bahwa bangunan tersebut sudah masuk dalam cagar budaya sehingga keseluruhan bentuk bangunan tampak luar tetap dipertahankan sebagaimana aslinya, perubahan yang terjadi dari bentuk bangunan hanya mengganti simbol salib di ujung menara lonceng dengan simbol Asma Allah. Sedangkan bagian dalam bangunan memang mau tidak mau harus di rombak total sesuai dengan fungsi sebagai masjid seperti yang sudah di uraikan sebelumnya. Seperti yang jelaskan oleh Imam masjid bahwa pembelian bangunan Gereja untuk dijadikan masjid bukanlah sesuatu yang direncanakan namun memang terjadi begitu saja, Hadir pada saat benar benar dibutuhkan. Alhamdulillah.***

Jumat, 29 April 2016

Masjid Bibi Heybat Baku – Azerbaijan

Berlatar belakang pelabuhan di tepian laut at kaspia Masjid Bibi Hebat menyuguhkan pemandangan yang cukup menarik bagi wisatawan yang berkunjung ke sana.

Masjid Bibi Heybat adalah Masjid Megah di pinggiran kota Baku, Azerbaijan. Masjid dengan kisah teramat panjang. Masjid ini dibangun di tepian laut Kaspia di sekitar abad ke 13 untuk menghormati seorang muslimah yang diyakini muslim setempat sebagai masih keturunan Nabi Muhammad S.A.W. Awalnya hanya sebuah bangunan kecil dan kemudian dibangun sebuah masjid besar yang indah. Bibi Heybat yang menjadi nama masjid ini ternyata memang Berarti Bibi atau Tante Hebat. Sempat dihancurkan dimasa Uni Soviet kemudian dibangun lagi dengan bentuk yang serupa setelah Azerbaijan merdeka.

Dibangun Abad ke Tiga Belas

Masjid Bibi-Heybat didirikan pada abad 13 di pinggiran kota Baku – Ibukota Azerbaijan, dekat makam Ukeyma Khanum, yang diyakini oleh masyarakat setempat masih  merupakan keturunan Nabi  Muhammad SAW. Legenda masjid ini jauh mundur ke belakang ke Masa Khalifah Harun Ar-Rasyid yang kekuasaannya berpusat di kota Bagdad (Iraq). Kala itu terjadi perselisihan antara Khalifah dengan Ali Ibnu Musa yang diyakini sebagai imam ke delapan oleh para pengikut Syi’ah. Pertikaian yang berujung hijrahnya Ali Ibnu Musa beserta pengikutnya keluar dari Bagdad ke provinsi Khorasan (kini Iran) dan menetap di sebuah desa kecil disana. Setelah wafat beliau di dimakam di tempat tersebut sebagai martir oleh para pengikutnya. Dikemudian hari makam beliau menjadi salah satu tempat tujuan ziarah utama bagi para penganut Syi’ah. Kota Mashad kemudian berkembang pesat disekitar lokasi tersebut dan menjadi salah satu kota Utama bagi Kaum Syi’ah.


Putri dari Ali Ibnu Musa yang bernama Okuma Khanim pindah ke kota Baku – Azerbaijan dalam upaya untuk menghindari perhatian dari pihak penguasa, menetap tak jauh dari pantai Laut Kaspia di kota Baku dan menjalani hidup sebagai wanita sholehah sesuai dengan keyakinan yang di anutnya. Beliau wafat dan dimakam disana, masyarakat setempat kemudian mendirikan bangunan kecil di atas pusaranya. Beberapa tahun berlalu, kabar tersebar kemana mana tentang makam seorang muslimah keturunan Nabi di kota Baku dan kemudian tempat tersebut-pun begitu dihormati.

