Tampilkan postingan dengan label Masjid di Amerika Utara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Masjid di Amerika Utara. Tampilkan semua postingan

Minggu, 21 Januari 2018

Sejarah Islam di Kanada

Lokasi Kanada di utara benua Amerika. 

Komunitas muslim di kanada hampir seumur dengan negara Kanadanya sendiri. Empat tahun setelah pembentukan negara Kanada tahun 1867, di tahun 1871 sensus di Kanada menyebutkan ada 13 muslim diantara populasinya saat itu. Sejumlah besar Muslim Kroasia (dari Bosnia) datang ke tanah amerika sebagaimana Kristen Kroasia, beberapa datang ke amerika akibat perang dunia pertama yang berkecamuk disana.

Masjid Kanada pertama dibangun di Edmunton di tahun 1938, saat itu diperkirakan sudah ada sekitar 700 muslim di negara tersebut. Bangunan masjid tersebut kini menjadi bagian dari musium di Fort Edmonton Park. Tahun tahun setelah perang dunia kedua tampak dalam jumlah kecil peningkatan jumlah muslim disana. Sebagian dari mereka merupakan Muslim Kroasia dari Bosnia, yang merupakan bagian dari Hadhschar Division serta muslim tawanan Kroasia dari Bosnia. Namun sampai saat itu muslim Kanada masih sangat sedikit. Hanya setelah pencabutan kebijakan preferensi imigrasi di Eropa di penghujung tahun 1960-an baru terjadi peningkatan signifikan jumlah muslim yang masuk ke Kanada.

Muslim Kroasia dari Bosnia yang merupakan pendahulu dan salah satu dari arus muslim utama dalam pendirian semua masjid pertama di Toronto. Masjid pertama selain tiga masjid tertua di Toronto dibangun oleh muslim Kroasia dari Bosnia dan Albania di tahun 1968. Masjid pertama diberi nama Jami Mosque (berada di 56 Boustead Ave. Toronto). Dikemudian hari dengan peran dari Dr Qadeer Baig r.a. (professor pada University of Toronto), masjid tersebut dibeli oleh Muslim Asia, sedangkan Muslim Albania dan Kroasia kemudian mendirikan masjid mereka sendiri : Albanian Muslim Society of Toronto, berlokasi di 564 Annette St. Serta Hrvatska džamija (Masjid Kroasia) di Croatian Islamic Centre, berlokasi di 75 Birmingham St., Etobicoke.

Masjid Edmunton Masjid pertama di Kanada. 

Merujuk kepada sensus penduduk tahun 1971 di Kanada terdapat 33 ribu muslim. Masjid tertua di Toronto dengan menara tertua di Ontario dibangun dalam gaya Usmani, salah satunya berada di Etobicoke, yang merupakan bagian dari Croatian Islamic Centre, bangunan yang sebelumnya merupakan sebuah gedung tua sekolah Katholik, yang pada tanggal 23 Juni 1973. Masjid (gedung tua sekolah Katholik dan dibeli seharga 75 ribu CAD) kemudian di atur ulang menjadi tempat ibadah muslim dengan dukungan penuh dari komunitas Katholik Kroasia setempat. Salah satu pendirinya adalah seorang ahli kedokteran nuklir dunia, dr Asaf Duraković.

Di tahun 1970-an sejumlah besar imigran non eropa mulai masuk ke Kanada. Hal ini terlihat dari membengkaknya komunitas muslim Kanada di tahun 1971, sensus mencatat disana bermukim 98 ribu muslim, sedangkan di tahun 1991 hasil sensus menunjukkan peningkatan jumlah muslim kanada mencapai 253,265 jiwa, dan perkiraan hasil sensus 2006 akan menunjuk angka sekitar 800 ribu jiwa.

Dibandingkan dengan muslim Eropa, muslim Kanada tidak menghadapi permasalahan yang sama. Muslim Kanada hanya salah satu dari sekian banyak etnis yang bermukim disana dari sekian banyak etnis, suku bangsa, budaya dan agama yang bersama sama menjadi bagian dari Kanada. Pejabat pemerintah Kanada mengelompokkan muslim Kanada dalam kelompok sendiri sebagai “kelompok muslim Kanada” untuk keperluan pengambilan kebijakan dan statistik. (singgahkemasjid).

------------------------------------------------------------------
Follow & Like akun Instagram kami di @masjidinfo
🌎 gudang informasi masjid di Nusantara dan mancanegara.
🌎 informasi dunia Islam.
------------------------------------------------------------------

Baca juga




Sabtu, 21 Januari 2017

Masjid Dar-As-Salam Pertama di P.E.I Kanada

Tidak mirip dengan masjid pada umumnya, bangunan Masjid Dar-As-Salam di kota Charlestown provinsi Prince Edward Island, Canada, dibangun dengan gaya seperti bangunan setempat pada umumnya sehingga keberadaan Masjid pertama di Prince Edward Island ini tidak terlihat mencolok diantara gedung gedung lainnya.

Prince Edward Island (P.E.I) adalah salah satu provinsi di Kanada dengan luas dan jumlah penduduk terkecil. Provinsi juga merupakan satu satunya provinsi di Kanada yang seluruh wilayahnya merupakan jajaran pulau pulau terdiri dari pulau terbesarnya adalah Prince Edward Island atau Pulau Pangeran Edward serta 231 pulau pulau kecil disekitarnya. Keseluruhan wilayah daratan pulau pulau di provinsi ini bila disatukan luasnya sekitar 5,685.73 km2, sedikit lebih luas dari pulau Bali 5.561 km2 ataupun pulau Madura 5.290 km2.

Pulau Prince Edward terhubung langsung dengan daratan besar Kanada melalui sebuah jembatan laut sepanjang 13 kilometer bernama Jembatan Konfederasi (Confederation Bridge / Pont De La Confederation). Provinsi P.E.I beribukota di Charlottetown. Nama pulau ini dinisbatkan kepada Pangeran Edward, Duke of Kent and Strathearn (1767–1820) yang merupakan putra ke empat dari Raja George III dan Ratu Victoria.

Penjelajah Prancis Jacques Cartier merupakan orang Eropa pertama yang melihat pulau tersebut di tahun 1534 menyusul kemudian menjadi bagian dari Koloni Prancis, dan kemudian menjadi koloni Inggris sejak 1763. Pulau Pangeran Edward ini memiliki sejarah penting bagi Kanada Karena di pulau inilah sejarah awal pembentukan negara Kanada di tahun 1867, itu sebabnya Pulau ini juga seringkali disebut sebagai Pulau Konfederasi.

Di provinsi P.E.I Kanada ini terdapat sekelompok kecil kaum muslimin yang tinggal disana, Komunitas kecil muslim di P.E.I ini kebanyakan berasal dari Timur Tengah termasuk Mesir. Sejak tahun 1990 mereka telah membentuk organisasi resmi dengan nama Muslim Society of Prince Edward Island. Mereka juga telah memiliki satu bangunan Masjid lengkap dengan sarana pendukungnya dan masjid tersebut merupakan masjid pertama di provinsi P.E.I. Masjid tersebut bernama Masjid Dar-As-Salam.