Para Syeikh kemudian mulai menetap di sekitar lokasi makam dan tempat itu kemudian diberi nama Sheikhovo lalu menjadi Shikhovo. Disebutkan bahwa muslim dari berbagai daerah termasuk luar negara mulai datang berziarah makam Okuma Khanim. Kemudian sebuah bangunan masjid kecil dibangun dengan satu ruangan dengan satu tulisan kecil “dibangun oleh Mahmud ibnu Sa’ad." Plakat lainnya mengindikasikan bahwa bangunan masjid tersebut dibangun antara tahun 663H dan 665H atau bertepatan dengan tahun 1264-1266M. Mahmud ibnu Sa’ad  (adalah seorang arsitek, beliau juga yang merancang Benteng Kuno Nardaran, tak jauh dari kota Baku serta Masjid Mullah Ahmad di bagian kota tua Baku.

Komplek pemakaman di belakang masjid (dari arah jalan raya) 
Pada tahun 1911, Pelindung kota Baku bernama Alasgar Agha Dadashov dengan arsitek Haji Najaf Kemudian membangun masjid baru yang megah di lokasi tersebut termasuk merekonstruksi bangunan makam. Bangunan masjid yang lama berbentuk kubus. Di dekat masjid ini terdapat komplek pemakaman muslim, dan salah satunya dikenal dengan nama Haji Syeikh Sharif, yang datang ke kota Baku untuk menyebarkan faham sufisme dan menghabiskan hidupnya di masjid ini.

Di tahun 1840 masjid ini dikunjungi oleh seorang petualang dan penulis dari Prancis bernama Alexander Dumas dan menceritakan masjid ini didalam bukunya yang berjudul "The World" dan mendeskripsikan masjid ini dalam buku nya sebagai “tempat peribadatan bagi para wanita mandul, mereka datang dengan berjalan kaki, berziarah dan dalam setahun mereka pun kemudian mampu memiliki keturunan”. Alexander Dumas bukan satu satunya yang menulis tentang masjid ini dalam buku perjalanan nya, diantaranya juga ada Abbasgulu Bakikhanov, Ilya Berezin, Johannes Albrecht Bernhard Dorn, Nicholas Khanykov dan Yevgeni Pakhomov.

Asal Muasal Nama Bibi Heybat

Nama Bibi Heybat berasal dari Bahasa Azerbaijan yang maknanya nyaris sama persis dengan Bahasa Indonesia. Bibi yang dimaksud dalam nama ini memang berarti Tante. Sedangkan Heybat yang dimaksud adalah nama pembantu dari Okuma Khanim. Kala itu di kalangan masyarakat setempat sangat tabu untuk memanggil seorang wanita dengan menyebut nama depannya. itu sebabnya kemudian masyarakat disana menyebut masjid ini dengan sebutan Masjid Bibi Heybat alias Masjidnya Si Bibi atau Tante Hebat.

Selain membangun ulang, pemerintah Azerbaijan juga mempercantik dan menambahkan fasilitas baru di area masjid ini salah satunya adalah pelataran luas lengkap dengan pancurannya.
Dimasa Uni Soviet

Masjid Bibi Heybat pernah mengalami kerusakan parah pada saat Azerbaijan berada di bawah kekuasaan Uni Soviet. Uni Soviet masuk ke Azerbaijan tahun 1920, Bolsheviks mulai melancarkan gerakan anti keagamaan. Masjid Bibi-Heybat menjadi target pertama serta Katedral Ortodoks Rusia Alexander Nevsky dan Gereja Katholik Roma Immaculate Conception menjadi sasaran penghancuran berikutnya menggunakan bahan peledak. Beberapa tempat ibadah lainnya yang tidak dihancurkan di alih fungsi menjadi gudang, museum, bengkel ataupun menjadi fasilitas militer.

Ironisnya, setelah penghancuran masjid tahun 1934, di tahun yang sama di Moskow, pemerintah Uni Sovyet memutuskan untuk melakukan konservasi terhadap bangunan bangunan bersejarah sebagai monumen arsitektur yang mengandung nilai sejarah penting.  Menyusul putusan itu, ketua Azkomstarisa Salamov dihukum 20 tahun di pengasingan di Siberia, karena telah menghancurkan masjid masjid bersejarah.

Rekonstruksi Masjid Bibi Heybat

Tahun 1994, setelah Azerbaijan merdeka, Presiden Azerbaijan, Heydar Aliyev memerintahkan pembangunan kembali masjid baru Bibi-Heybat  persis di tempat masjid asli yang sudah hancur. Denah dan ukuran kompleks masjid yang dipugar tahun 1980, didasarkan pada foto-foto yang diambil sesaat sebelum  masjid diledakkan, termasuk catatan dari sejumlah penjelajah yang menggambarkan  kondisi masjid hingga pertengahan tahun 1920an juga turut memberikan kontribusi teramat penting dalam restorasi Masjid Bibi-Heybat adalah artikel singkat yang ditulis oleh Sadig tahun 1925.

Keindahan Masjid Bibi Heybat di malam hari

Rekonstruksi masjid dan komplek disekitarnya selesai dan diresmikan pada tanggal 11 Juli 1997 dalam sebuah acara resmi yang dihadiri presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev. 63 Tahun setelah dihancurkan masjid penuh legenda itu ahirnya berdiri kembali. Di tahun 2005 bangunan masjid ini diperluas dengan menambahkan ruangan baru dalam ukuran besar dan selesai di tahun 2008, untuk memastikan kenyamanan Jema’ah.

Objek Wisata

Masjid berukuran besar ini menjadi salah satu daya Tarik wisata Azerbaijan terutama di Kota Baku. beberapa rumah makan khas kuliner setempat berdiri tidak jauh dari masjidi ini yang memang letaknnya tidak terlalu jauh dari bibir panta. Bangunan Masjid Bibi Heybat ini serta beberapa bangunan masjid lainnya di Azerbaijan memang lebih terlihat indah di senja dan malam hari dengan taburan cahaya lampu yang menyinarinya. sementara disiang hari yang tampak kemegahan bangunan dengan warna yang senada.

Aritektural Masjid Bibi Heybat

Interior masjid ini di dekorasi dengan keramik bewarna biru. sebuah lampu Kristal besar mengantung di ruang utama. Manakala angina kencang kota baku berhembus masuk ke dalam masjid, Kristal pada lampu gantung masjid ini mengeluarkan bunyi gemerincing. Bangunan masjid ini dilengkapi dengan Menara setinggi 20 meter sebagai tempat muazin menyuarakan azan. ada 40 anak tangga dari batu yang menghubungkan masjid ini dengan pelabuhan kecil terdekat di pantai laut Kaspia sebagai tempat pengunjung menambatkan perahu atau kapal mereka. Legenda menyebutkan bahwa dinding tebal masjid Bibi Heybat ini teramat sulit untuk dihancurkan dengan cara manual termasuk bangunan menaranya, itu sebabnya kemudian diledakkan dengan dinamit oleh rezim komunis sPage 3 of 4aat itu.

dari arah yang lain

Di tahun 1903 seorang seniman membuat lukisan masjid ini. Orang Inggris pernah berupaya membujuk seniman tersebut untuk menjual lukisan itu padanya. namun kemudian kabar itu terdengar oleh seorang pengusaha minyak kaya raya bernama Taghiyev menemukannya dan membawa kembali lukisan tersebut hingga tidak keluar dari Azerbaijan. Semasa revosulis Bolshevik (1920) saat seluruh kekayaan Taghiyev's disita penguasa komunis, lukisan tersebut lenyap tanpa jejak. 40 tahun kemudian atau di tahun 1964 setelah Stalin Wafat, seseorang yang tidak disebutkan namanya menyumbangkan lukisan dimaksud ke Musium Seni Azerbaijan dan masih tersimpan disana hingga kini.

Setelah di restorasi masjid ini menjadi lebih besar dan lebih megah namun tetap dengan bentuk arsitetur awal. Proses rekonstruksi melibatkan arsitek terkenal Sanan Sultanov yang merancang masjid ini dengan gaya Arsitektur Shirvan, dengan mempertahankan pola tradisional bangunan aslinya. Bangunannya dilengkapi dengan tiga kubah dan dua Menara mengapit bangunan utama. bagian dalam kubah dihias dengan kaligrafi Al-Quran dengan paduan warna hijau dan biru kehijauan.