Masjid Dar As-Salam
15 MacAleer Drive, Charlottetown, PE C1E 2A1, Canada



Masjid Dar As Salam P.E.I ini berada di 15 MacAleer Drive. Kota Charlottetown, Propinsi Prince Endward Island, Kanada. Lokasi masjid ini berada di ujung barat daya Bandara Charlottetown, dan hanya terpaut sekiat 200 meter dari Gereja Good News Baptist Church-Fundamental, atau sekitar 100-an meter dari gerbang Bandara Charlottetown.

Masjid Dar-As-Salam dibangun seperti kebanyakan  bangunan setempat, tidak seperti bangunan masjid yang kita kenal dengan kubah besar dan menara. Seperti kebanyakan bangunan setempat lainnya, Masjid Dar-As-Salam inipun dilengkapi dengan ruang basement yang menjadi ruang pendukung bagi aktivitas masjid ini, di lantai ini merupakan area ruang pengelola, tempat wudhu hing dapur untuk keperluan masjid.

Pembangunan masjid ini diselenggarakan oleh The Muslim Society of P.E.I yang merupakan Komunitas Muslim setempat dengan dana swadaya jemaah, proses pembangunannya dimulai sejak empat tahun 2008. Gagasan pembangunannya sudah dicetuskan sejak pertama kali pembentukan komunitas Muslim P.E.I di tahun 1990 dimulai dengan dengan penggalangan dana dari seluruh jemaah.

Masjid Dar-As-Salam pada saat dalam proses tahap ahir pembangunan

Pada saat rencana pembangunan masjid pertama kali digulirkan, panitia pembangunan hanya mengantongi dana kurang dari $100 ribu, rasanya tidak mungkin dapat dilakukan untuk mengumpulkan dana hingga setengah juta dolar hanya dalam waktu enam bulan. Namun berkat kerja keras dari panitia penggalangan dana yang diketua oleh Dr. Suleiman Sefau, sukses menangguk dana dari berbagai kalangan.

Metoda penggalangan dana dilakukan dengan mengirimkan ratusan surat, menelepon semua pihak yang dianggap dapat membantu termasuk kolega, sahabat dan saudar, malam penggalangan dana, bazaar makanan, permintaan dana dari individu ke individu lainnya sampai ahirnya berhasil mendapatkan dana yang dibutuhkan. setelah melalui masa pembangunan selama hampir 4 tahun Masjid Dar As Salam diresmikan hari Sabtu 14 Juli 2012 dihadiri oleh seluruh muslim di propinsi pulau tersebut.

Pada saat peresmian masjid seluruh anggota komunitas berkumpul disana dengan membawa anggota keluarga mereka. Upacara peresmian ditandai dengan pemotongan kue oleh presiden komunitas muslim P.E.I, Najam Chishti. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa pembangunan masjid tersebut tidak akan terwujud tanpa kerjasama dari seluruh komponen masyarakat P.E.I.

Interior Masjid Dar-As-Salam

Acara peresmian tersebut turut dihadiri Walikota Charlottetown, Clifford Lee yang hadir dalam acara open house di masjid tersebut. Beliau sempat berujar  bahwa masjid tersebut merupakan satu contoh pengakuan akan pentingnya para imigran di P.E.I dan bagaimana masjid tersebut menjadi contoh sempurna bagi sebuah tempat dimana semua orang dari komunitas masyarakat dapat datang dan berkumpul disana.

Jum’atan di Gereja

Sebelum masjid ini dibangun komunitas muslim disana meyelenggarakan ibadah sholat berjamaah dengan menumpang di aula gereja. Di hari minggu gereja dipakai oleh umat Kristen dan tiba di hari Jum’at digunakan oleh muslim disana untuk menunaikan ibadah sholat fardhu Jum’at.

Kini setelah masjid Dar As Salam resmi dibuka komunitas muslim disana dapat dengan leluasa menjalan aktivitas komunal mereka termasuk sholat berjamaah, aktivitas sosial dan budaya termasuk pendidikan bagi putra putri mereka, di masjid yang baru berdiri tersebut.

Area tempat wudhunya yang unik

Masjid Dar As Salam tidak saja menyelenggarakan kegiatan ibadah rutin, tapi juga berfungsi sebagai Islamic Center dengan menyelenggarakan program pendidikan Sunday School (Sekolah Minggu untuk anak anak –mirip dengan program Gereja), halaqoh, belajar membaca Al-Qur’an serta ta’lim bagi jemaah muslim dan muslimah. Masjid ini juga terbuka bagi non muslim dalam suasana yang  bersahabat guna menciptakan iklim yang baik bagi dialog lintas kepercayaan, perdamaian dan saling pengertian.

Komunitas kecil muslim di P.E.I yang sebagian besar adalah imigran telah menjadi bagian integral dari pulau tersebut, mereka secara aktif terlibat dalam semua aktivitas sosial kemasyarakatan termasuk dalam berbagai aktivitas penggalangan dana bagi pembangunan rumah sakit, Bank makanan, hingga penggalangan dana untuk palang merah Kanada.(dari bujanglanang)***

--------------------------------------

Baca Juga



Sabtu, 02 Juli 2016

Masjid Diyanet Center of America

Mengahdirkan Turki di Amerika. Komplek Kuliye ini selain berdiri bangunan masjid khas Turki juga dibangun rumah tempat tinggal dan bangunan pendukung lainnya yang semuanya berarsitektur khas Turki, sehingga seakan akan menghadirkan Turki di Amerika.

Masjid Agung Bergaya Usmaniyah Terbesar Pertama di AS

Sabtu 2 April, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan meresmikan Islamic Center pertama di wilayah Maryland-Amerika dengan pendanaan 100% dari pemrintahTurki. Komplek Islamic center yang dalam istilah Turki disebut Kulliye ini mencerminkan pemikiran dari dunia Islam. Dengan pemahaman untuk membangun sebuah kota Islam Turki kuno di Amerika. Struktur kota klasik dari masa Emperium Islam Usmaniyah menjadi unggulan bagi masjid yang menjadi pusat untuk kota yang dibangun di sekitarnya.

9704 Good Luck Rd
Lanham, MD 20706
Amerika Serikat


Keseluruhan komplek Kuliye ini seluas 60.000 meter persegi (64.600 kaki persegi). Bangunan masjid menjadi pusatnya dibangun di atas lahan seluas 879 meter persegi (9.461 kaki persegi) dan dilengkapi dengan halaman yang cukup besar untuk menampung sekitar 3.000 jamaah pada waktu yang sama, dilengkapi juga dengan taman Islam khas Turki di depannya, tepat di sebelahnya, ada pusat budaya, yang merupakan harmoni antara arsitektur klasik dan modern. Pusat kebudayaan meliputi perpustakaan, ruang konferensi dan pameran, sebuah aula pertemuan dan ruang penyambutan.