Legenda Masjid Bibi Heybat

Legenda masyarakat setempat menyebutkan bahwa dua malam setelah masjid tersebut dihancurkan. masyarakat disana tidak bisa tidur akibat menahan rasa marah karena tempat ibadah mereka sudah dihancurkan. saat fajar tiba terdengar suara teriakan keras diiringi suara benda jatuh yang begitu keras dari arah reruntuhan masjid. Masyarakat yang kaget berlarian ke arah reruntuhan masjid tersebut dan mendapati pasukan merah yang ditugaskan menjaga tempat itu berdiri dengan mata  terbelalak dalam ketakutan teramat sangat, mereka menunjuk ke arah laut Kaspia sambil menyeracau dengan suara keras.

Orang orang yang berkumpul disana melihat seorang wanita berkerudung putih sedang berjalan turun ke laut lalu menghilang ke dalam rona merah matahari yang sedang terbut dan kilauan cahayanya di permukaan air laut. Seorang pria tua diantara mereka kemudian bergumam “Dia pasti akan kembali lagi, kembali dalam waktu yang lebih baik”. Sementara anggota tentara merah yang menjaga disana mengaku terbangun dari tidur mereka oleh suara seperti benturan banturan batu yang teramat keras kemudian melihat sesosok wanita berpakaian putih tiba tiba muncul begitu saja dari puing puing reruntuhan dan saat melintasi mereka tercium aroma mawar yang semerbak.

legenda lainnya menyebutkan bahwa tentara merah yang terlibat dalam penghancuran Masjid Bibi Heybat semuanya mati dalam keadaan menggenaskan. Ada yang mati karena tenggelam, tertimpa batu besar bahkan ada yang mati kesetrum. yang namanya legenda tetaplah legenda dan teramat sulit untuk dipisahkan dengan fakta. namun yang benar benar terjadi adalah 63 tahun setelah dihancurkan masjid itu memang berdiri kembali alias dibangun ulang dalam bentuk yang lebih baik di masa yang lebih baik seperti yang di ucapkan sosok wanita berpakaian putih sebagaimana disebutkan dalam legenda tadi. Dan Nyatanya bahwa masjid ini memang telah menjadi salah satu ikon yang memiliki kesan teramat mendalam bagi warga setempat.[Dari berbagai sumber]***

Senin, 25 Januari 2016

IMAAM Center, Masjid Indonesia di Amerika (bagian kedua)

Peresmian IMAAM Center oleh Presiden SBY

Penantian 20 Tahun

Kisah berubah tatkala terpampang iklan di sebuah media online yang menyebut soal rencana penjualan gereja tua di kawasan Georgia Avenue, Silver Spring, MD, Maryland. Iklan itu ditayangkan oleh pengurus gereja yang mengaku terpaksa menjual gedung itu karena tidak ada lagi aktivitas ibadah di sana. Sejak lima tahun terakhir, gereja itu dibiarkan kosong melompong karena sebagian besar jemaahnya kini menganut atheis. Sehingga gereja itu tak lagi dipakai untuk kegiatan ibadah.

Ukuran gereja itu cukup besar. Luas gedungnya saja mencapai 3.520 m persegi, dengan luas tanahnya mencapai 15.625 m persegi. Kapasitas ruangan di dalam mampu menampung sekitar 350 orang. Lapangan parkirnya juga cukup luas, bisa menampung lebih dari 100 mobil. Harga jualnya US$3 juta atau sekitar Rp 33 miliar, dengan kurs sekitar Rp 11.000 perdolar. Gedung yang dibangun tahun 1955 itu, berada di tengah kota Maryland. Merujuk kepada izinnya, gedung itu hanya khusus untuk kegiatan rumah ibadah. Pihak gereja sebenarnya sudah lama ingin menjual gedung itu, tapi tidak laku karena izin penggunaannya tidak bisa digunakan selain untuk ibadah.

Lantai dua IMAAM Center yang merupakan ruang utama masjid.

Ini yang membuat pengurus IMAAM tertarik untuk membelinya. Jika gedung itu bisa dibeli, maka tidak perlu lagi memohon izin pendirian rumah ibadah dari pemerintah setempat karena sejak awal peruntukannya memang untuk rumah ibadah. Namun masalahnya, darimana pengurus IMAAM bisa mendapatkan dana $3 juta? Kalaupun dua unit gedung yang ditempati IMAAM Center dijual, diperkirakan harganya $1 juta. Itu berarti masih kurang sekitar $2 juta lagi. Jelas ini bukan jumlah yang kecil. Butuh usaha ekstra untuk menambal kekurangannya.

Bantuan Pemerintah Indonesia

Sampai akhirnya muncullah ide dari pengurus IMAAM untuk membicarakan masalah ini dengan Dino Pati Djalal yang ketika itu menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika. Dino yang menyambut baik ide itu kemudian menyampaikan kabar ini langsung ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Gayung bersambut, SBY rupanya sangat tertarik dengan ide itu. Ia pun langsung membahas masalah ini dengan DPR. Kebetulan waktu itu masih ada sisa anggaran $5 juta yang belum terpakai. Tak butuh waktu lama bagi DPR dan pemerintah untuk menyepakati pemberian hibah $3 juta untuk IMAAM sebagai modal untuk membeli gereja di Amerika itu. Sedangkan sisanya yang $2 juta digunakan untuk membangun gedung mahasiswa Indonesia di Mesir.

Presiden SBY memimpin sholat berjamaah setelah peresmian masjid IMAAM Center

12 Juni 2014 IMAAM resmi mengambil alih First Baptist Church Montgomery Maryland untuk dijadikan sebagai masjid. Upaya renovasi langsung dilakukan secara bertahap. Kursi panjang yang biasa digunakan untuk beribadah di gereja dibongkar dan digantikan dengan karpet dari Arab. Para Muslim Amerika beramai-ramai urun rembuk dan mengumpulkan dana untuk renovasi gedung tersebut. Berbagai kegiatan syiar Islam mulai aktif dilakukan di dalamnya. Beberapa tokoh Islam di Washington diundang untuk memberikan ceramah agama di sana.

Awal September 2014, suasana di dalam gedung itu terlihat sangat asri. Selain papan nama yang tengah dihapus, di bagian luar tak ada tanda-tanda lagi yang menunjukkan bangunan itu adalah bekas gereja. Di bagian dalam, hanya ada pentas di bagian depan yang biasa digunakan pendeta atau penyanyi koor gereja untuk tampil di depan jamaahnya. Dekorasi itu memang agak unik untuk dihadirkan di dalam masjid. Tapi pengurus IMAAM berencana akan mengubahnya secara bertahap sehingga nantinya desain khas masjid itu bernuansa Indonesia.

Diresmikan oleh Presiden SBY

Sesuai dengan rencana, IMAAM Center diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada hari Jum’at 25 September 2014 pukul 12.30 waktu setempat. Acara peresmian berlangsung di lantai bawah, hadir dalam acara ini Utusan Khusus Komunitas Muslim Kemlu AS Sharif Gaffar, para tokoh muslim setempat, dan anggota komunitas muslim Indonesia. Seusai peresmian, para undangan menunaikan salat Jumat berjamaah bersama denganPresiden SBY dan rombongan dari Jakarta.