Bangunan masjid megah dalam komplek Islamic Center ini dibangun dengan arsitektur Imperium Usmani abad ke 16 yang sangat khas ditandai dengan bangunan berukuran tinggi besar dengan Kubah berukuran besar di atapnya ditambah dengan dua bangunan menara lancip tinggi menjulang seperti sebatang pensil yang diraut runcing di bagian ujungnya. Ornamen Bulan Sabit menjadi ciri khas lainnya dari semua bangunan masjid Khas Turki Usmani.

Taman di depan masjid

Sedangkan Gedung Pusat Budaya yang terdapat di dalam komplek Islamic Centers ini dibangun dengan model khas arsitektur Imperium Islam Seljuk abad ke 11, yang terdiri dari ruang perpustakaan, ruang konferensi, ruang-ruang pameran, ruang-ruang meeting, dan ruang khusus untuk penyambutan para tamu.

Ada juga Pusat Penelitian Islam dalam gedung yang akan memberikan layanan konsultasi untuk mahasiswa sarjana dan pascasarjana yang berasal dari Turki di  AS. Ada juga Museum Seni Islam seluas 300 meter persegi (3.229 kaki persegi)  di bawah masjid dan 10 rumah tradisional Usmaniyah, di mana para tamu dapat menginap. Rumah-rumah di kompleks dibentuk seperti lingkungan Islam Turki. Komplek ini juga dilengkapi dengan pemandian tradisional Turki (Hamam) untuk pria dan wanita, kolam renang, ruang serbaguna, dan sebuah kompleks olahraga dalam ruangan. Masjid di komplek islamic center atau Diyanet Center atau kuliye ini menjadi masjid terbesar di Amerika Serikat.

Riwayat Pembangunan

Pembangunan komplek ini dimulai tahun 1990 dengan pembelian tanah rawa rawa oleh Turkish Presidency of Religious Affairs, sedangkan rancangan bangunnannya ditangani oleh arsitek Turki, Muharrem Hilmi Senalp. Proyek konstruksinya dimulai tahun 2009 dengan proses pembangunan

Pelataran tengah lengkap dengan area tempat wudhu nya

Dalam membangun masjid, Dinasti Usmaniyah menggunakan sistem pengukuran yang disebut yard Turki yang digunakan selama beberapa masa bahkan oleh Republik Turki yang baru didirikan setelah keruntuhan Dinasti Usmani. Sistem satuan pengukuran tersebut digunakan dalam pembangunan komplek kulliye di Maryland ini disebut sebut untuk mematuhi gaya tradisional.

Meskipun bekerja sama dengan perusahaan AS untuk pembangunan kulliye, semua bahan material diangkut melalui laut atau udara dari Turki. Semua tenaga ahli juga datang dari Turki untuk membangun kompleks ini. Bahkan seni dan kerajinan pada kulliye dikerjakan oleh pengrajin Turki yang sangat istimewa dengan menggunakan teknik kuno dan hampir punah.

Ada banyak koordinasi dengan otoritas AS tentang rincian arsitektur dalam membangun kompleks dimana struktural seperti ini belum pernah ada sebelumnya di Amerika, yang menjadikan proyek pembangunan komplek ini terbilang cukup unik.

Di dalam masjid 

Wapres JK Ikut Meresmikan

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla hadir dan ikut meresmikan Dinayet Center of America ini bersama dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Sabtu, 2 April 2016. Kehadiran Wapres Jusuf Kalla dalam peresmian Dinayet Center of America ini usai mengikuti Nuclear Security Summit (NSS/KTT Keamanan Nuklir) yang berlangsung di Washinton DC pada 31 Maret-1 April 2016. Dimana Erdogan juga ikut dalam KTT tersebut. NSS saat ini beranggotakan 52 negara (termasuk Indonesia) dan 4 Organisasi Internasional.

Kritik Erdogan

Dalam upacara peresmian yang dipadati ribuan orang di halaman masjid ini, Erdogan sempat melontarkan penyataan yang cukup keras dengan menyebut “masih ada orang orang yang berjalan berkeliling dan menyebut muslim sebagai teroris” sebuah pernyataan yang oleh banyak pihak disebut sebut sebagai kritisi terhadap para elit dan masyarakat Amerika.

Beliau menyalahkan kandidat presiden yang disebutnya turut menyebarkan sentimen anti Islam dalam masyarakat Amerika. Pernyataan tersebut mengesankan ditujukan kepada capres dari pantai Republik, Donald Trump yang dalam kapanyenya menyerukan “pelarangan sementara bagi masuknya muslim ke Amerika”. Bahkan kolega dekatnya. Ted Cruz – meminta polisi di negara tersebut untuk berpatroli di lingkungan muslim di Amerika.

Pak JK bersama Erdogan meresmikan masjid Turki di Amerika

“suatu yang sangat menarik perhatian dan sangat mengejutkan, bahwa beberapa kandidat presiden di Amerika Serikat menggunakan Alegasinya dan menggunakan Label yang melekat pada diri mereka untuk melawan Ummat Islam secara terbuka dan secara berkelanjutan.” Ungkapnya. “tidak ada kaitan terorisme dengan komunitas muslim, bahkan faktanya komunitas muslim justru berkontribusi membangun kekuatan Amerika Serikat” imbuhnya dan “komunitas muslim sudah menjadi elemen primer masyarakat Amerika” tambahnya.

Pemerintah Turki dibawah pemerintahan Erdogan tekenal sangat agresif mengkampanyekan Islam ke seluruh dunia, salah satunya dengan mendanai proyek pembangunan masjid di berbagai negara termasuk di negara negara dengan komunitas muslim yang minoritas. Di dalam negeri Turki sendiri pemerintahannya gencar mengupayakan mengembalikan fungsi Hagia Sophia sebagai masjid setelah lebih dari 80 tahun di alih fungsi menjadi museum oleh Kemal Attaturk paska penggulingan Khalifah Islam terahir yang berpusat di Istambul pada tanggal 3 Maret 1922, dan kemudian mendirikan Republik Turki yang sekuler.***

Sisi Kiblat 
------------------------

Baca Juga



Senin, 25 Januari 2016

IMAAM Center, Masjid Indonesia di Amerika (bagian kedua)

Peresmian IMAAM Center oleh Presiden SBY

Penantian 20 Tahun

Kisah berubah tatkala terpampang iklan di sebuah media online yang menyebut soal rencana penjualan gereja tua di kawasan Georgia Avenue, Silver Spring, MD, Maryland. Iklan itu ditayangkan oleh pengurus gereja yang mengaku terpaksa menjual gedung itu karena tidak ada lagi aktivitas ibadah di sana. Sejak lima tahun terakhir, gereja itu dibiarkan kosong melompong karena sebagian besar jemaahnya kini menganut atheis. Sehingga gereja itu tak lagi dipakai untuk kegiatan ibadah.