Dalam pidatonya, Presiden SBY ‎mengaku sangat bersyukur dan bahagia setelah mendengar sambutan Presiden IMAAM Center Aris Mustofa dan Sharif Gaffar. “Hati kita teduh dan damai, ingin menjalin kerjasama dan kebersamaan untuk membuat dunia adil dan sejahtera,” Menurut Presiden SBY, Masjid tersebut diharapkan menjadi duta umat muslim di Indonesia yang ingin bersahabat dengan bangsa manapun. “Kami akan menjadi agent of peace, kami akan tunjukkan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin,” ujar SBY. Kunjungan Presiden SBY ke Amerika Serikat adalah bagian dari lawatan Presiden Indonesia ke tiga negara, yaitu Portugal, Amerika Serikat dan Jepang dari tanggal 17 September hingga 30 September 2014.

Presiden Joko Widodo saat menunaikan sholat tahiyatul masjid di IMAAM Center

Dikunjungi Presiden Jokowi

Hari selasa 27 Oktober 2015 pukul 15:20 waktu setempat atau hari Rabu 28 Oktober 2015 Pukul 14:20 Waktu Indonesia Bagian Barat, Presiden Joko Widodo menyempatkan diri berkunjung ke Masjid IMAAM Center ini dalam perjalanan dinasnya ke Amerika Serikat. Selama kunjungan singkat tersebut presiden Jokowi langsung menuju ke lantai dasar masjid yang merupakan area untuk keperluan umum, disambut oleh para pengurus masjid yang sudah menunggu kemudian berkunjung ke perpustakaan masjid.

Presiden Jokowi kemudian menuju ke area sholat di lantai dua masjid, namun karena waktu asyar belum tiba, maka beliau menunaikan sholat sunah tahiyatul masjid, setelah itu presiden menyempatkan diri berfoto bersama dengan jemaah warga Indonesia yang ada disana termasuk memenuhi permintaan beberapa warga Indonesia yang meminta ber-selfie bersama beliau. Presiden berangkat meninggalkan IMAAM Center pada pukul 15:45 waktu setempat menuju ke the Blair House, tempat beliau menginap selama kunjungan kerja di Amerika Serikat. ***

Kembali ke Bagian Pertama

----------ZZZ----------

Baca Juga Artikel Masjid Masjid Indonesia di Luar Negeri Lainnya


IMAAM Center, Masjid Indonesia di Amerika (Bagian Pertama)

TIDAK MIRIP MASJID. Bangunan masjid IMAAM Center ini sama sekali tidak mirip dengan bangunan masjid seperti yang biasa kita kenal. Karena memang sebelumnya adalah sebuah Gereja bergaya Amerika dengan empat pilar besar di depan nya mirip dengan bangunan gedung putih, Istana Presiden Amerika.

Bekas gereja yang menjadi masjid muslim Indonesia di Amerika

IMAAM Center adalah masjid komunitas muslim Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat. Masjid ini menjadi masjid kedua yang dimiliki dan dikelola oleh muslim Indonesia setelah Masjid Al-Hikmah di New York City. IMAAM Center berada di Georgia Avenue, Silver Spring, Maryland, Amerika Serikat, tak jauh dari Washington DC, Ibukota Amerika Serikat. IMAAM Center dibangun diatas tanah seluas 1,15 hektar ini beralamatkan di 9100 Georgia Ave, Silver Spring, Washington, DC. Lokasi masjid ini cukup strategis, karena berada di perbatasan Washington DC dengan Maryland.

Sebelum dibeli pada tanggal 12 Juni 2014, bangunan dua lantai berbatu bata merah ini adalah gereja First Baptist Church Montgomery Maryland yang sudah lima tahun tidak dipakai karena sebagian besar jemaahnya beralih menganut atheis dan kemudian dibeli oleh komunitas Muslim Indonesia untuk dijadikan sebagai masjid. Gereja tersebut dibangun tahun 1955 dengan izin resmi dari pemerintah hanya untuk digunakan sebagai tempat peribadatan. Itu sebabnya pengurus gereja kesulitan untuk menjual bangunan tersebut untuk keperluan lain, namun justru hal tersebut yang menjadi nilai tambah bagi muslim Indonesia disana karena dengan membeli gedung gereja tersebut tidak perlu lagi mengurus izin untuk membangun tempat ibadah.