Ukuran gereja itu cukup besar. Luas gedungnya saja mencapai 3.520 m persegi, dengan luas tanahnya mencapai 15.625 m persegi. Kapasitas ruangan di dalam mampu menampung sekitar 350 orang. Lapangan parkirnya juga cukup luas, bisa menampung lebih dari 100 mobil. Harga jualnya US$3 juta atau sekitar Rp 33 miliar, dengan kurs sekitar Rp 11.000 perdolar. Gedung yang dibangun tahun 1955 itu, berada di tengah kota Maryland. Merujuk kepada izinnya, gedung itu hanya khusus untuk kegiatan rumah ibadah. Pihak gereja sebenarnya sudah lama ingin menjual gedung itu, tapi tidak laku karena izin penggunaannya tidak bisa digunakan selain untuk ibadah.

Lantai dua IMAAM Center yang merupakan ruang utama masjid.

Ini yang membuat pengurus IMAAM tertarik untuk membelinya. Jika gedung itu bisa dibeli, maka tidak perlu lagi memohon izin pendirian rumah ibadah dari pemerintah setempat karena sejak awal peruntukannya memang untuk rumah ibadah. Namun masalahnya, darimana pengurus IMAAM bisa mendapatkan dana $3 juta? Kalaupun dua unit gedung yang ditempati IMAAM Center dijual, diperkirakan harganya $1 juta. Itu berarti masih kurang sekitar $2 juta lagi. Jelas ini bukan jumlah yang kecil. Butuh usaha ekstra untuk menambal kekurangannya.

Bantuan Pemerintah Indonesia

Sampai akhirnya muncullah ide dari pengurus IMAAM untuk membicarakan masalah ini dengan Dino Pati Djalal yang ketika itu menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Amerika. Dino yang menyambut baik ide itu kemudian menyampaikan kabar ini langsung ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Gayung bersambut, SBY rupanya sangat tertarik dengan ide itu. Ia pun langsung membahas masalah ini dengan DPR. Kebetulan waktu itu masih ada sisa anggaran $5 juta yang belum terpakai. Tak butuh waktu lama bagi DPR dan pemerintah untuk menyepakati pemberian hibah $3 juta untuk IMAAM sebagai modal untuk membeli gereja di Amerika itu. Sedangkan sisanya yang $2 juta digunakan untuk membangun gedung mahasiswa Indonesia di Mesir.

Presiden SBY memimpin sholat berjamaah setelah peresmian masjid IMAAM Center

12 Juni 2014 IMAAM resmi mengambil alih First Baptist Church Montgomery Maryland untuk dijadikan sebagai masjid. Upaya renovasi langsung dilakukan secara bertahap. Kursi panjang yang biasa digunakan untuk beribadah di gereja dibongkar dan digantikan dengan karpet dari Arab. Para Muslim Amerika beramai-ramai urun rembuk dan mengumpulkan dana untuk renovasi gedung tersebut. Berbagai kegiatan syiar Islam mulai aktif dilakukan di dalamnya. Beberapa tokoh Islam di Washington diundang untuk memberikan ceramah agama di sana.

Awal September 2014, suasana di dalam gedung itu terlihat sangat asri. Selain papan nama yang tengah dihapus, di bagian luar tak ada tanda-tanda lagi yang menunjukkan bangunan itu adalah bekas gereja. Di bagian dalam, hanya ada pentas di bagian depan yang biasa digunakan pendeta atau penyanyi koor gereja untuk tampil di depan jamaahnya. Dekorasi itu memang agak unik untuk dihadirkan di dalam masjid. Tapi pengurus IMAAM berencana akan mengubahnya secara bertahap sehingga nantinya desain khas masjid itu bernuansa Indonesia.

Diresmikan oleh Presiden SBY

Sesuai dengan rencana, IMAAM Center diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada hari Jum’at 25 September 2014 pukul 12.30 waktu setempat. Acara peresmian berlangsung di lantai bawah, hadir dalam acara ini Utusan Khusus Komunitas Muslim Kemlu AS Sharif Gaffar, para tokoh muslim setempat, dan anggota komunitas muslim Indonesia. Seusai peresmian, para undangan menunaikan salat Jumat berjamaah bersama denganPresiden SBY dan rombongan dari Jakarta.

Dalam pidatonya, Presiden SBY ‎mengaku sangat bersyukur dan bahagia setelah mendengar sambutan Presiden IMAAM Center Aris Mustofa dan Sharif Gaffar. “Hati kita teduh dan damai, ingin menjalin kerjasama dan kebersamaan untuk membuat dunia adil dan sejahtera,” Menurut Presiden SBY, Masjid tersebut diharapkan menjadi duta umat muslim di Indonesia yang ingin bersahabat dengan bangsa manapun. “Kami akan menjadi agent of peace, kami akan tunjukkan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin,” ujar SBY. Kunjungan Presiden SBY ke Amerika Serikat adalah bagian dari lawatan Presiden Indonesia ke tiga negara, yaitu Portugal, Amerika Serikat dan Jepang dari tanggal 17 September hingga 30 September 2014.

Presiden Joko Widodo saat menunaikan sholat tahiyatul masjid di IMAAM Center

Dikunjungi Presiden Jokowi

Hari selasa 27 Oktober 2015 pukul 15:20 waktu setempat atau hari Rabu 28 Oktober 2015 Pukul 14:20 Waktu Indonesia Bagian Barat, Presiden Joko Widodo menyempatkan diri berkunjung ke Masjid IMAAM Center ini dalam perjalanan dinasnya ke Amerika Serikat. Selama kunjungan singkat tersebut presiden Jokowi langsung menuju ke lantai dasar masjid yang merupakan area untuk keperluan umum, disambut oleh para pengurus masjid yang sudah menunggu kemudian berkunjung ke perpustakaan masjid.

Presiden Jokowi kemudian menuju ke area sholat di lantai dua masjid, namun karena waktu asyar belum tiba, maka beliau menunaikan sholat sunah tahiyatul masjid, setelah itu presiden menyempatkan diri berfoto bersama dengan jemaah warga Indonesia yang ada disana termasuk memenuhi permintaan beberapa warga Indonesia yang meminta ber-selfie bersama beliau. Presiden berangkat meninggalkan IMAAM Center pada pukul 15:45 waktu setempat menuju ke the Blair House, tempat beliau menginap selama kunjungan kerja di Amerika Serikat. ***

Kembali ke Bagian Pertama

----------ZZZ----------

Baca Juga Artikel Masjid Masjid Indonesia di Luar Negeri Lainnya


IMAAM Center, Masjid Indonesia di Amerika (Bagian Pertama)

TIDAK MIRIP MASJID. Bangunan masjid IMAAM Center ini sama sekali tidak mirip dengan bangunan masjid seperti yang biasa kita kenal. Karena memang sebelumnya adalah sebuah Gereja bergaya Amerika dengan empat pilar besar di depan nya mirip dengan bangunan gedung putih, Istana Presiden Amerika.

Bekas gereja yang menjadi masjid muslim Indonesia di Amerika

IMAAM Center adalah masjid komunitas muslim Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat. Masjid ini menjadi masjid kedua yang dimiliki dan dikelola oleh muslim Indonesia setelah Masjid Al-Hikmah di New York City. IMAAM Center berada di Georgia Avenue, Silver Spring, Maryland, Amerika Serikat, tak jauh dari Washington DC, Ibukota Amerika Serikat. IMAAM Center dibangun diatas tanah seluas 1,15 hektar ini beralamatkan di 9100 Georgia Ave, Silver Spring, Washington, DC. Lokasi masjid ini cukup strategis, karena berada di perbatasan Washington DC dengan Maryland.

Sebelum dibeli pada tanggal 12 Juni 2014, bangunan dua lantai berbatu bata merah ini adalah gereja First Baptist Church Montgomery Maryland yang sudah lima tahun tidak dipakai karena sebagian besar jemaahnya beralih menganut atheis dan kemudian dibeli oleh komunitas Muslim Indonesia untuk dijadikan sebagai masjid. Gereja tersebut dibangun tahun 1955 dengan izin resmi dari pemerintah hanya untuk digunakan sebagai tempat peribadatan. Itu sebabnya pengurus gereja kesulitan untuk menjual bangunan tersebut untuk keperluan lain, namun justru hal tersebut yang menjadi nilai tambah bagi muslim Indonesia disana karena dengan membeli gedung gereja tersebut tidak perlu lagi mengurus izin untuk membangun tempat ibadah.

Imaam Center
Address: 9100 Georgia Avenue, Silver Spring, MD 20910 



Tentang IMAAM

IMAAM (Indonesian Muslim Association in America) atau Komunitas Muslim Indonesia di Amerika Serikat. Awalnya dibentuk oleh beberapa belas muslim Indonesia yang tinggal di kawasan Washington DC dan sekitarnya yang memiliki perhatian terhadap pentingnya keseimbangan hubungan horizontal dan vertikal bagi generasi mendatang, maka pada tanggal 21 Desember 1993 dibentuklah IMAAM dan didaftarkan sebagai organisasi nirlaba keagamaan di negara bagian Maryland.  Organisasi ini aktif menggelar kegiatan keagamaan, termasuk berupaya mendirikan masjid di Washington DC.

Kepengurusan IMAAM dipilih secara periodik setiap tiga tahun dalam sidang umum tahunan. Ada sembilan pengurus utama IMAAM yang terdiri dari;
  1. Bpk. Firdaus Kadir, Chairman of the Board, 2015-2018.
  2. Bpk. Amang Sukasih, President, 2015-2018
  3. Bpk. Bambang Achiruddin, Vice President, 2013-2016
  4. Bpk. Varga Syahroni, Secretary, 2013-2016
  5. Ibu. Waty Yirka, Treasurer, 2015-2018
  6. Bpk. Syafrin Murdas, Regular Trustee, 2014-2017
  7. Bpk. Arif Mustofa, Regular Trustee, 2013-2016
  8. Ibu. Nurul Fathiyah, Regular Trustee, 2014-2017
  9. Bpk. Andri Antoni, Regular Trustee, 2014-2017

GEREJA TAK TERPAKAI. Begini bentuk aslinya bangunan masjid IMAAM Center saat muncul di situs iklan penjualan properti, sebelum kemudian dibeli dan di alih fungsi menjadi masjid oleh IMAAM Center.

Perjalanan Panjang Masjid Imam Center

Impian memiliki masjid sendiri di Amerika sebagai tempat berkumpul bersama bagi muslim Indonesia bukanlah perkara mudah. Selain terkendala dengan masalah dana yang tidak sedikit untuk membeli properti disana, namun juga masalah perizinan yang memang tidak mudah diperoleh. Upaya IMAAM untuk mendirikan masjid nyaris terwujud pada 1995. Kala itu, organisasi yang kini beranggotakan sekitar 2000 orang ini bisa membeli dua unit rumah di kawasan Veirs Mill Rd, Rockville, Maryland.

Rumah itulah yang hendak dijadikan masjid, namun rencana itu mendapat protes dari masyarakat setempat. Apa boleh buat, keinginan mendirikan masjid bernuansa Indonesia di Amerika terpaksa ditunda. Jika kedua rumah itu bisa difungsikan sebagai masjid kala itu, maka warga Muslim Indonesia yang tinggal di Amerika lebih menyatu dan kompak, sehingga memudahan untuk melaksanakan kegiatan sosial lainnya. Namun impian itu belum berhasil karena hambatan dari warga setempat. Pemerintah Maryland juga tidak memberi izin kalau masyarakat sekitar masih menolak.

Akibat penolakan itu, dua gedung yang dibeli di kawasan Rockville hanya bisa dijadikan sebagai IMAAM Center. Tidak ada aktivitas ibadah di sana. Sementara untuk salat atau kegiatan ibadah lainnya, warga Muslim Indonesia harus menyebar di sejumlah masjid yang ada di Washington dan sekitarnya. Masalah perizinan ini bahkan pernah dikemukakan oleh Imam Masjid Istiqlal Jakarta, Ali Musthafa Ya'qub langsung kepada Presiden Barack Obama saat kunjungannya ke Masjid Istiqlal pada 10 Nopember 2010.

Bersambung ke Bagian Kedua

----------ZZZ----------

Baca Juga Artikel Masjid Masjid Indonesia di Luar Negeri Lainnya

  

Kamis, 21 Juni 2012

Masjid Al-Rashid Edmunton, Masjid Pertama di Kanada

Masjid Al-Rashid, Canada Islamic Center.

Masjid Al-Rashid Islamic Center Kanada di Edmunton merupakan masjid yang pertama kali dibangun di Wilayah Kanada, sekaligus merupakan organisasi Islam terbesar di Edmunton. Bangunan asli Masjid Al-Rashid pertama kali diresmikan pada tahun 1938. Penyelenggaranya adalah wali kota Edmunton John Wesley Fry, seorang keturunan Arab-Kristen. Di sanalah sebuah pandangan multi keagamaan Kanada dimulai, ketika wali kota Edmonton hadir dalam acara itu bersama sama dengan masyarakat dari beragam agama. Peresmian masjid tersebut turut dihadiri oleh Yusuf Ali, seorang sarjana Muslim Lebanon yang terkenal sebagai penerjemah Al-Quran yang paling banyak digunakan dalam bahasa Inggris.

Di tahun 1982 bangunan baru Masjid Al-Rashid selesai dibangun untuk menggantikan fungsi masjid lama Al-Rashid yang sudah terlampau kecil untuk menampung aktivitas jemaah yang kala itu jumlahnya sudah membengkak berkali lipat. Dan di tahun 1991 bangunan asli Masjid Al-Rashid dipindahkan dari lokasi aslinya ke lokasinya sekarang di dalam Fort Edmunton Historical Park tahun 1991 dan selesai direstorasi tahun 1992. Bangunan asli masjid Al-Rashid itu kini berdiri megah bersama sama dengan berbagai bangunan bersejarah Edmunton lainnya yang sengaja di relokasi ke taman sejarah tersebut sebagai warisan sejarah Kanada.