Imaam Center
Address: 9100 Georgia Avenue, Silver Spring, MD 20910 



Tentang IMAAM

IMAAM (Indonesian Muslim Association in America) atau Komunitas Muslim Indonesia di Amerika Serikat. Awalnya dibentuk oleh beberapa belas muslim Indonesia yang tinggal di kawasan Washington DC dan sekitarnya yang memiliki perhatian terhadap pentingnya keseimbangan hubungan horizontal dan vertikal bagi generasi mendatang, maka pada tanggal 21 Desember 1993 dibentuklah IMAAM dan didaftarkan sebagai organisasi nirlaba keagamaan di negara bagian Maryland.  Organisasi ini aktif menggelar kegiatan keagamaan, termasuk berupaya mendirikan masjid di Washington DC.

Kepengurusan IMAAM dipilih secara periodik setiap tiga tahun dalam sidang umum tahunan. Ada sembilan pengurus utama IMAAM yang terdiri dari;
  1. Bpk. Firdaus Kadir, Chairman of the Board, 2015-2018.
  2. Bpk. Amang Sukasih, President, 2015-2018
  3. Bpk. Bambang Achiruddin, Vice President, 2013-2016
  4. Bpk. Varga Syahroni, Secretary, 2013-2016
  5. Ibu. Waty Yirka, Treasurer, 2015-2018
  6. Bpk. Syafrin Murdas, Regular Trustee, 2014-2017
  7. Bpk. Arif Mustofa, Regular Trustee, 2013-2016
  8. Ibu. Nurul Fathiyah, Regular Trustee, 2014-2017
  9. Bpk. Andri Antoni, Regular Trustee, 2014-2017

GEREJA TAK TERPAKAI. Begini bentuk aslinya bangunan masjid IMAAM Center saat muncul di situs iklan penjualan properti, sebelum kemudian dibeli dan di alih fungsi menjadi masjid oleh IMAAM Center.

Perjalanan Panjang Masjid Imam Center

Impian memiliki masjid sendiri di Amerika sebagai tempat berkumpul bersama bagi muslim Indonesia bukanlah perkara mudah. Selain terkendala dengan masalah dana yang tidak sedikit untuk membeli properti disana, namun juga masalah perizinan yang memang tidak mudah diperoleh. Upaya IMAAM untuk mendirikan masjid nyaris terwujud pada 1995. Kala itu, organisasi yang kini beranggotakan sekitar 2000 orang ini bisa membeli dua unit rumah di kawasan Veirs Mill Rd, Rockville, Maryland.

Rumah itulah yang hendak dijadikan masjid, namun rencana itu mendapat protes dari masyarakat setempat. Apa boleh buat, keinginan mendirikan masjid bernuansa Indonesia di Amerika terpaksa ditunda. Jika kedua rumah itu bisa difungsikan sebagai masjid kala itu, maka warga Muslim Indonesia yang tinggal di Amerika lebih menyatu dan kompak, sehingga memudahan untuk melaksanakan kegiatan sosial lainnya. Namun impian itu belum berhasil karena hambatan dari warga setempat. Pemerintah Maryland juga tidak memberi izin kalau masyarakat sekitar masih menolak.

Akibat penolakan itu, dua gedung yang dibeli di kawasan Rockville hanya bisa dijadikan sebagai IMAAM Center. Tidak ada aktivitas ibadah di sana. Sementara untuk salat atau kegiatan ibadah lainnya, warga Muslim Indonesia harus menyebar di sejumlah masjid yang ada di Washington dan sekitarnya. Masalah perizinan ini bahkan pernah dikemukakan oleh Imam Masjid Istiqlal Jakarta, Ali Musthafa Ya'qub langsung kepada Presiden Barack Obama saat kunjungannya ke Masjid Istiqlal pada 10 Nopember 2010.

Bersambung ke Bagian Kedua

----------ZZZ----------

Baca Juga Artikel Masjid Masjid Indonesia di Luar Negeri Lainnya