Lama dan Baru ::: sebelah kiri adalah bangunan asli Masjid Al-Rashid, kini di konservasi di Taman Sejarah Kota Edmunton (Fort Edmunton Historical Park), sedangkan disebelah kanan adalah Bangunan Masjid Al-Rashid yang kini berdiri megah menggantikan masjid lama.

Bangunan baru masjid Al-Rashid yang kini berdiri sama sekali berbeda dengan bangunan masjid Ar-Rashid sebelumnya. Dibangun dengan arsitektural masjid Universal, sebuah bangunan masjid yang biasa kita kenal lengkap dengan kubah besar dan sebuah menara tinggi terpisah dari bangunan utama serta ditopang dengan berbagai fasilitas pendukungnya sebagai sebuah Islamic Center. Sedangkan bangunan asli Masjid Al-Rashid lebih mirip sebuah Gereja dibandingkan sebuah masjid.

Alamat dan Lokasi Masjid Ar-Rashid
Canadian Islamic Center - Al Rashid Mosque (Masjid 13070 113 St NW, Edmonton, AB T5E 5A8,

 

Mengingat bahwa masjid Al-Rashid adalah masjid pertama di Kanada dan kawasan Amerika Utara, ada baiknya kita sedikit mengenal tentang sejarah masuknya Islam ke Kanada untuk memberikan gambaran komprehensif tentang Masjid Al-Rashid, Komunitas muslim Kanada serta sejarah dan latar belakangnya. Karena sejarah sebuah masjid tak lepas dari sejarah komunitas muslim tempatnya berdiri.

Masuknya Islam Ke Kanada

Sejarah Masjid Al-Rashid tidak saja mengukir sejarah sebagai masjid pertama di Kanada dan Kawasan Amerika Utara tapi juga mengukir sejarah perjuangan muslimah Kanada. Sejak pembangunan di tahun 1938 hingga ke masa preservasi bangunan bersejarah tersebut di tahun 1992, Masjid Al-Rashid telah menjadi sumber kebanggaan komunitas muslim kanada sebagai sebuah tempat dimana sebuah tradisi pantas untuk dijaga dan dirayakan. Semuanya bermula dari imigran Arab pertama ke Kanada di tahun 1882.

Dulu dan Sekarang ::: foto sebelah kiri adalah bangunan Masjid Al-Rashid sekitar tahun 1938 dilokasi aslinya. Foto sebelah kanan, bangunan masjid yang sama setelah di relokasi ke Taman Sejarah Kota Edmunton (Fort Edmunton Historical Park)

Sebagian besar dari imigran arab tersebut berasal dari Suriah, dan kebanyakan dari mereka merupakan anak anak muda yang menghindar dari wajib militer di era kekuasaan Emperium Usmaniah (Otoman Empire) yang berpusat di Istambul, Turki. Rata rata mereka adalah masyarakat Kristen, dan hanya sebagian kecil saja yang beragama Islam, sebagian besar kemudian menetap di kawasan timur Kanada namun kemudian beberapa pindah ke kawasan barat. mereka bekerja sebagai pedagang keliling dan sebagian lagi bahkan mencapai wilayah paling ujung kawasan barat yang kemudian dikenal sebagai kawasan Canada's western frontier.

Sejarawaran Gilbert Johnson menyebut para pedagang keliling imigran Suriah ini sebagai sesuatu yang paling dominan di kawasan pemukiman paling barat Kanada kala itu. Pedagang keliling yang benar benar berkeliling berjalan kaki memanggul barang dagangannya di pundak dan beberapa dagangan kecil ditenteng di tangan kiri dan kanannya. Tapi kebanyakan mereka menggunakan kuda dan kereta kecil di musim panas atau dengan kereta luncur di musim dingin. Mereka berkelanan melintasi padang rumput di  rute yang selalu sama.

selembar foto lama suasana sholat berjamaah di dalam masjid lama Al-Rashid.

Di penghujung 1920-an keluarga muslim tersebar di berbagai tempat di Alberta, Edmunton. Mencari nafkah sebagai pedagang hingga pedagang toko. Jumlah muslim yang tak terlalu banyak di kota itu membuat mereka saling mengenal dengan baik satu dengan yang lainnya. Sensus penduduk di tahun 1931 tercatat 645 muslim diantara 10,070 warga arab-Kanada. Sebagian besar dari mereka menetap di propinsi kawasan barat di Ontario dan Quebec.

Sejarah Pembangunan Masjid Al-Rashid

Hasil perjuangan Muslimah Kanada

Pendiri Dewan Muslimah Kanada tahun 1982, Lila Fahlman menceritakan tentang sejarah Masjid Al-Rashid. Di awal tahun 1930-an beliau masih belia, ketika keluarga muslim saat itu memperbincangkan tentang pembangunan masjid pertama disana, muncullah Hilwi Hamdon, seorang muslimah yang berkepribadian begitu menarik dan diterima di kalangan manapun. Hilwi Hamdon bersama temannya yang kemudian melobi walikota Alberta, John Wesley Fry untuk mendapatkan sebidang lahan bagi pembangunan masjid untuk muslim kota tersebut. John Wesley Fry adalah seorang keturuan imigran Arab Kristen. John Wesley Fry sempat berujar “kalian tidak punya uang untuk membangun masjid” namun dengan cepat Hilwi Hamdon dan rekannya menjawab “kami akan dapatkan uangnya”.

Sebuah catatan sejarah dipasang di depan bangunan asli Masjid Al-Rashid di Fort Edmunton Historical Park.

John Wesley Fry setuju untuk menyediakan lahan bagi pembangunan masjid yang diinginkan, apabila kaum muslimin memang memiliki dana yang cukup untuk membangun masjid dimaksud. Kala itu mereka membutuhkan dana setidaknya $5000 dolar, angka yang begitu berat di kondisi depresi yang teramat dalam ketika itu. Penggalangan dana dimulai, mereka mendatangi satu persatu setiap toko di sepanjang ruas jalan Jasper Avenue, ruas jalan utama Edmunton. Tak peduli apakah pemilik toko nya seorang Yahudi, Nasrani atau Muslim. Para muslimah ini meminta mereka untuk memberikan dukungan bagi pembangunan masjid tersebut. dan Alhamdulillah, komunitas kota itu sangat mendukung. Berdirilah Masjid Ar-Rashid yang dibangun dari dana sumbangan tiga pemeluk agama samawi.

Masalah kecil muncul saat akan mencari arsitek untuk merancang bangunan masjid yang akan dibangun, para pengembang di sana tak satupun yang mengenal bangunan masjid, jangankan mengenal, mereka bahkan belum pernah melihat seperti apa gerangan bangunan masjid. Para muslimah tersebut pada ahirnya memilih arsitek Kanada-Ukraina bernama Mike Drewoth dan mengatakan padanya “kami ingin membangun tempat ibadah”. Setelah serangkaian diskusi, Drewoth membuat sebuah rancangan masjid terbaik yang dia bisa, “sebuah bangunan yang lebih mirip Gereja Ortodok Rusia dibandingkan sebuah bangunan masjid yang dikenal secara umum”.

bangunan asli ::: begini bentuk asli bangunan Masjid Al-Rashid.

Bangunan tersebut berupa bangunan memanjang dengan pintu utama di salah satu sisinya lengkap dengan tangga, dilengkapi ruang terbuka yang besar di dalamnya benar benar mirip sebuah gereja, namun jendelanya dibentuk berlengkung dan dilengkapi juga dengan dua ruang kecil tempat berwudhu, ruang basement (bawah tanah) untuk kegiatan sosial dan dibuatkan dua menara berdenah segi delapan dengan kubah bawang bewarna perak dipasangkan di atasnya lalu dipasang simbol bulan sabit dibagian puncaknya untuk menegaskan bahwa bangunan tersebut adalah bangunan masjid bukan gereja. Meski dibangun sangat mirip dengan sebuah gereja ortodok, komunitas muslim setempat sangat bangga dengan masjid pertama mereka dan dengan sangat antusias menyumbangkan lampu lampu gantung dan karpet.

Peresmian Masjid Al-Rashid

Pembangunan masjid tersebut sudah selesai dilaksanakan pada bulan November 1938, sebuah upacara pemakaman bagi Ali Tarrabain, yang di sholatkan di masjid yang baru saja selesai dibangun itu menjadi sholat jenazah yang pertama kali diselenggarakan di masjid Al-Rashid, justru pada saat masjid tersebut baru saja selesai dibangun dan bahkan belum diresmikan penggunaannya. Peresmian masjid ini baru diselenggarakan sebulan kemudian.

Bangunan baru Masjid Al-Rashid Edmunton.

Pada tanggal 12 Desember 1938 Masjid Al-Rashid secara resmi dibuka oleh Walikota Edmunton John Wesley Fry dan I.F Shaker, yang juga seorang Kristen Arab, walikota Hanna, Alberta. Diantara para tamu undangan turut hadir seorang penterjemah Al-Qur’an dari Pakistan bernama Abdullah Yusud Ali. Sebuah upacara peresmian masjid yang benar benar tak biasa, merefleksikan keberagaman di Kanada. Mengutip sambutan yang disampaikan oleh John Wesley Fry saat peresmian masjid tersebut, beliau mengatakan “sangat penting bahwa berbagai kalangan dari berbagai agama duduk bersama dengan sangat bersahabat satu dengan lain-nya”

Lebih dari tiga dekade, masjid kecil tersebut menjadi pusat aktivitas komunitas muslim setempat, termasuk perayaan pernikahan, pemakaman, dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha) dilaksanakan di ruang utamanya. Ruang basement nya digunakan sebagai pusat aktivitas sosial komunitas arab disana dari berbagai latar belakang agama. Ruang tempat bertemunya komonitas setempat dalam berbagai aktivitas komunal.

Sisi Depan Masjid Al-Rashid yang baru ::: jauh lebih besar dan megah serta lengkap dengan sarana pendukungnya sebagai sebuah Islamic Center.

Setiap masjid memang menyimpan ceritanya sendiri, seperti halnya masjid mungil Al-Rashid ini. Pada awal penggunaannya jemaah muslimah melaksanakan sholat di shaf paling belakang tanpa penyekat, sampai suatu hari dipasang penyekat dari tirai bewarna hijau membagi ruangan sholat menjadi dua bagian. Sempat terjadi perdebatan kecil diantara komunitas, ada yang tak ingin menggunakan tirai sementara lain nya menginginkan dipasang tirai, namun ahirnya tirai tersebut tetap ditempatnya.

Konservasi Yang Mengharukan

Paska perang dunia ke dua, imigran arab mulai membanjiri Kanada ::: sekitar 50 ribu di tahun 1946 dan 1975, dengan persentase jumlah muslimnya yang lebih besar dari imigran sebelum nya. Di tahun 1980 komunitas muslim di Edmunton mencapai 16 ribu jiwa, membuat masjid Al-Rashid menjadi begitu kecil untuk dapat menampung jemaah nya yang benar benar telah membludak. Tiba waktunya untuk membangun masjid baru yang lebih besar. Di tahun 1982 bangunan lama Masjid Al-Rashid ditutup, seluruh aktivitas ke-Islaman yang tadinya dilaksanakan di Masjid itu dipindahkan ke bangunan Masjid Al-Rashid yang baru yang lebih besar dan lebih lengkap. Lebih dari sepuluh tahun bangunan masjid lama itu dibiarkan kosong tak dipakai dan terbengkalai ditempatnya, bersebelahan dengan Rumah Sakit Royal Alexandra Hospital.

ketika pertama kali Masjid Al-Rashid di buka tahun 1938, Muslim di Edmunton tak lebih dari 700 jiwa saja.

Ketika terjadi booming minyak bumi terjadi di tahun 1980-an, populasi Edmunton pun melonjak, di tahun 1988, Rumah Sakit Royal Alexandra berencana memperluas lahan parkirnya. Bangunan lama Masjid Al-Rashid yang terbengkalai terancam akan digusur karena memang sudah sangat lama terbengkalai. Komunitas muslim setempat mulai mempertimbangkan usaha untuk menyelamatkan bangunan tua tersebut, setelah lebih dari setengah abad pembangunannya kini bangunan lama Masjid Al-Rashid itu sudah menjadi bangunan bersejarah tidak saja bagi muslim Edmunton tapi juga bagi sejarah Kanada.

Masjid Al-Rashid Edmunton ditengah dinginnya musim salju yang membeku.

Penggalangan dana pun dilakukan namun dana yang dihasilkan tak mencukupi. Sampai kemudian Lila Fahlman melakukan pendekatan kepada CCMW yang bermarkas di Edmunton dan meminta CCMW untuk mengambil langkah langkah penyelamatan terhadap bangunan tua masjid Al-Rashid. Diantara para anggota CCMW terdapat Karen dan Evelyn Hamdon yang merupakan cucu dan cucu kemenakan Hilwi Hamdon, sosok muslimah yang dulunya menggalang dana bagi pembangunan masjid Al-Rashid.

Juga ada Mahmuda Ali, cucu dari Mary Saddy, teman dekat dari mendiang Hilwi Hamdon. Pada kesempatan itu Karen Hamdon sempat berujar “Bangunan lama masjid Al-Rashid memiliki keterikatan emosional yang sangat kuat dengan kita, Paman dan Bibi kita menjadi pasangan pertama yang melangsungkan pernikahan di masjid itu”. kelompok muslimah inilah yang kemudian meneruskan apa yang telah dilakukan pendahulunya, menggalang dana untuk menyelamatkan bangunan masjid pertama Kanada tersebut.

Kubah dan menara Masjid Al-Rashid dengan putihnya salju yang menempel di permukaannya.

Terkumpul dana sebesar $75 ribu dolar cukup untuk mengangkut bangunan lama Masjid Al-Rashid ke kawasan taman Sejarah Kota Edmunton (Fort Edmunton Historical Park). Upaya para muslimah tersebut menggalang dana, ternyata hanyalah perjuangan awal bagi penyelamatan bangunan itu. tantangan berikutnya adalah meyakinkan para petinggi di kota itu untuk mengizinkan relokasi bangunan masjid ke taman sejarah kota.

Di tahun 1980-an Edmunton tak lagi memiliki area padang rumput yang luas seperti era sebelumnya, menjadi tak mudah untuk menempatkan bangunan masjid tua itu ke taman sejarah dengan bijaksana. Berbagai penolakanpun muncul ke permukaan, para penentang penempatan masjid ke taman kota berpendapat bahwa bangunan masjid tua itu bukanlah gedung bersejarah, tak tanggung tanggung bahkan dalam sebuah Jurnal terbitan Edmunton sempat menyebut “Fort Edmunton Park telah dipaksa untuk menerima sebuah penyusupan Kesejarahan”

Masjid Al-Rashid, Islamic Center Kanada

Namun ahirnya di tahun 1991, setelah tiga tahun menggalang dana dan membuat petisi, ahirnya atap bangunan lama Masjid Al-Rashid pun dibuka dan bangunan tersebut dengan hati hati di angkat ke atas sebuah truk pengangkut yang sangat besar. Dibawah sinar bulan, bangunan masjid tua itu dipindahkan ditengah kesunyian malam kota Edmunton yang tengah terlelap, menuju lokasi barunya. Mahmuda Ali dan Karen Hamdon mengikuti truk pengangkut itu dari belakang dengan kendaraan pribadi mereka berbagi setermos kopi panas demi mastikan dan melihat sendiri bangunan masjid bersejarah itu tiba ditujuannya dengan aman.

Hampir setahun lamanya bangunan masjid tersebut berdiri di taman kota tanpa atap. Menjadi tempat bersarangnya burung burung merpati diantara balok balok bagian atasnya. Sementara itu anggota anggota CCMW berupaya menggalang dana untuk melakukan restorasi terhadap bangunan masjid itu yang harus segera dipugar dan diberi atap sebelum musim dingin tiba.

Interior bangunan asli masjid Al-Rashid, mungil dan sederhana. hanya seukuran sebuah Mushola di kebanyakan kampung di Indonesia

Pada tanggal 28 Mei 1992 proses restorasi selesai dilaksanakan dan bangunan masjid tua tersebut kembali dibuka dalam sebuah upacara yang penuh haru. Para pemimpin kota memberikan penghormatan yang mendalam kepada para muslimah yang dulu telah membangun masjid tersebut dan bagi para muslimah keturunannya yang kemudian menyelamatkan bangunan tersebut dari kehancuran, Pada kesempatan tersebut Soraya Hafez, selaku presiden CCMW berujar “sekarang masjid bersejarah kita ada disini,  Masjid ini seolah berkata bahwa Kita Ada disini".

Lembaga Lembaga Milik Masjid Ar-Rashid

Edmonton Islamic Academy (EIA)

Sebagaimana dijelaskan di www.islamicacademy.ca, EIA dibentuk sebagai sebuah keharusan demi mencetak generasi Islami. Siswa di akademi ini berasal dari berbagai kalangan etnis dan latar belakang budaya. EIA menyelenggarakan pendidikan berbagai tingkatan mulai dari Taman Kanak Kanak (TK), Sekolah Dasar Islam (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga studi bahasa Arab dan Ilmu Islam.

Edmunton Islamic Academi

Islamic Investment Corporation (IIC)

Islamic Investment Corporation (IIC) merupakan perusahaan patungan antara Arabian Muslim Association (51%) dan Islamic Call Society of Libya (49%). Perusahaan yang bergerak dibidang estate properti. IIC menjalankan berbagai bidang bisnis yakni : Al Rashid Apartment (32 suites) berada di 13016 – 113 Street, Castle Apartment (17 suites) di lokasi 11309 – 132 Ave dan dua bangunan gedung diseberang Masjid.

Al Rashid Youth & Sports Club

Lembaga ini menyediakan sarana bagi kaum muda muslim Edmunton dan Kanada dari berbagai umur dan memfasilitasi aktivitas kaum muda disana dalam berbagai aktivitas positif yang sesuai dengan ajaran Islam melalui berbagai program yang dikelola dengan baik, aktivitas aktivitas tersebut adalah : Sport teams termasuk Sepak Bola. hockey, basketball, volleyball, tenis meja dan lain lain, lalu ada Islamic days, acting, menyanyi, Eid contests dengan mengadakan lomba lomba penulisan puisi, menulis cerita, pidato, menggambar dan sebagainya. Penyelenggaraan berbagai turnamen dan segudang aktivitas kreatif lainnya.

Jemaah di dalam Masjid Al-Rashid Edmunton - Kanada

Salah satu program kepemudaan terbaru di Masjid Al-Rashid yang cukup menarik adalah program yang mereka sebut sebagai Program Cahaya Jum’at Malam (Friday Night Light-FNL) dalam program yang diselenggarakan setiap hari Jum’at antara pukul 6 hingga pukul 9 malam ini, para remaja laki laki muslim yang berumur antara 12 hingga 16 tahun di ajak besama sama dalam acara yang bersuasana religius untuk menanamkan persaudaraan, spiritualitas, rasa hormat serta kebugaran fisik. Layaknya acara untuk remaja, segala urusan menyangkut acara ini juga dapat mereka ikuti perkembangan nya melalui situs jejaring sosial di internet.

Islamic Funeral Society

Islamic funeral services ini adalah layanan penyelenggaraan jenazah yang diselenggarakan di Masjid Al-Rashid, termasuk pemandian, pengkapanan, pemakaman hingga pengurusan administrasinya ke pemerintahan, termasuk pengurusan izin pemakamannya. Masjid juga menyediakan jasa transfortasi dari rumah sakit ke masjid hingga ke pemakaman serta tentu

suasana di pekarangan Masjid Al-Rashid, persiapan prosesi pemakaman seorang jemaah yang di sholatkan di Masjid ini.

Layanan Pernikahan

Selain menyelenggarakan sholat fardhu lima waktu termasuk sholat fardhu Jum’at dan dua hari raya (idul Fitri dan Idul Adha), Masjid Al-Rashid menyediakan layanan penyelenggaraan pernikahan. Termasuk di dalamnya penyelenggaraan akad nikah dibawah bimbingan langsung Imam Masjid Al-Rashid, Sheikh Mustafa Khattab, Akta Nikah (surat nikah) hingga penyelenggaran resepsinya secara Islami.

Foto Foto Masjid Al-Rashid

Masjid Al-Rashid dengan pekarangannya yang tertutup salju


Referensi

alrashidmosque.ca - history of al-rashid mosque
edmontonmuslims.com – edmonton mosques
en.wikipedia.org – al rashid mosque
ijnap.wordpress.com – islam di kanada
saudiaramcoworld.com - Canada's Pioneer Mosque
wikipedia  – islam in canada

--------------------------------------------

Baca Juga Artikel Masjid Masjid Amerika Utara Lain-nya